Share

08. Sekadar Kecupan

Author: Hannfirda
last update Last Updated: 2025-06-08 16:13:13

"Kamu tidak bisa berkata seperti itu! Aku ini nyonyamu! Yang seharusnya kamu jaga! Bukannya mengambil kesempatan dalam kesempitan begini!"

Lucas menyeringai, tetap menatap Charlotte yang terlihat bagai kucing menggemaskan yang terperangkap di bawahnya. Ditatap begitu, Charlotte malah salah tingkah. Pipinya merona tanpa bisa dicegah.

"Astaga, Nyonya sayang .... Kalau Anda bersikap menggemaskan seperti ini, mana bisa saya tidak menginginkan Anda, hm?" goda Lucas.

"Minggir, Lucas! Kalau kamu tidak minggir, aku akan membuat kamu melakukan suatu kesalahan besar, sampai akhirnya besok kamu pergi dari sini!" ancam Charlotte, tak mau gentar begitu saja.

"Oh ya? Kesalahan macam apa?" Lucas merendahkan tubuhnya, menopang dengan kedua tangan yang berada pada tiap sisi tubuh Charlotte. "Mau mengatakan kepada si tua bangka itu kalau saya sudah berlaku kurang ajar seperti ini?"

"Ya! Karena kamu sudah seenaknya tidur di—hmph!"

Sepasang mata Charlotte membelalak, tidak menyangka bahwa Lucas akan menjatuhkan kecupan ringan pada bibirnya. Memang hanya sekilas, tetapi rasanya agak tidak pantas.

"Gila!"

Charlotte menghadiahi pukulan pada lengan Lucas secara bertubi-tubi, yang membuat Lucas meringis kesakitan—berpura-pura. Sebetulnya, Lucas malah ingin tertawa lebar melihat reaksi Charlotte yang sok garang dengan pipi memerahnya itu.

Puas dengan raut yang diberikan Charlotte, Lucas menjauh. Pria itu duduk, masih menghadap ke arah Charlotte dibarengi seringai kecilnya. "Lihatlah, Nyonya sayang .... Kalau Anda semenggemaskan ini, bagaimana mungkin saya bisa menolak pesona Anda, hm?"

"Aku ini nyonyamu! Perlakuanmu sekarang ini sangat tidak pantas, Lucas!"

"Marahi saya jangan dengan posisi tidur telentang seperti itu, Nyonya Charlotte. Daripada takut karena ancaman yang Nyonya Charlotte berikan, rasanya saya jadi gatal mau menindihi tubuh Nyonya Charlotte lagi."

"Heh! Kurang ajar!"

"Aduh! Sakit, Nyonya sayang~"

Charlotte kembali melayangkan cubitan sampai beberapa kali ke tubuh Lucas yang bisa diraihnya. Namun, Lucas hanya tertawa geli melihat tingkah Charlotte.

"Heh! Jangan dekat-dekat! Sudahlah! Pergi sana! Keluar!"

Di tengah keributan kecil tersebut, Lucas menghentikan pergerakan tangannya yang sebelumnya menggenggam Charlotte. Pria itu menyadari bahwa terdapat bayangan yang baru saja berhenti cukup dekat di depan pintu kamar Charlotte. Namun, menjauh tidak sampai semenit.

Melihat raut Lucas jadi seserius itu, Charlotte mengikuti arah pandang Lucas. "Kenapa? Apakah ada seseorang yang barusan lewat?"

Lucas tidak langsung menjawab. Entah mengapa, Lucas memiliki firasat kalau bayangan seseorang yang terlihat dari celah pintu kamar tadi bukan hanya sekadar lewat. Orang tersebut seperti benar-benar sempat terhenti, tidak tahu apa tujuannya.

Akan tetapi, Lucas tidak mau menimbulkan ketidaksenangan dalam diri Charlotte—terlebih selepas insiden paku kecil dalam kue stroberi yang nyaris Charlotte makan tadi.

Pada akhirnya, Lucas hanya mampu menggeleng, memilih untuk menjauhkan diri dari Charlotte. Walaupun dia sangat ingin kembali merengkuh nyonya kesayangannya itu, tetapi situasinya memang tidak memungkinkan untuk saat ini.

