Share

07. Mencuri Kesempatan

Author: Hannfirda
last update Last Updated: 2025-06-02 21:30:02

Lucas berdecak kesal saat mendengar ucapan Luna. Pria itu berdeham, tampil tegap bersiap menyambut kedatangan Hendra Soedarso yang sedang menuju area kolam renang.

Dan benar saja, sosok Hendra Soedarso datang diikuti asisten pribadinya serta dua pengawal yang senantiasa mengekori ke mana pun pria tambun itu pergi.

Charlotte, yang semula berenang santai bersama Megan, turut menyadari kedatangan Hendra Soedarso. Segera saja, wanita itu menyikut Megan dan memberi tanda; keluar dari kolam renang untuk menyambut Hendra.

Lucas tersedak ludahnya sendiri saat melihat gaun dalaman Charlotte yang sebelumnya sudah melekat, justru semakin memperlihatkan lekuk tubuh wanita itu. Lucas nyaris menjatuhkan rahang, tetapi ingat bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk terpesona pada seseorang yang harus dijaganya.

Saat Charlotte dan Megan menghampiri dengan keadaan yang terbilang seksi, Hendra Soedarso tidak dapat menyembunyikan senyumnya. "Astaga, istri-istriku ini ... kalian terlihat menggoda sekali!"

Hendra menjatuhkan kecupan pada bibir Charlotte dan Megan, membuat keduanya hanya mampu tertunduk patuh. Di tempatnya berdiri, Lucas melotot tak senang. Namun, saat pria itu mengedar pandang, dia menyadari bahwa tatapan para pelayan dan pengawal lainnya mengandung arti lain; simpati.

"Wah," Hendra Soedarso menjilat bibir bawahnya, tergoda atas penampilan Charlotte dan Megan pada detik tersebut. "Waktunya tidur siang kan? Bagaimana kalau kalian berdua datang ke kamarnya Mas dan memuaskan Mas untuk tidur siang ini, hm? Pastinya kalian sudah terlalu lelah setelah berenang."

Baik Charlotte maupun Megan melempar lirikan berisi ketidaknyamanan. Hal yang paling ingin dihindari ialah melayani Hendra secara bersamaan.

Charlotte berusaha mencari alasan, lantaran lebih baik melayani Hendra secara terpisah daripada harus seperti itu. Namun, belum genap dia membuka mulut, Lucas menghampiri Hendra dengan tenang.

"Tuan Besar, saya ingin melaporkan, beberapa saat tadi, terjadi suatu insiden yang membahayakan keselamatan Nyonya Charlotte."

Mendengar hal tersebut, kening Hendra berkerut dalam. "Apa katamu?"

Luna turut menyambung dengan kepala tertunduk, tak berani menatap langsung mata sang tuan besar. "Benar, Tuan Besar. Kue stroberi yang tersedia di lemari pendingin, ternyata mengandung paku kecil di dalamnya. Hampir saja Nyonya Charlotte memakannya, tetapi beruntung saja tidak."

Hendra menatap Charlotte yang diam-diam telah mengembuskan napas lega. Kalau sudah begini, biasanya Hendra akan berkutat untuk mencari tahu pelaku yang sudah menyabotase isi rumah. Besar kemungkinan, pria tambun itu akan membiarkan Charlotte untuk beristirahat pula.

"Siapa namamu, pengawal baru?" tanya Hendra pada Lucas.

"Lucas, Tuan Besar."

"Lucas? Ikuti saya ke kantor saya! Jelaskan apa yang terjadi! Luna? Temani saja Charlotte kembali ke kamar. Kamu juga, Megan, kembalilah ke kamarmu, biarkan Charlotte menenangkan diri."

Perintah Hendra yang tidak bisa diganggu gugat, langsung dijalankan dengan baik. Luna mengambil handuk yang sudah dipersiapkan, menyampirkannya pada pundak Charlotte. Sebelum kembali ke kamar, Megan menepuk lengannya pelan.

"Sampai bertemu nanti malam, Kak Charlotte ...."

