Saat Seria menemui Amanda, mama Geni mendatangi Evan di ruang kerja. Dilihatnya sang anak yang termenung duduk di kursi kerja, di hadapan Evan memang ada sebuah dokumen tapi sorot mata anaknya tersebut nampak kosong.
Mama Geni bisa memahami kenapa Evan begini, dia pasti bingung ingin mengambil keputusan apa sekarang. "Evan," panggil mama Geni seraya masuk semakin dalam ke ruangan ini. "Ma," balas Evan seadanya. "Lebih baik kamu segera menceraikan Amanda, dia pasti juga setuju dengan perceraian ini," ucap mama Geni. "Sebelum berpisah minta dia untuk mengembalikan seluruh saham yang pernah papa beri, termasuk mengundurkan diri dari yayasan," timpal mama Geni pula. Memberi solusi yang tepat agar anaknya tak perlu bingung-bingung lagi. Bagi mama Geni Amanda tidak berhak mendapatkan sedikitpun kekayaan keluarga Sanjaya, apalagi wanita itu tidak memiliki keturunan dari Evan. Harusnya Amanda tahu diri, sebelum berpisah dia memang harus menyerahkan semuanya kembali pada keluarga ini. Namun dilihatnya Evan yang justru menggeleng. "Tidak Ma, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan Amanda. Aku mencintai Amanda, Ma." "Jangan bodoh, Evan!" Mama Geni meradang. "Cinta itu bisa tumbuh kapan pun. Dulu pun, kamu tidak mencintai Amanda! Mama yakin, kali ini pun, kamu pasti bisa mencintai Seria." Detik itu, Evan menundukkan kepala dan kehilangan kata-kata untuk melanjutkan argumennya.Di dalam kamar Amanda, tubuh Seria gemetar ketika mendengar keputusan yang tidak dia duga.
Amanda tersenyum sinis. Dengan wajah yang tanpa ekspresi, wanita itu bangkit dari duduknya dan mengayunkan tangannya kuat-kuat untuk memberikan Pelajaran pada Seria.
PLAK!
"Aw!" pekik Seria yang kesakitan.
"Jaga ucapanmu saat berada di hadapanku!” ujar Amanda dingin. “Bagiku, jalang sepertimu tidak pantas memanggil kami dengan sebutan yang sama! Tuan, Nyonya dan Nona … camkan itu!”Di hadapan Amanda, Seria kini menjatuhkan air mata.
Amanda yakin, Seria begitu terpukul dan tak menyangka akan diperlakukan seperti ini. Namun, inilah Amanda, Nyonya Sanjaya yang tak akan hancur hanya karena rumput liar berani tumbuh di dalam rumahnya.
"Luna, temui suamiku.” Amanda memanggil asisten pribadinya yang sedari tadi menjadi saksi betapa sadis dia memberikan pelajaran pada Seria. “Katakan padanya, aku tidak ingin bercerai!"
Kalimat itu diucapkan Amanda dengan penuh tekanan, meski matanya memerah karena menahan sakit.
Hati Amanda saat ini memang telah hancur, tapi dia pastikan dia tak akan goyah.
Amanda bahkan akan menguatkan posisinya di perusahaan Sanjaya Group. Dia akan mulai mengumpulkan uang untuk dirinya sendiri, tidak lagi menjadi boneka penghasil uang untuk mama mertua dan adik iparnya. "Baik Nyonya, saya akan menemui Tuan Evan sekarang juga," balas Luna dengan patuh. "Tidak, jangan temui Ev_ Tuan Evan. Biar aku yang sampaikan," cegah Seria. Namun Luna tentu tidak mendengar ucapan tersebut, karena kepatuhannya hanya akan dia berikan pada sang Nyonya. Luna tetap keluar dan hendak menemui sang Tuan. Seria yang gelagapan sontak mengejar Luna, ingin menghentikan wanita tersebut.Melihat Seria yang keluar dari dalam kamarnya seperti anjing terbirit-birit membuat Amanda tersenyum kecil.