"Ya, sepertinya orang tadi memang hanya lewat saja. Mungkin pengawal yang sedang melakukan patroli? Ya, bisa saja itu hanya mereka."

Charlotte memiringkan kepala, merasa ada yang disembunyikan oleh pengawal pribadinya yang menyebalkan itu. Namun, dia memilih untuk diam dan mengangguk pelan.

"Sudah, tidurlah lagi ...."

Lucas berdiri tepat di samping ranjang Charlotte, mengenakan setelan terluar jasnya yang sebelumnya disampirkan pada kursi di dekat meja belajar Charlotte.

"Mana bisa aku tidur? Aku sudah tidur cukup lama sejak siang tadi," gumam Charlotte melirik jam dinding. "Sepertinya aku akan begadang saja."

Lucas kembali menyeringai, mendekati Charlotte lalu mencondongkan tubuhnya sehingga wajah keduanya hanya berjarak sedikit saja. Lucas bisa melihat semburat merah yang kembali menghinggapi pipi Charlotte, menahan diri untuk tidak menyesali keputusannya untuk segera pergi dari kamar Charlotte setelah ini.

"Kalau Nyonya Charlotte tidak mau tidur dan terus begadang, nantinya saya gatal mau mengajak Anda bermain kuda-kudaan lho ...."

"Kuda-kudaan? Jangan seperti anak ke—" Charlotte menjatuhkan rahangnya saat menyadari implikasi dari perkataan Lucas.

Lucas terkekeh, mengacak puncak kepala Charlotte sebelum menjauh. "Kalau Nyonya membutuhkan bacaan yang bisa saya ambilkan dari perpustakaan, bilang saja, oke? Boleh begadang untuk saat ini, tapi jangan sampai pagi. Paham?"

Charlotte mengerucutkan bibir. "Aku bukan anak kecil yang bisa kamu atur seenaknya seperti itu, Lucas! Mau aku begadang sampai dini hari, pagi hari, atau siang hari, itu bukan urusanmu!"

"Oh, itu urusan saya, Nyonya Charlotte," Lucas mengecup kening wanita itu singkat, tetapi makin menambah rona merah yang sebelumnya nyaris lenyap dari wajah ayu Charlotte. "Nyonya Charlotte adalah alasan saya bekerja di sini. Jadi, apa pun yang Nyonya Charlotte lakukan, tentu semuanya termasuk urusan saya pula."

"Ka—"

"Selamat malam, Nyonya Charlotte. Mau Anda tidur lagi atau tidak, saya akan menjaga Anda tepat di depan kamar. Kalau begitu, saya permisi dulu ...."

Lucas menuai langkah selepas merapikan penampilannya. Namun, pria itu berhenti tepat saat memegang kenop pintu, menyempatkan diri untuk menoleh dan memandang Charlotte sebelum kembali menjadi seorang pengawal pribadi yang semestinya.

"Jangan merindukan saya, Nyonya Charlotte!"

•••••

Charlotte kembali menyambangi alam mimpi sebelum menginjak pukul dua dini hari. Wanita itu tidak tahu kenapa, tetapi rasanya dia kelelahan sekali saat terbangun untuk membersamai yang lain di meja makan. Apakah karena efek dari insiden yang nyaris membuatnya melahap kue stroberi yang dibumbuhi paku kecil itu? Atau memang dia sangat kelelahan?

Megan menyikut lengannya pelan, sontak menarik Charlotte dari lamunannya. "I-iya?"

"Seharusnya Kak Charlotte tidak perlu keluar kamar. Mas Hendra memberi izin untuk tidak mewajibkan Kak Charlotte keluar kamar kok!" kata Megan polos, penuh perhatian yang membuat Charlotte tersentuh.

"Tidak apa-apa. Setidaknya, aku baik-baik saja dan sehat. Kalau terus-terusan berada di kamar, aku bisa cepat bosan dan malah terlihat seperti orang sakit," balasnya.

