Share

Chapter 71 Benci

Penulis: Sya Reefah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 23:55:26

Tak mau berlama-lama, Eva berbalik dan berjalan cepat, menghindari tatapan Henry. Tak ada niat untuk mendekat ke mejanya. Dia memilih menghindar, sengaja menjauh agar tidak menimbulkan keributan.

Hatinya berdebar, tapi dia berusaha menjaga langkahnya tetap terjaga. Tanpa melihat lagi, dia melangkah ke belakang, mencoba untuk tidak terbawa perasaan yang semakin kacau.

Setelah sampai di dapur, Eva dengan cepat memberikan order slip kepada staf yang sedang sibuk menyiapkan pesanan. Dia berharap bisa segera kembali ke area depan dan melanjutkan pekerjaannya tanpa gangguan. Namun, dia tampak ragu setelah melihat keberadaan Henry di Restoran itu.

Tak biasanya Henry akan datang ke Restoran kecil seperti ini. Eva merasa bahwa Henry memang sengaja datang untuk mengganggu ketenangannya.

Eva menarik napas panjang dan berbalik, berniat melanjutkan pekerjaannya. Meski dia tidak ingin berhadapan dengan Henry, tapi dia harus profesional dalam menjalankan pekerjaan.

Akan tetapi baru saja ia berbalik
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 246

    Henry bertanya sedikit ragu, meski dia sendiri merasakan ada perubahan pada penampilan barunya. “Apa ini tidak berlebihan?”“Sama sekali tidak,” jawab Eva, meyakinkan. “Justru kau terlihat lebih berkharisma. Cocok untuk acara malam ini.”Eva melanjutkan, “Di tambah dengan jas barumu. Kau terlihat sempurna.”Mendapat pujian dari Eva membuat senyum Henry mengembang. Senyum percaya diri itu terukir jelas di wajahnya, dia mencondongkan tubuhnya ke arah Eva, dan berbisik pelan, “Suamimu memang sangat menawan. Apa kau baru menyadarinya.” Eva memutar kedua matanya malas. Geli, tingkat kepercayaan suaminya terkadang memang setinggi langit. Meski dalam hatinya menyadari jika suaminya memanglah tampan. Dia mencubit lengan Henry. “Kau sangat narsis!”Henry terkekeh, dia mengangkat tangan Eva yang mencubitnya dan mencium punggung tangannya. “Aku hanya mengiyakan fakta, Istriku. Dan berkat sentuhan tangan ajaibmu, aku lebih bersinar malam ini.”Eva menggeleng, meski senyum tidak bisa disembunyi

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    chapter 245

    Henry duduk di ruangannya, matanya mengamati layar proyektor yang menunjukkan grafik dan angka proyek yang sedang berjalan. Pikirannya sepenuhnya tertuju pada pekerjaannya, menganalisis progres dan mencari potensi masalah sebelum hal itu terjadi. Suasana begitu tenang, hingga akhirnya suara ketukan pelan memecah keheningan.“Masuk,” kata Henry tanpa mengalihkan pandangannya. Ryan muncul di ambang pintu. “Tuan, ada yang ingin saya sampaikan.”Akhirnya, Henry mengalihkan pandangannya. “Ada apa? Apa ada proyek bermasalah?”“Bukan, Tuan. Ini soal yang lain,” jawab Ryan dengan ragu-ragu sabil mendekat ke meja. “Ini soal Tuan Besar dan Nyonya Helen.”Alis Henry terangkat. Dia menyandarkan punggungnya pada kursi dan pandangannya sepenuhnya tertuju pada Ryan. “Apa yang kau temukan?”Ryan menarik napas, sebelum akhirnya menjelaskan, “Ada beberapa informasi yang cukup aneh.” Dia berhenti sejenak, mencari kata-kata yang tepat. “Sepertinya ada semacam … hubungan di antara mereka.”Kening Henr