Ini semua masih permulaan dari pembalasan rasa sakit yang dia alami.
"Luna! Tunggu!" panggil Seria. Namun dia kalah cepat, Luna telah lebih dulu tiba di ruangan sang Presdir. Bahkan di sana masih ada Nyonya Geni. "Ada apa?" tanya mama Geni sigap.Semua orang di rumah ini tahu, jika Luna datang … itu berarti erat hubungannya dengan Amanda.
Wanita ini pasti datang dengan membawa pesan dari sang menantu. "Tidak ada apa-apa Ma.” Seria menyahut tanpa diduga. Dia kemudian kembali mendekati Luna. “Luna, keluarlah!"Tapi Luna langsung menghadap pada tuan Evan dan berkata dengan lantang, "Tuan Presdir, Nyonya tidak ingin bercerai!"
"Kamu serius akan datang?" tanya Kaginda setelah Amanda mengakhiri panggilan teleponnya dengan sang mertua."Hem, konferensi pers akan diadakan malam nanti. Sekarang aku masih bisa bekerja, jadi tidak menganggu waktuku," balas Amanda, lalu tersenyum seperti biasa.Kaginda seperti melihat jika sekarang Amanda memiliki dua kepribadian, satu Amanda yang dia kenal selama ini sementara satu sisi Amanda yang penuh dengan dendam."Aku akan mendampingi mu," ucap Kaginda lalu menghela nafasnya dengan kasar."Tidak apa-apa, datanglah saat pukul 7 malam di Sanjaya Group. Kita bertemu di sana," jawab Amanda dan Kaginda menganggukkan kepalanya setuju.Kaginda juga bangkit berdiri siap pergi dari sana, namun sebelum benar-benar pergi dia kembali menatap Amanda dengan intens. Memastikan sekali lagi benarkah Amanda baik-baik saja. Benarkah semua luka itu telah sembuh, karena pengkhianatan keluarganya tak main-main."Aku baik-baik saja, berhenti menatapku dengan tatapan mengasihani seperti itu," ucap
"Amanda," panggil Kaginda yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja.Luna yang awalnya tengah berbincang dengan atasannya itu pun sontak mundur, berniat keluar dan meninggalkan dua wanita ini."Ada apa? kenapa mendadak datang ke sini?" tanya Amanda pula, menatap bingung atas kedatangan sahabatnya tersebut. Biasanya mereka selalu membuat janji temu lebih dulu sebelum ada pertemuan. Tapi kini secara mendadak Kaginda muncul di hadapannya."Ada apa? katamu ada apa? Astaga," Kaginda sampai kehabisan kata-kata. "Aku bahkan sangat sulit untuk masuk ke sini tadi, di depan sana banyak wartawan yang mengerubungi Yayasan," jelas Kaginda kemudian, raut wajahnya nampak cemas.Menatap Amanda dengan begitu intens, menelisik kesedihan macam apa yang dirasakan oleh sang sahabat. Hancur yang mungkin sampai membuatnya sesak untuk bernafas.Sementara Luna telah benar-benar keluar dari ruangan ini, Kaginda berdiri di depan meja kerja Amanda. Dan malah melihat Amanda yang masih sibuk dengan semua pekerjaan
"Seria! Keluar kamu!" pekik mama Geni, dia juga langsung masuk semakin dalam ke rumah tersebut tanpa memerlukan izin. Sampai akhirnya mama Geni melihat Seria yang berdiri di ruang tengah rumah ini.Tatapan mereka saling terkunci, seperti tak ada yang ingin mengalah dalam perselisihan ini. Meski semuanya nampak kacau bagi Seria, namun dia tak ingin mengaku salah. Apalagi sampai menundukkan kepalanya untuk meminta maaf.Tidak, Seria tidak akan pernah melakukan itu. Sebab baginya ini semua sudah benar.Saat itu bertepatan dengan mama Seria yang juga mendatangi ruang tengah kerena mendengar keributan."Dasar wanita tidak tahu diri! Berani-beraninya kamu mempermalukan Evan!" bentak mama Geni, suaranya yang menggelegar bergema di dalam rumah tersebut. Mama Geni maju dengan cepat dan menjambak rambut Seria."Hentikan Geni! jangan sakiti anakku!" ucap mama Seria, dia juga berusaha keras melepaskan perkelahian, menarik Geni agar melepaskan jambakannya sampai akhirnya Seria yang terlempar ke s