"Setelah ini, memangnya Kak Charlotte sudah ada agenda mau pergi ke mana?" tanya Megan masih dalam nada setengah berbisik, lantaran enggan mengundang perhatian dari anggota keluarga lainnya yang mengitari meja makan.

"Hmmm, aku tidak punya gambaran, tapi mungkin akan ke kafe sebentar untuk mengurus beberapa hal penting lainnya. Kenapa? Mau ikut?" tawar Charlotte.

"Boleh?"

Sepasang mata Megan berbinar senang. Tidak adil rasanya kalau Charlotte tidak membawa serta Megan. Di rumah ini, hanya Megan yang tidak mempunyai usaha sampingan tambahan. Jadi, kebanyakan Megan hanya menghabiskan waktu untuk belajar di kamar atau menonton drama.

Charlotte mengangguk, yang kemudian menciptakan senyum lebar pada wajah manis Megan. Hanya saja, Charlotte tidak menyadari bila seseorang tengah memandanginya dengan tatapan yang penuh akan kebencian.

•••••

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   21. Ajakan Megan

    "Mas Hendra memberi izin? Yang benar?"Pagi itu, Charlotte sedang membaca di taman belakang vila ditemani oleh Megan. Tadinya, dikira akan mengalami hari tenang setelah apa yang dilaluinya kemarin. Namun, secara mendadak Megan mengatakan jika Hendra memberikan izin bagi para istrinya untuk berbelanja atau sekadar berjalan-jalan keluar dari area vila dengan jadwal tertentu.Megan mengangguk penuh antusias. "Iya, kita bisa pergi selama dua jam sebelum tengah hari, Kak. Ayo pergi ke supermarket terdekat? Aku mau membeli beberapa barang yang kuperlukan."Charlotte menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang. Kalau dipikir-pikir, dia ingin sekali keluar dari vila untuk mencari udara segar. Pemandangan vila memang menyejukkan mata, tetapi mereka di sini konteksnya sama seperti sedang dikurung.Wanita itu mengedar pandang sejenak, memergoki sosok Lucas beserta para pengawal yang lain dan Danni sedang memeriksa lokasi dari insiden kemarin itu dari kejauhan. Mereka bagaikan titik yang sulit di

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   20. Tengah Malam (2)

    Charlotte mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. Tidak. Dia tidak marah pada Lucas. Justru, dia sangat berterima kasih karena pria itu telah menyelamatkannya. Hanya saja, dia menginginkan kesendirian melebihi apa pun saat ini.Menginjak tengah malam, Charlotte terbangun dari tidur panjangnya. Beberapa saat lalu, dia sempat mendengar gumaman dari luar kamarnya bahwa Lucas telah menginformasikan insiden tadi pada Hendra. Kemudian, Charlotte tidak mendengar apa-apa lagi lantaran terlalu lelah.Akan tetapi, wanita itu merasakan cacing pada perutnya meronta-ronta meminta asupan. Dengan malas, Charlotte mengenakan kimono tidur untuk menutupi gaun malam tanpa lengannya sembari keluar kamar.Begitu membuka pintu, dia dikejutkan oleh sosok tegap Lucas yang bertahan di depan pintu kamarnya bagai patung. Melirik sekitar untuk memastikan tidak ada orang lain, Charlotte menepuk lengan pria itu."Lucas? Kenapa kamu ada di sini? Bukankah seharusnya kamu tidur atau berganti shift dengan yang lain?" tan

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   19. Kencan di Kebun

    "Ada apa, Nyonya? Apa terjadi sesuatu?!" panik Luna saat mendengar seruan Charlotte atas nama Lucas.Salah tingkah, Charlotte cepat-cepat menggeleng. "Ti-tidak ada, Luna. Maaf, tadi aku hanya melihat ada serangga yang lewat, karena Lucas ada di sampingku, jadi aku menyerukan namanya secara spontan saja. Ma-maaf sudah mengejutkanmu, Luna."Luna mengembuskan napas lega, manggut-manggut. "Tidak apa-apa, Nyonya Charlotte. Mungkin ini juga efek dari penjagaan ketat yang mulai diberlakukan. Jadi, saya juga ikutan panik lebih dari yang saya kira. Omong-omong, serangga apa, Nyonya? Saya ingat, Nyonya Charlotte tidak takut serangga semacam apa pun.""Oh?"Manik mata Charlotte bergerak gelisah, tidak menyangka bila Luna akan melayangkan pertanyaan semacam itu. Namun, Lucas membuka suara sembari menahan senyum akibat tingkah Charlotte barusan."Luna, sepertinya Nyonya Charlotte hanya melihat sesuatu yang melintas tadi. Lebih baik, kita meneruskan perjalanan mengelilingi kebun saja," ucap Lucas.

