Lucas berdecak kesal saat mendengar ucapan Luna. Pria itu berdeham, tampil tegap bersiap menyambut kedatangan Hendra Soedarso yang sedang menuju area kolam renang.
Dan benar saja, sosok Hendra Soedarso datang diikuti asisten pribadinya serta dua pengawal yang senantiasa mengekori ke mana pun pria tambun itu pergi. Charlotte, yang semula berenang santai bersama Megan, turut menyadari kedatangan Hendra Soedarso. Segera saja, wanita itu menyikut Megan dan memberi tanda; keluar dari kolam renang untuk menyambut Hendra. Lucas tersedak ludahnya sendiri saat melihat gaun dalaman Charlotte yang sebelumnya sudah melekat, justru semakin memperlihatkan lekuk tubuh wanita itu. Lucas nyaris menjatuhkan rahang, tetapi ingat bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk terpesona pada seseorang yang harus dijaganya. Saat Charlotte dan Megan menghampiri dengan keadaan yang terbilang seksi, Hendra Soedarso tidak dapat menyembunyikan senyumnya. "Astaga, istri-istriku ini ... kalian terlihat menggoda sekali!" Hendra menjatuhkan kecupan pada bibir Charlotte dan Megan, membuat keduanya hanya mampu tertunduk patuh. Di tempatnya berdiri, Lucas melotot tak senang. Namun, saat pria itu mengedar pandang, dia menyadari bahwa tatapan para pelayan dan pengawal lainnya mengandung arti lain; simpati. "Wah," Hendra Soedarso menjilat bibir bawahnya, tergoda atas penampilan Charlotte dan Megan pada detik tersebut. "Waktunya tidur siang kan? Bagaimana kalau kalian berdua datang ke kamarnya Mas dan memuaskan Mas untuk tidur siang ini, hm? Pastinya kalian sudah terlalu lelah setelah berenang." Baik Charlotte maupun Megan melempar lirikan berisi ketidaknyamanan. Hal yang paling ingin dihindari ialah melayani Hendra secara bersamaan. Charlotte berusaha mencari alasan, lantaran lebih baik melayani Hendra secara terpisah daripada harus seperti itu. Namun, belum genap dia membuka mulut, Lucas menghampiri Hendra dengan tenang. "Tuan Besar, saya ingin melaporkan, beberapa saat tadi, terjadi suatu insiden yang membahayakan keselamatan Nyonya Charlotte." Mendengar hal tersebut, kening Hendra berkerut dalam. "Apa katamu?" Luna turut menyambung dengan kepala tertunduk, tak berani menatap langsung mata sang tuan besar. "Benar, Tuan Besar. Kue stroberi yang tersedia di lemari pendingin, ternyata mengandung paku kecil di dalamnya. Hampir saja Nyonya Charlotte memakannya, tetapi beruntung saja tidak." Hendra menatap Charlotte yang diam-diam telah mengembuskan napas lega. Kalau sudah begini, biasanya Hendra akan berkutat untuk mencari tahu pelaku yang sudah menyabotase isi rumah. Besar kemungkinan, pria tambun itu akan membiarkan Charlotte untuk beristirahat pula. "Siapa namamu, pengawal baru?" tanya Hendra pada Lucas. "Lucas, Tuan Besar." "Lucas? Ikuti saya ke kantor saya! Jelaskan apa yang terjadi! Luna? Temani saja Charlotte kembali ke kamar. Kamu juga, Megan, kembalilah ke kamarmu, biarkan Charlotte menenangkan diri." Perintah Hendra yang tidak bisa diganggu gugat, langsung dijalankan dengan baik. Luna mengambil handuk yang sudah dipersiapkan, menyampirkannya pada pundak Charlotte. Sebelum kembali ke kamar, Megan menepuk lengannya pelan. "Sampai bertemu nanti malam, Kak Charlotte ...." Charlotte hanya mampu mengangguk lemah, lantas menuju kamarnya ditemani oleh Luna. Setelahnya