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 244

    Saat itu juga, awan hitam seperti menyelimuti dirinya. Suasana hatinya begitu dongkol. Tak ada yang benar-benar tahu apa sebenarnya yang diinginkan wanita ini. Samuel memalingkan wajahnya, tak ingin melihat Julia. Namun, dia bisa merasakan senyum mengejek dari Julia padanya. Sebuah langkah ringan terdengar mendekat lalu berhenti di sampingnya. “Kau mencoba menghindariku.” Suara Julia terdengar lembut, tetapi nada suaranya tersirat ejekan yang kuat. “Ternyata kau memang pengecut.” “Bukan hanya pengecut saat menghadapiku, tapi juga mengenai perasaanmu!” lanjut Julia. Dia terkekeh pelan membuat Samuel menatap tajam ke arahnya. Samuel semakin jengkel dengan keberadaan Julia di sana. Dia berusaha keras untuk tidak terpancing dengan semua kata-kata Julia. Entah upaya apa yang harus dilakukan agar bisa membuat wanita itu pergi dari hadapannya. Melihat reaksi Samuel, senyum sinis semakin merekah di wajah Julia. Itu adalah reaksi yang dia inginkan. Hanya beberapa kata, pria itu sudah te

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    CHAPTER 243

    Perjalanan singkat menuju gedung teater terasa nyaman. Di dalam mobil, Henry tak membiarkan genggaman tangannya pada Eva terlepas. Mereka menghadiri pertunjukan Broadway. Begitu tiba di teater, suasana sudah ramai. Dengan sigap, Henry memimpin jalan, mencari pintu masuk yang tidak terlalu padat pengunjung. Dia sudah memilih tempat duduk yang paling strategis dan nyaman, di bagian tengah mezzanine, dengan ruang kaki yang cukup lapang dan tidak terlalu dekat dengan tangga yang curam. Begitu duduk, Eva menghela napas lega. Kursinya empuk, dan jarak pandang ke arah panggung sangat pas. Henry sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Eva dan berbisik pelan, “Bagaimana tempat dudukmu? Apa kau merasa nyaman?” Eva tersenyum simpul, menyadari sikap protektif Henry selama masa kehamilannya. “Sangat, sangat, sangat nyaman. Kau tenang saja.” Henry mengangguk. Begitu saatnya tiba, lampu teater meredup, tirai perlahan terangkat. Eva menatap panggung itu dengan mata berbinar. Di atas pa

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 242

    Pagi itu baru menunjukkan pukul 09.00, tetapi suasana di ruang rapat tampak mencekam, meja panjang dalam ruangan itu dipenuhi oleh wajah-wajah tegang. Di ujung meja, Henry duduk dengan setelan jas yang rapi, tatapannya mampu membuat semua orang membeku, bahkan sebelum dia berbicara. Dia meletakkan tablet ke atas meja dengan suara ‘tak’ yang cukup nyaring, membuat kepala-kepala yang menunduk itu tersentak kaget. Ini masih pagi, tetapi emosinya sudah memuncak. Tak ada yang berani menatap wajahnya. Pria itu sangat mengerikan saat sedang marah. “Sudah dua minggu dan izin konstruksi The Halden di Hudson Yards masih belum keluar?” tanya Henry tegas, matanya menyapu semua orang yang ikut berpartisipasi dalam rapat. “Para investor bertanya-tanya, kenapa tidak ada pergerakan di lapangan. Katakan padaku, siapa yang bertanggung jawab mengurus ini?” Di sisi kanan meja, Ben—kepala legal, mencoba untuk menjelaskan, “Kami sudah ajukan sesuai prosedur, Tuan. Tapi pihak Departemen Pembangunan kot

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 241

    Julia meneguk champagne hingga tetes terakhir, lalu meletakkan gelasnya di atas meja. Alexander menarik kursinya lebih dekat dengan Julia. “Terus terang, aku menyukainya. Tapi, apa yang bisa kau tawarkan padaku? Henry bukan lawan yang mudah.”“Aku punya segalanya.” Julia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Suaranya menyimpan dendam yang mendalam. “Aku tahu akses inti perusahaan. Bentuk proposal, desain, dan konsep setiap proyek Henry. Entah itu sebelum, atau di masa mendatang.” Mendengar itu, mata Alexander berbinar, kilatan licik muncul di dalam matanya. Dia meletakkan gelasnya perlahan, dan memfokuskan dirinya pada Julia. Itu informasi yang menarik, tak boleh terlewatkan. Dengan begitu, dia akan dengan mudah menggeser posisi Henry dari posisi puncaknya. “Sungguh?” Ada rasa tidak percaya, tetapi rasa penasarannya lebih besar. Julia tersenyum miring. Dia tahu betul, pasti Alexander sangat tertarik dengan informasi yang dia bawa saat ini. Julia melanjutkan, “Tentu. Aku ju

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status