Evan sudah lebih dulu memutus sambungan telepon tersebut karena dia tak ingin kembali mendengar bantahan dari sang mama. Sejak beberapa waktu lalu dia memang sudah memutuskan untuk tidak mengikutsertakan sang mama dalam tiap keputusan yang akan dia ambil.Di masa lalu, Evan telah begitu patuh pada mama Geni. Semua hal yang diperintahkan oleh mamanya pasti dia teruti. Evan tak pernah berpikir panjang, asal sang mama yang memberinya perintah pasti akan dia lakukan.Tapi sekarang dia tidak ingin hidup seperti itu lagi, terlebih setelah menyadari bahwa semua hal yang dilakukan oleh Mama Geni selama ini adalah salah.Demi memperbaiki hidupnya yang sudah hancur, Evan akan memilih jalan yang baginya sendiri adalah yang terbaik.Hari ini Evan memutuskan untuk tetap datang ke perusahaan di tengah-tengah kondisi yang semakin memanas. Namun dia masih memilih untuk diam, tidak mengeluarkan satu katapun sebagai pembelaan."Tuan, beberapa klien membatalkan kerjasama karena skandal ini. Apa yang har
Saat pagi menjelang Evan masih juga belum mampu terpejam. Dia tetap duduk di sofa kamarnya dan melihat sang istri mulai bersiap untuk pergi bekerja.Evan sampai melupakan tentang keberadaan Aska di rumah ini, pikirannya benar-benar buntu. Dia sampai tak berani membuka ponselnya sendiri."Sayang," panggil Evan lirih saat Amanda mulai duduk di meja riasnya."Semalaman Mas tidak tidur?" tanya Amanda pula, berlagak seolah tidak tahu apapun. Tapi siapa yang peduli, dulu pun Amanda berusaha sembuh sendiri dari semua trauma."Bagaimana bisa aku tidur, pagi ini pemberitaan pasti semakin menjadi-jadi. Bisakah kamu membantah berita itu lagi?" tanya Evan, berpikir bahwa ini adalah satu-satunya cara agar dia bisa terbebas dari jeratan Seria."Mas, sekarang aku tidak mau ikut campur lagi. Kamu yang memulai untuk memiliki hubungan dengan Seria, jadi sekarang selesaikanlah semaunya sendiri," balas Amanda dengan kalimat yang terdengar begitu tegas.Sorot matanya tak mampu diajak untuk bernegosiasi.
Evelyn yang sejak tadi menguping semua kejadian dan pembicaraan sampai gemetar sendiri dibuatnya. Sebab Seria benar-benar mengirimkan bukti perselingkuhannya dan mas Evan ke sebuah media.Bingung apa yang harus dilakukannya juga, akhirnya Evelyn reflek masuk ke dalam kamar sang kakak."Mbak Amanda, aku mohon bantu mas Evan," pinta Evelyn setelah berhasil berdiri di hadapan sang kakak ipar. Mulai merasa bahwa Seria lah parasit yang sesungguhnya di keluarga Sanjaya.Wanita itu tidak menghasilkan apapun kecuali, Aska. Tapi bermimpi bisa jadi bagian dari keluarga ini."Kamu ingin lihat apa yang dikirim Seria pada Dream Media? lihatlah," balas Amanda, dia memutar laptopnya dan diarahkan pada sang adik ipar.Mulut Evelyn ternganga, lalu dengan cepat dia tutup menggunakan kedua tangan. Bagaimana bisa Seria menyebar foto yang begitu intim."Tersebar atau tidak, pihak Dream Media sudah melihat foto-foto ini. Pasti sudah melakukan pemeriksaan pula apakah foto ini asli atau palsu. Aku tidak bisa