berganti pakaian, tanpa sadar wanita itu terlelap dan menyambangi alam mimpi di siang hari yang melelahkan ini. ••••• Charlotte merasakan sebuah kehangatan merengkuhnya. Nyaman, menenangkan, bahkan rasanya dia tidak pernah merasa sedamai ini dalam tidurnya. Namun, ketika dia merasakan hujan kecupan yang menggelitik leher, wanita itu terbangun secara perlahan. "Ka-kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?!" Charlotte hendak menjauh, tetapi lengan Lucas serta tubuh kekar pria itu memerangkapnya. "Anda tidak boleh pergi ke mana-mana untuk sementara ini, Nyonya Charlotte. Luna sudah mengatarkan makan malam, dan Anda diperbolehkan untuk beristirahat di kamar sampai dua hari ke depan tanpa perlu melakukan apa-apa." Charlotte terdiam sejenak, lalu merasa sedikit lebih baik. Itu artinya, dia tidak perlu melayani Hendra dalam dua hari ke depan—dan dia sangat bersyukur akan hal tersebut. Lucas mengeratkan pelukan ketika dirasa Charlotte sudah lebih rileks. Tangan kanan pria itu mengelus punggung Charlotte yang tertutupi oleh piama satin tanpa lengan. "Sudah seberapa sering Anda bertemu insiden semacam itu, Nyonya Charlotte?" tanya Lucas. Charlotte tidak langsung menjawab. Butuh lima degup jantung, sebelum memberanikan diri bertatapan dengan Lucas. "Dalam tahun-tahun yang kulalui di rumah ini? Saking banyaknya, aku tidak bisa menghitung—sebentar! Kenapa aku harus memberitahumu? Lepas! Kamu tidak sembarangan memelukku dan tidur di ranjangku seperti ini!" Lucas malah mendekatkan tubuhnya kepada Charlotte. "Anda tahu, Nyonya Charlotte? Saya hampir saja mendorong si tua bangka yang gendut itu ke kolam renang karena seenaknya saja mau membawamu untuk melayaninya." Charlotte tercekat saat Lucas membenamkan wajah pada ceruk lehernya. Sensasi menggelitik nan hangat itu membuat Charlotte merinding, tetapi dengan cepat menguasai diri. "Menjauh, Lucas! Bagaimana kalau Luna atau Mas Hendra tiba-tiba datang untuk memeriksa keadaanku?! Aku tidak mau membuat gempar seisi rumah ini!" panik wanita itu. Lucas terkikik, berlanjut mengecup ceruk leher Charlotte. "Anda pikir saya berbaring di sini tanpa mempertimbangkan kemungkinan tersebut? Lihatlah jam dindingnya, Nyonya sayang! Si tua bangka itu sudah memeriksa keadaan Anda tadi, begitu juga dengan Luna. Sekarang ... saya akan menemani malam Anda, bagaimana?" Charlotte melirik jam dinding, rupanya telah menginjak pukul sembilan malam. "A-aku tidur sejak siang tadi ... sampai sekarang?" "Hmm, tampaknya Anda kelelahan sekali, Nyonya sayang ...." "Jangan panggil aku seperti itu!" "Ah, Anda menggemaskan sekali kalau sedang kesal begini. Rasanya saya jadi mau memakan Anda sekarang ini," ujar Lucas dengan suara beratnya. Sepasang mata Charlotte membulat sempurna, mengetahui arti dari tatapan Lucas yang mulai menggelap. "Heh! Dijaga bicaranya ya?!" "Kalau saya tidak mau menjaga bicara, bagaimana? Nyonya Charlotte mau melakukan apa terhadap saya?" tantang Lucas. Charlotte menggigit bibir bawah. Berhadapan dengan Lucas sangat menguras kesabaran. "Aku berharap, semoga kamu tidak bekerja di sini lagi mulai besok, Lucas." "Oh, doa yang buruk sekali, Nyonya sayang. Duh, saya jadi kecewa ...." Charlotte berusaha membebaskan dirinya dari pelukan Lucas sekali lagi. Biarpun jantungnya sedang berdetak tak