Charlotte hanya mampu mengangguk lemah, lantas menuju kamarnya ditemani oleh Luna. Setelahnya berganti pakaian, tanpa sadar wanita itu terlelap dan menyambangi alam mimpi di siang hari yang melelahkan ini.

•••••

Charlotte merasakan sebuah kehangatan merengkuhnya. Nyaman, menenangkan, bahkan rasanya dia tidak pernah merasa sedamai ini dalam tidurnya. Namun, ketika dia merasakan hujan kecupan yang menggelitik leher, wanita itu terbangun secara perlahan.

"Ka-kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?!" Charlotte hendak menjauh, tetapi lengan Lucas serta tubuh kekar pria itu memerangkapnya.

"Anda tidak boleh pergi ke mana-mana untuk sementara ini, Nyonya Charlotte. Luna sudah mengatarkan makan malam, dan Anda diperbolehkan untuk beristirahat di kamar sampai dua hari ke depan tanpa perlu melakukan apa-apa."

Charlotte terdiam sejenak, lalu merasa sedikit lebih baik. Itu artinya, dia tidak perlu melayani Hendra dalam dua hari ke depan—dan dia sangat bersyukur akan hal tersebut.

Lucas mengeratkan pelukan ketika dirasa Charlotte sudah lebih rileks. Tangan kanan pria itu mengelus punggung Charlotte yang tertutupi oleh piama satin tanpa lengan.

"Sudah seberapa sering Anda bertemu insiden semacam itu, Nyonya Charlotte?" tanya Lucas.

Charlotte tidak langsung menjawab. Butuh lima degup jantung, sebelum memberanikan diri bertatapan dengan Lucas. "Dalam tahun-tahun yang kulalui di rumah ini? Saking banyaknya, aku tidak bisa menghitung—sebentar! Kenapa aku harus memberitahumu? Lepas! Kamu tidak sembarangan memelukku dan tidur di ranjangku seperti ini!"

Lucas malah mendekatkan tubuhnya kepada Charlotte. "Anda tahu, Nyonya Charlotte? Saya hampir saja mendorong si tua bangka yang gendut itu ke kolam renang karena seenaknya saja mau membawamu untuk melayaninya."

Charlotte tercekat saat Lucas membenamkan wajah pada ceruk lehernya. Sensasi menggelitik nan hangat itu membuat Charlotte merinding, tetapi dengan cepat menguasai diri.

"Menjauh, Lucas! Bagaimana kalau Luna atau Mas Hendra tiba-tiba datang untuk memeriksa keadaanku?! Aku tidak mau membuat gempar seisi rumah ini!" panik wanita itu.

Lucas terkikik, berlanjut mengecup ceruk leher Charlotte. "Anda pikir saya berbaring di sini tanpa mempertimbangkan kemungkinan tersebut? Lihatlah jam dindingnya, Nyonya sayang! Si tua bangka itu sudah memeriksa keadaan Anda tadi, begitu juga dengan Luna. Sekarang ... saya akan menemani malam Anda, bagaimana?"

Charlotte melirik jam dinding, rupanya telah menginjak pukul sembilan malam. "A-aku tidur sejak siang tadi ... sampai sekarang?"

"Hmm, tampaknya Anda kelelahan sekali, Nyonya sayang ...."

"Jangan panggil aku seperti itu!"

"Ah, Anda menggemaskan sekali kalau sedang kesal begini. Rasanya saya jadi mau memakan Anda sekarang ini," ujar Lucas dengan suara beratnya.

Sepasang mata Charlotte membulat sempurna, mengetahui arti dari tatapan Lucas yang mulai menggelap. "Heh! Dijaga bicaranya ya?!"

"Kalau saya tidak mau menjaga bicara, bagaimana? Nyonya Charlotte mau melakukan apa terhadap saya?" tantang Lucas.

Charlotte menggigit bibir bawah. Berhadapan dengan Lucas sangat menguras kesabaran. "Aku berharap, semoga kamu tidak bekerja di sini lagi mulai besok, Lucas."

