Home / Fantasi / Tujuh Dosa Besar / 2. TEMPAT APA INI?!

Share

2. TEMPAT APA INI?!

Author: mayuunice
last update Huling Na-update: 2021-08-31 14:39:01

Seorang laki-laki paruh baya sedang tergeletak di hamparan rumput hijau. Laki-laki itu terlihat belum sadarkan diri. Buru-buru Arya beranjak dan menghampiri laki-laki itu. Namun, belum juga dia sampai, tiba-tiba Arya dikejutkan dengan kemunculan hologram baru di hadapannya.

Arya tersentak dan kemudian dia tersungkur ke belakang. Matanya sampai tak berkedip, karena fokus menyaksikan bagaimana hologram itu terbentuk dengan sempurna. Akhirnya setelah satu menit, dari hologram itu terbentuklah sosok perempuan.

Menelan salivanya kasar. Arya semakin kaget, ketika melihat sosok perempuan itu hanya mengenakan lingerie berwarna pink. Buru-buru Arya memalingkan pandangannya ke arah lain.

“Oh, shit! Bisa-bisanya ada manusia cuman pake begituan. Hey, mata polos gue jadi ternoda!” rutuk Arya.

Arya bangkit, walau rasa takut semakin besar dia rasakan. Dengan tidak menghiraukan perempuan yang kira-kira berumur tiga puluhan itu, dia mencoba melewatinya dan segera menuju laki-laki paruh baya yang pertama kali dilihatnya.

“Pak, Pak,” panggil Arya. Ia mencoba membangunkan laki-laki yang rambutnya sudah mulai beruban.

Tak lama kemudian, laki-laki itu mengerang. Perlahan matanya terbuka dan sekejap dia pun terkejut. “Di-di mana ini?” Pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang baru saja diucapkan oleh Arya beberapa menit yang lalu.

“Ka-kamu siapa, Nak?” tanya laki-laki itu.

“Saya? Saya Arya, Pak. Bapak siapa?” Arya membantu laki-laki itu untuk bangkit.

“Saya Agus. Saya di mana, Nak?” tanya laki-laki itu.

Arya menggeleng. “Saya juga tidak tahu, Pak. Tadi saya lihat Bapak muncul begitu saja di hadapan saya,” terang Arya.

“Hah? Maksudnya? Muncul begitu saja  bagaimana, Nak?” Laki-laki itu menanyakan maksud dari perkataan Arya.

“I-iya ….” Arya diam sejenak, dia merasa bingung untuk menjelaskan. “Jadi … tadi awalnya Bapak muncul dengan bentuk hologram. Tapi tiba-tiba wujud Bapak jadi nyata. Sebelumnya Bapak ada di mana dan sedang apa?” tanya Arya lagi.

“Hologram?" Lawan bicara Arya nampak bingung dengan apa yang diucapkan Arya. "Seingat saya, saya sedang tidur di rumah." Kemudian Agus menjawab pertanyaan Arya. 

“Tidur, ya?” gumam Arya. Dia diam dan berpikir. Jujur saja, momen terkahir yang Arya ingat pun sama, sedang tertidur.

'Apa kita diculik?' 

Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di pikiran Arya. Tapi sedetik kemudian dia menggeleng. Rasanya tidak mungkin mereka diculik. Karena Arya yakin, orang tua ini tadi muncul dengan bentuk hologram. Tadi dia pun melihat sosok perempuan yang muncul dengan bentuk yang sama.

Tangan kanan Arya mulai memegang dan memijit dagunya. Sedangkan tangan kirinya menopang sikut dari tangan kanan Arya. Mencoba untuk memikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi padanya. 

“Jadi ini di mana, Nak? Jakarta nggak ada hamparan rumput seperti ini,” kata Agus sambil memindai sekelilingnya. Sontak pikiran Arya teralihkan, dia melihat ke arah Agus. 

“Saya juga tidak tahu, Pak. Bapak mau ikut dengan saya untuk mencari tahu tempat ini?” tanyanya.