karuan di dalam sana, tetap saja tidak masuk akal bersama dengan Lucas di kamar begini. "Lepas atau—ah!" Tanpa aba-aba, Lucas mengubah posisinya hingga berada di atas tubuh Charlotte. "Apa yang kamu lakukan?! Minggir!" "Tidak. Sudah saya putuskan, saya menginginkan Anda, Nyonya Charlotte." •••••"Kamu tidak bisa berkata seperti itu! Aku ini nyonyamu! Yang seharusnya kamu jaga! Bukannya mengambil kesempatan dalam kesempitan begini!"Lucas menyeringai, tetap menatap Charlotte yang terlihat bagai kucing menggemaskan yang terperangkap di bawahnya. Ditatap begitu, Charlotte malah salah tingkah. Pipinya merona tanpa bisa dicegah."Astaga, Nyonya sayang .... Kalau Anda bersikap menggemaskan seperti ini, mana bisa saya tidak menginginkan Anda, hm?" goda Lucas."Minggir, Lucas! Kalau kamu tidak minggir, aku akan membuat kamu melakukan suatu kesalahan besar, sampai akhirnya besok kamu pergi dari sini!" ancam Charlotte, tak mau gentar begitu saja."Oh ya? Kesalahan macam apa?" Lucas merendahkan tubuhnya, menopang dengan kedua tangan yang berada pada tiap sisi tubuh Charlotte. "Mau mengatakan kepada si tua bangka itu kalau saya sudah berlaku kurang ajar seperti ini?""Ya! Karena kamu sudah seenaknya tidur di—hmph!"Sepasang mata Charlotte membelalak, tidak menyangka bahwa Lucas akan menj
Lucas berdecak kesal saat mendengar ucapan Luna. Pria itu berdeham, tampil tegap bersiap menyambut kedatangan Hendra Soedarso yang sedang menuju area kolam renang.Dan benar saja, sosok Hendra Soedarso datang diikuti asisten pribadinya serta dua pengawal yang senantiasa mengekori ke mana pun pria tambun itu pergi.Charlotte, yang semula berenang santai bersama Megan, turut menyadari kedatangan Hendra Soedarso. Segera saja, wanita itu menyikut Megan dan memberi tanda; keluar dari kolam renang untuk menyambut Hendra.Lucas tersedak ludahnya sendiri saat melihat gaun dalaman Charlotte yang sebelumnya sudah melekat, justru semakin memperlihatkan lekuk tubuh wanita itu. Lucas nyaris menjatuhkan rahang, tetapi ingat bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk terpesona pada seseorang yang harus dijaganya.Saat Charlotte dan Megan menghampiri dengan keadaan yang terbilang seksi, Hendra Soedarso tidak dapat menyembunyikan senyumnya. "Astaga, istri-istriku ini ... kalian terlihat menggoda sekal
"Nyonya Charlotte!"Charlotte merasakan genggaman seseorang melingkari pergelangan tangannya, membuat sendok berisikan potongan kue stroberi tersebut jatuh ke lantai. Wanita itu lantas mendongak, bertemu tatap dengan Lucas yang memasang tampang serius penuh keawasan. Luna sendiri panik, segera memanggil pengawal tambahan yang berjaga di sekitar untuk memeriksa dapur."Anda tidak apa-apa, Nyonya Charlotte?" tanya Lucas memastikan.Charlotte mengangguk perlahan, menarik napas dengan mata terpejam. Selepas dirasa telah menenangkan diri, wanita itu berdiri. "Mengejutkan sekali. Aku tidak mengira kalau percobaan semacam ini akan datang lagi.""Lagi? Sepertinya ini bukan yang pertama kalinya, Nyonya Charlotte?"Pertanyaan Lucas langsung dihadiahi anggukan susulan yang sudah bisa pria itu duga. "Tapi, entah siapa target yang sebenarnya. Bisa saja bukan aku, atau orang lain."Lucas berjongkok, mengamati sebuah paku kecil yang menyembul dari sesendok kue stroberi yang Charlotte jatuhkan tadi.