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   18. Penyelidikan

    "Menurut penyelidikan, seseorang yang berniat memasuki gudang Barat sepertinya paham tentang keamanan yang terbiasa diterapkan di kediaman Soedarso—atau setidaknya pernah mengetahui bagaimana Tuan Besar menyuruh para arsitek saat menyerahkan cetak biru beberapa gudang secara bersamaan."Lucas menyimak ucapan Kepala Pengawal yang bernama Danni itu dengan saksama. Selepas memastikan seluruh penghuni vila terlelap di kamar masing-masing, Danni meminta para pengawal yang tersebar untuk berkumpul sejenak di halaman belakang vila.Danni, pria bertubuh tegap yang berusia empat puluh tahun itu menghampiri salah satu bawahan yang turut membersamai saat pergi bersama Hendra Soedarso seharian ini. "Yang jelas, telah ditemukan sebuah jeriken yang tergeletak di bagian belakang gudang, seolah-olah orang yang berniat membakar gudang itu meletakkannya karena terburu-buru ingin kabur sebelum para pengawal yang ada di sana memergokinya. Tapi, yang menjadi pertanyaan besar; mengapa harus ditinggalkan b

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   17. Adiktif

    Charlotte terperanjat, berbalik sembari mendesah panjang. "Astaga, kamu mengejutkanku, Lucas!"Lucas menyeringai, tanpa rasa bersalah berhenti tepat di hadapan Charlotte. Pandangan pria itu jatuh pada belahan dada sang nyonya yang tampak menggoda. Kalau tidak ingat apa yang telah Charlotte lewati beberapa saat lalu, mungkin pria itu akan menerkam sang nyonya pada detik yang sama.Berdeham, Lucas berusaha menjauhkan pandangannya pada belahan dada Charlotte. "Kepala Anda, Nyonya Charlotte. Apakah sakit? Ah, tapi saya berani menjamin kalau rasanya sakit sekali. Benar? Nyonya Miriam tidak tanggung-tanggung saat menggenggam rambut Anda tadi."Charlotte terpejam begitu merasakan elusan tangan Lucas yang bersarang pada kepalanya. Entah karena terlalu lelah atau memang tidak mau mengomel, Charlotte hanya mampu menikmati sentuhan hangat yang Lucas berikan.Selama beberapa saat, tidak ada yang membuka suara. Keduanya seakan-akan menikmati keheningan yang melingkupi dengan berbagai pikiran serta

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   16. Keributan

    Makan malam kali itu, dihadiri oleh empat istri Hendra Soedarso—sedangkan sang kepala keluarga belum menjejaki vila sama sekali seharian ini.Suasananya bisa dipastikan tegang luar biasa. Sebagai yang termuda, Megan berusaha mencairkan suasana dengan bertanya penuh kepolosan, tetapi malah mendapat pelototan dari Miriam maupun Elmira. Charlotte hanya mampu mendesah lelah, berharap makan malam akan segera selesai. Masalahnya, semua orang entah mengapa sengaja melahap secara perlahan-lahan. Entah karena perjalanan jauh membuat tidak nafsu makan, atau memang sedang malas mencerna sesuatu.Bukan hanya para istri yang merasakan ketegangan tersebut, para pengawal serta pelayan pribadi masing-masing pun melempar lirikan yang seakan-akan meminta pertolongan agar seseorang membawa topik ringan yang bisa mengendurkan ketegangan di antara mereka.Merasa muak dengan atmosfer yang ada, Elmira berdiri. Seluruh pasang mata tertuju padanya, sedangkan Elmira mulai bersenandung ringan dengan harapan un

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status