Agus memijit kepalanya. “Aduh, gimana, ya, Nak?  Tapi saya tuh nggak kuat jalan.” 

Mendapat jawaban seperti itu, Arya berdecak. "Belum juga apa-apa udah bilang nggak kuat jalan. Apa orang tua semalas ini?" desisnya. Arya mendelikkan matanya kesal. Padahal niat dia baik, ingin bersama-sama mencari tahu keberadaan mereka. Tapi ketika mendapat jawaban seperti itu, Arya jadi kesal.

“Kenapa, Nak?” Sepertinya laki-laki itu peka dengan perubahan Arya.

“Ah, nggak.” Buru-buru Arya tersenyum, walau terlihat sedikit sinis. “Kalau begitu, saya pergi dulu, Pak.”

Arya berpamitan, tidak ada gunanya berlama-lama dengan laki-laki tua seperti itu. Lagi pula kalau laki-laki itu ikut dengannya, pasti akan menjadi beban.

Arya mencoba merogoh sakunya, dia tiba-tiba ingat dengan gawainya. Pikir Arya, dia harus segera menelepon sang ibu. Tak peduli kalau sebenarnya dia baru saja bertengkar dan berlaku kasar pada sang ibu. Namun, sial! Tiba-tiba saja gawai miliknya hilang. Bagitupun dengan sisa uang yang Arya miliki.

“Apa gue di copet juga?” gumam Arya.

Saat Arya sedang menyusuri pandang rumput yang luas, tiba-tiba dia melihat hologram-hologram lain bermunculan. Kini jumlahnya sangat banyak, seolah mereka bersamaan masuk ke dalam tempat asing itu.

Arya diam, mematung di tempat. Menyaksikan pemandangan yang sangat aneh dan tidak mungkin ada di negaranya. Seingatnya belum ada berita mengenai pengembangan teknologi hologram untuk digunakan di negara berkembang ini.

“Tempat apaan ini?” ucap Arya. Perasannya mendadak semakin tidak enak. Dia memikirkan hal yang tidak-tidak.

Matanya membelalak, tak percaya dengan apa yang sedang dia lihat. Manusia-manusia itu benar-benar muncul entah dari mana. Dia mendongak ke langit. Memastikan bahwa tidak ada UFO melayang di sana.

Arya mendesah, dia semakin frustrasi ketika melihat banyak manusia yang tergeletak begitu saja di hadapannya. Di antara mereka ada beberapa yang sudah sadar, dan mereka pun terlihat bingung.

“Sebenernya tempat apa ini?!” teriak Arya. “Woy! Siapa pun jawab gue!”

Tapi sayang tak ada yang menanggapi Arya satu pun. Semakin dia banyak berpikir, kepalanya semakin terasa sakit.

“Aargh!”

Arya mengerang, dia putus asa. Namun tiba-tiba saja dia tersentak, pasalnya seseorang menepuk pundak Arya. Buru-buru Arya menoleh ke belakang dengan wajah yang benar-benar kacau dan perasan takut yang semakin menjalar di dalam tubuhnya.

“Lo siapa?” tanya Arya pada seorang laki-laki yang berdiri tepat di belakang Arya.

BERSAMBUNG ....

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tujuh Dosa Besar   112. REALITA

    Tut. Tut. Tut. Bunyi yang terdengar menggema di sebuah ruangan, bersumber dari mesin elektrokardiogram. Mesin untuk mendeteksi detak jantung itu, sedang bekerja memantau seorang pasien remaja laki-laki yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Saat ini, di ruang pasien tidak ada siapa-siapa. Hanya dia seorang yang sedang tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya memasuki ruang pasien tersebut. Dia datang dengan membawa bunga lily putih yang terlihat sangat segar. Sembari meletakkan bunga tersebut di nakas pinggir pasien, wanita itu memandang wajah pemuda tersebut. “Huhh….” Wanita itu menghela napas kencang. Wajahnya terlihat sangat putus asa. Kemudian dia pun duduk di samping ranjang pemuda tersebut. “Sudah tiga bulan, Ya. Dan kamu masih belum sadar juga, Nak,” ucapnya lirih. Dengan sangat hati-hati wanita itu meraih tangan anaknya yang masih belum sadarkan diri di atas ranjang. Selama tiga bulan, hidup anaknya ini bergantung pada oksi