"Oh, doa yang buruk sekali, Nyonya sayang. Duh, saya jadi kecewa ...."

Charlotte berusaha membebaskan dirinya dari pelukan Lucas sekali lagi. Biarpun jantungnya sedang berdetak tak karuan di dalam sana, tetap saja tidak masuk akal bersama dengan Lucas di kamar begini.

"Lepas atau—ah!"

Tanpa aba-aba, Lucas mengubah posisinya hingga berada di atas tubuh Charlotte.

"Apa yang kamu lakukan?! Minggir!"

"Tidak. Sudah saya putuskan, saya menginginkan Anda, Nyonya Charlotte."

•••••

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   21. Ajakan Megan

    "Mas Hendra memberi izin? Yang benar?"Pagi itu, Charlotte sedang membaca di taman belakang vila ditemani oleh Megan. Tadinya, dikira akan mengalami hari tenang setelah apa yang dilaluinya kemarin. Namun, secara mendadak Megan mengatakan jika Hendra memberikan izin bagi para istrinya untuk berbelanja atau sekadar berjalan-jalan keluar dari area vila dengan jadwal tertentu.Megan mengangguk penuh antusias. "Iya, kita bisa pergi selama dua jam sebelum tengah hari, Kak. Ayo pergi ke supermarket terdekat? Aku mau membeli beberapa barang yang kuperlukan."Charlotte menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang. Kalau dipikir-pikir, dia ingin sekali keluar dari vila untuk mencari udara segar. Pemandangan vila memang menyejukkan mata, tetapi mereka di sini konteksnya sama seperti sedang dikurung.Wanita itu mengedar pandang sejenak, memergoki sosok Lucas beserta para pengawal yang lain dan Danni sedang memeriksa lokasi dari insiden kemarin itu dari kejauhan. Mereka bagaikan titik yang sulit di

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   20. Tengah Malam (2)

    Charlotte mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. Tidak. Dia tidak marah pada Lucas. Justru, dia sangat berterima kasih karena pria itu telah menyelamatkannya. Hanya saja, dia menginginkan kesendirian melebihi apa pun saat ini.Menginjak tengah malam, Charlotte terbangun dari tidur panjangnya. Beberapa saat lalu, dia sempat mendengar gumaman dari luar kamarnya bahwa Lucas telah menginformasikan insiden tadi pada Hendra. Kemudian, Charlotte tidak mendengar apa-apa lagi lantaran terlalu lelah.Akan tetapi, wanita itu merasakan cacing pada perutnya meronta-ronta meminta asupan. Dengan malas, Charlotte mengenakan kimono tidur untuk menutupi gaun malam tanpa lengannya sembari keluar kamar.Begitu membuka pintu, dia dikejutkan oleh sosok tegap Lucas yang bertahan di depan pintu kamarnya bagai patung. Melirik sekitar untuk memastikan tidak ada orang lain, Charlotte menepuk lengan pria itu."Lucas? Kenapa kamu ada di sini? Bukankah seharusnya kamu tidur atau berganti shift dengan yang lain?" tan

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   19. Kencan di Kebun

    "Ada apa, Nyonya? Apa terjadi sesuatu?!" panik Luna saat mendengar seruan Charlotte atas nama Lucas.Salah tingkah, Charlotte cepat-cepat menggeleng. "Ti-tidak ada, Luna. Maaf, tadi aku hanya melihat ada serangga yang lewat, karena Lucas ada di sampingku, jadi aku menyerukan namanya secara spontan saja. Ma-maaf sudah mengejutkanmu, Luna."Luna mengembuskan napas lega, manggut-manggut. "Tidak apa-apa, Nyonya Charlotte. Mungkin ini juga efek dari penjagaan ketat yang mulai diberlakukan. Jadi, saya juga ikutan panik lebih dari yang saya kira. Omong-omong, serangga apa, Nyonya? Saya ingat, Nyonya Charlotte tidak takut serangga semacam apa pun.""Oh?"Manik mata Charlotte bergerak gelisah, tidak menyangka bila Luna akan melayangkan pertanyaan semacam itu. Namun, Lucas membuka suara sembari menahan senyum akibat tingkah Charlotte barusan."Luna, sepertinya Nyonya Charlotte hanya melihat sesuatu yang melintas tadi. Lebih baik, kita meneruskan perjalanan mengelilingi kebun saja," ucap Lucas.

