Share

2. TEMPAT APA INI?!

Seorang laki-laki paruh baya sedang tergeletak di hamparan rumput hijau. Laki-laki itu terlihat belum sadarkan diri. Buru-buru Arya beranjak dan menghampiri laki-laki itu. Namun, belum juga dia sampai, tiba-tiba Arya dikejutkan dengan kemunculan hologram baru di hadapannya.

Arya tersentak dan kemudian dia tersungkur ke belakang. Matanya sampai tak berkedip, karena fokus menyaksikan bagaimana hologram itu terbentuk dengan sempurna. Akhirnya setelah satu menit, dari hologram itu terbentuklah sosok perempuan.

Menelan salivanya kasar. Arya semakin kaget, ketika melihat sosok perempuan itu hanya mengenakan lingerie berwarna pink. Buru-buru Arya memalingkan pandangannya ke arah lain.

“Oh, shit! Bisa-bisanya ada manusia cuman pake begituan. Hey, mata polos gue jadi ternoda!” rutuk Arya.

Arya bangkit, walau rasa takut semakin besar dia rasakan. Dengan tidak menghiraukan perempuan yang kira-kira berumur tiga puluhan itu, dia mencoba melewatinya dan segera menuju laki-laki paruh baya yang pertama kali dilihatnya.

“Pak, Pak,” panggil Arya. Ia mencoba membangunkan laki-laki yang rambutnya sudah mulai beruban.

Tak lama kemudian, laki-laki itu mengerang. Perlahan matanya terbuka dan sekejap dia pun terkejut. “Di-di mana ini?” Pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang baru saja diucapkan oleh Arya beberapa menit yang lalu.

“Ka-kamu siapa, Nak?” tanya laki-laki itu.

“Saya? Saya Arya, Pak. Bapak siapa?” Arya membantu laki-laki itu untuk bangkit.

“Saya Agus. Saya di mana, Nak?” tanya laki-laki itu.

Arya menggeleng. “Saya juga tidak tahu, Pak. Tadi saya lihat Bapak muncul begitu saja di hadapan saya,” terang Arya.

“Hah? Maksudnya? Muncul begitu saja  bagaimana, Nak?” Laki-laki itu menanyakan maksud dari perkataan Arya.

“I-iya ….” Arya diam sejenak, dia merasa bingung untuk menjelaskan. “Jadi … tadi awalnya Bapak muncul dengan bentuk hologram. Tapi tiba-tiba wujud Bapak jadi nyata. Sebelumnya Bapak ada di mana dan sedang apa?” tanya Arya lagi.

“Hologram?" Lawan bicara Arya nampak bingung dengan apa yang diucapkan Arya. "Seingat saya, saya sedang tidur di rumah." Kemudian Agus menjawab pertanyaan Arya. 

“Tidur, ya?” gumam Arya. Dia diam dan berpikir. Jujur saja, momen terkahir yang Arya ingat pun sama, sedang tertidur.

'Apa kita diculik?' 

Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di pikiran Arya. Tapi sedetik kemudian dia menggeleng. Rasanya tidak mungkin mereka diculik. Karena Arya yakin, orang tua ini tadi muncul dengan bentuk hologram. Tadi dia pun melihat sosok perempuan yang muncul dengan bentuk yang sama.

Tangan kanan Arya mulai memegang dan memijit dagunya. Sedangkan tangan kirinya menopang sikut dari tangan kanan Arya. Mencoba untuk memikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi padanya. 

“Jadi ini di mana, Nak? Jakarta nggak ada hamparan rumput seperti ini,” kata Agus sambil memindai sekelilingnya. Sontak pikiran Arya teralihkan, dia melihat ke arah Agus. 

“Saya juga tidak tahu, Pak. Bapak mau ikut dengan saya untuk mencari tahu tempat ini?” tanyanya.

Agus memijit kepalanya. “Aduh, gimana, ya, Nak?  Tapi saya tuh nggak kuat jalan.” 

Mendapat jawaban seperti itu, Arya berdecak. "Belum juga apa-apa udah bilang nggak kuat jalan. Apa orang tua semalas ini?" desisnya. Arya mendelikkan matanya kesal. Padahal niat dia baik, ingin bersama-sama mencari tahu keberadaan mereka. Tapi ketika mendapat jawaban seperti itu, Arya jadi kesal.

“Kenapa, Nak?” Sepertinya laki-laki itu peka dengan perubahan Arya.

“Ah, nggak.” Buru-buru Arya tersenyum, walau terlihat sedikit sinis. “Kalau begitu, saya pergi dulu, Pak.”

Arya berpamitan, tidak ada gunanya berlama-lama dengan laki-laki tua seperti itu. Lagi pula kalau laki-laki itu ikut dengannya, pasti akan menjadi beban.

Arya mencoba merogoh sakunya, dia tiba-tiba ingat dengan gawainya. Pikir Arya, dia harus segera menelepon sang ibu. Tak peduli kalau sebenarnya dia baru saja bertengkar dan berlaku kasar pada sang ibu. Namun, sial! Tiba-tiba saja gawai miliknya hilang. Bagitupun dengan sisa uang yang Arya miliki.

“Apa gue di copet juga?” gumam Arya.

Saat Arya sedang menyusuri pandang rumput yang luas, tiba-tiba dia melihat hologram-hologram lain bermunculan. Kini jumlahnya sangat banyak, seolah mereka bersamaan masuk ke dalam tempat asing itu.

Arya diam, mematung di tempat. Menyaksikan pemandangan yang sangat aneh dan tidak mungkin ada di negaranya. Seingatnya belum ada berita mengenai pengembangan teknologi hologram untuk digunakan di negara berkembang ini.

“Tempat apaan ini?” ucap Arya. Perasannya mendadak semakin tidak enak. Dia memikirkan hal yang tidak-tidak.

Matanya membelalak, tak percaya dengan apa yang sedang dia lihat. Manusia-manusia itu benar-benar muncul entah dari mana. Dia mendongak ke langit. Memastikan bahwa tidak ada UFO melayang di sana.

Arya mendesah, dia semakin frustrasi ketika melihat banyak manusia yang tergeletak begitu saja di hadapannya. Di antara mereka ada beberapa yang sudah sadar, dan mereka pun terlihat bingung.

“Sebenernya tempat apa ini?!” teriak Arya. “Woy! Siapa pun jawab gue!”

Tapi sayang tak ada yang menanggapi Arya satu pun. Semakin dia banyak berpikir, kepalanya semakin terasa sakit.

“Aargh!”

Arya mengerang, dia putus asa. Namun tiba-tiba saja dia tersentak, pasalnya seseorang menepuk pundak Arya. Buru-buru Arya menoleh ke belakang dengan wajah yang benar-benar kacau dan perasan takut yang semakin menjalar di dalam tubuhnya.

“Lo siapa?” tanya Arya pada seorang laki-laki yang berdiri tepat di belakang Arya.

BERSAMBUNG ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status