Tok! Tok! Tok!"Nyonya Charlotte? Sarapan sudah siap! Perlukah saya membawa sarapan ke dalam kamar? Atau apakah Nyonya Charlotte akan datang sendiri ke meja makan?"Charlotte tersentak. Wanita itu segera melepaskan diri dari jangkauan Lucas, berdeham untuk menyembunyikan kegugupan yang tengah melanda. "Ya, aku akan datang ke meja makan saja, Luna. Aku mau mandi dulu.""Perlukah saya membantu Nyonya Charlotte untuk membersihkan diri?" tawar Luna sopan, yang masih setia berdiri di balik pintu."Tidak perlu, Luna. Terima kasih! Aku akan memanggilmu saat membutuhkan bantuanmu nanti," balas Charlotte."Baik, Nyonya Charlotte. Kalau begitu, saya akan bersama dengan pelayan lain yang membantu di dapur."Sesaat setelah bayangan Luna yang terlihat dari celah bawah pintu menghilang, Charlotte mendengkus lega. Wanita itu kembali merebahkan diri sembari memikirkan apa yang sedang terjadi. Namun, sebelum membuka suara, sebuah lengan kekar telah melingkari pinggangnya lagi. "Oh, jadi kamu menyuruh
Sebelum Charlotte mampu mengutarakan protes, tahu-tahu saja dia merasakan salah satu tangan Lucas menyusup ke balik jas yang tersampir pada pundak wanita itu. Charlotte merinding, tetapi detak jantungnya yang sarat akan antisipasi itu malah membuat pipinya merona lebih dulu. Melihat tampang Charlotte yang mulai salah tingkah, Lucas kembali melayangkan tawa kecilnya dengan suara berat nan seksi. "Nah, lihat, Nyonya Charlotte. Sepertinya tubuhmu mengingat dengan benar, siapa yang mampu memuaskannya di atas ranjang ...." Cepat-cepat menggeleng, Charlotte mundur tiga langkah, menepis tangan Lucas yang masih bisa menjangkaunya. Lucas memiringkan kepala, menyeringai seakan-akan sedang mendapatkan mainan baru. "Saya tahu, Nyonya Charlotte," Lucas malah mendekatinya lagi, yang mana tepat berdiri di depan wanita itu, "siapa pun bisa melihat, pria tua seperti Hendra Soedarso tidak akan bisa memuaskan para istrinya di atas ranjang." "Ka—" "Kak Charlotte?" Lucas segera mundur dua la
Belakangan, Charlotte tidak suka diberi kejutan. Dia pikir, kejutan yang Jenna yang berikan malam itu sudah yang paling mendebarkan. Namun, seorang pria yang berdiri tiga langkah darinya dengan seragam khas pengawal keluarga Soedarso malah menjadi kejutan terhoror yang pernah ada.Bagaimana mungkin ... gigolo yang dihadiahkan oleh Jenna malam itu akan menjadi pengawal barunya?Puas dengan keterkejutan yang menghinggapi wajah cantik Charlotte, pria itu tersenyum simpul. "Selamat malam, Nyonya Charlotte. Perkenalkan, saya Lucas. Mulai malam ini, saya akan menjadi pengawal pribadi Nyonya Charlotte sampai seterusnya."Charlotte masih menganga, membayangkan kalau dunianya yang tenteram sedang tidak baik-baik saja. Omong-omong, dia tidak tahu nama pria itu. Baru sekarang dia mengetahuinya, biarpun sudah menghabiskan malam panas yang sama.Sebelum Charlotte membuka suara, tiba-tiba saja Megan datang ditemani pengawal pribadi wanita muda itu. Megan tampil manis dengan gaun yang lebih tertutup