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   18. Penyelidikan

    "Menurut penyelidikan, seseorang yang berniat memasuki gudang Barat sepertinya paham tentang keamanan yang terbiasa diterapkan di kediaman Soedarso—atau setidaknya pernah mengetahui bagaimana Tuan Besar menyuruh para arsitek saat menyerahkan cetak biru beberapa gudang secara bersamaan."Lucas menyimak ucapan Kepala Pengawal yang bernama Danni itu dengan saksama. Selepas memastikan seluruh penghuni vila terlelap di kamar masing-masing, Danni meminta para pengawal yang tersebar untuk berkumpul sejenak di halaman belakang vila.Danni, pria bertubuh tegap yang berusia empat puluh tahun itu menghampiri salah satu bawahan yang turut membersamai saat pergi bersama Hendra Soedarso seharian ini. "Yang jelas, telah ditemukan sebuah jeriken yang tergeletak di bagian belakang gudang, seolah-olah orang yang berniat membakar gudang itu meletakkannya karena terburu-buru ingin kabur sebelum para pengawal yang ada di sana memergokinya. Tapi, yang menjadi pertanyaan besar; mengapa harus ditinggalkan b

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   17. Adiktif

    Charlotte terperanjat, berbalik sembari mendesah panjang. "Astaga, kamu mengejutkanku, Lucas!"Lucas menyeringai, tanpa rasa bersalah berhenti tepat di hadapan Charlotte. Pandangan pria itu jatuh pada belahan dada sang nyonya yang tampak menggoda. Kalau tidak ingat apa yang telah Charlotte lewati beberapa saat lalu, mungkin pria itu akan menerkam sang nyonya pada detik yang sama.Berdeham, Lucas berusaha menjauhkan pandangannya pada belahan dada Charlotte. "Kepala Anda, Nyonya Charlotte. Apakah sakit? Ah, tapi saya berani menjamin kalau rasanya sakit sekali. Benar? Nyonya Miriam tidak tanggung-tanggung saat menggenggam rambut Anda tadi."Charlotte terpejam begitu merasakan elusan tangan Lucas yang bersarang pada kepalanya. Entah karena terlalu lelah atau memang tidak mau mengomel, Charlotte hanya mampu menikmati sentuhan hangat yang Lucas berikan.Selama beberapa saat, tidak ada yang membuka suara. Keduanya seakan-akan menikmati keheningan yang melingkupi dengan berbagai pikiran serta

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   16. Keributan

    Makan malam kali itu, dihadiri oleh empat istri Hendra Soedarso—sedangkan sang kepala keluarga belum menjejaki vila sama sekali seharian ini.Suasananya bisa dipastikan tegang luar biasa. Sebagai yang termuda, Megan berusaha mencairkan suasana dengan bertanya penuh kepolosan, tetapi malah mendapat pelototan dari Miriam maupun Elmira. Charlotte hanya mampu mendesah lelah, berharap makan malam akan segera selesai. Masalahnya, semua orang entah mengapa sengaja melahap secara perlahan-lahan. Entah karena perjalanan jauh membuat tidak nafsu makan, atau memang sedang malas mencerna sesuatu.Bukan hanya para istri yang merasakan ketegangan tersebut, para pengawal serta pelayan pribadi masing-masing pun melempar lirikan yang seakan-akan meminta pertolongan agar seseorang membawa topik ringan yang bisa mengendurkan ketegangan di antara mereka.Merasa muak dengan atmosfer yang ada, Elmira berdiri. Seluruh pasang mata tertuju padanya, sedangkan Elmira mulai bersenandung ringan dengan harapan un

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status