  • Tujuh Dosa Besar   111. GEMPA DAHSYAT

    Seratus persen. Ya, Arya berani bertaruh kalau target dalam misi ini adalah Candra. Jelas saja, sekarang jika dilihat dari leaderboard, si tua itu sudah memimpin permainan. Selain itu, selama game ini berlangsung hanya ada satu orang di tim Arya yang selalu protes masalah uang.Arya yakin dikehidupan nyata Candra adalah sosok orang yang money oriented. Atau lebih parahnya dia bisa melakukan berbagai macam cara dan menghalalkannya untuk bisa mendapatkan uang. Seperti ngepet misalnya. Ah, tapi rasanya tidak seperti itu. Terlihat dari gaya Candra yang sedikit high class. Apakah mungkin dia seorang … ah, sudahlah Arya tak ingin terlalu memikirkan bagaimana kehidupan si tua itu.“Kamu yakin kalau Candra targetnya, Ya?” tanya Dida, yang tadi tidak sengaja bertemu di persimpangan jalan.Arya memang menugaskan semua anggota timnya untuk mencari keberadaan lelaki tua itu.“Yakin. Memangnya Kakak tidak sadar dengan sikap dan kepribadian dia yang gila uang?” tanya Arya sambil berlari.Dida di sa

  • Tujuh Dosa Besar   110. SI TUA GILA HARTA

    “Sudah tiga hari ini kami tidak mendapatkan makanan. Warga desa ini, dan desa lainnya pun hidup bergantung dari pada bison-bison ini,” ucap Arsen pada Arya dan Angel yang saat itu ikut bersamanya.Laki-laki itu sedang memotong daging bison yang tadi ia dapatkan. Kemudian dia bagikan kesetiap orang yang mengantre untuk mendapatkan bagiannya.“Bison-bison ini diburu oleh kalian. Entah apa tujuannya, tapi kami juga mmebutuhkan bison ini untuk keberlangsungan hidup.” Ada nada sedih dari kalimat yang baru saja Arsen katakan. Dan itu, terdengar jelas di telinga Arya.Selama hampir dua jam Arya berada di perkampungan ini. Dia mendapatkan sebuah informasi penting. Yaitu status Arsen dan para penduduk di sini adalah NPC. Mereka bukan pemain seperti Arya maupun Angel. Dan, pasti inilah misi yang sesungguhnya.“Tapi … bukannya bison-bison itu banyak. Bahkan aku saja sampai kewalahan,” timpal Arya.“Memang, tapi tetap saja. Jika bison itu diburu secara liar seperti ini, bagaimana nasib kami ke de

  • Tujuh Dosa Besar   109. JANGAN BUNUH BISON ITU

    “Falcon Arventus!” seru Angel, yang kemudian melepaskan anak panahnya. Seketika anak panah itu melesat dengan cepat, lalu berubah menjadi seekor elang. Tak ingin kalah, dari sisi lain terlihat percikan api. “Fire Hawk!” seru Arya yang langsung dari ujung pedangnya keluar tiga ekor burung dan segera menuju ke arah Bison. Prang! Kemudian bison yang ukurannya sangat besar itu pun seketika terkalahkan. Berubah menjadi kepingan kaca, dan langsung menghilang. Ting. Terdengar suara notifikasi. Baik Angel maupun Arya sama-sama melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri mereka. “Cih!” Arya berdecih kesal. Ternyata suara notifikasi itu bukan dari jam miliknya. “Gue yang dapat,” kata Angel sembari menyeringai. Rasa bangga kini sedang ia rasakan. Akhirnya dia bisa mengalahkan Arya, walaupun hanya dengan kontes kecil-kecilan seperti ini. “Harusnya itu jadi bagian gue!” protes Arya tak terima, dia langsung menghampiri Angel. Gadis itu hanya mendengus dan menatap Ar

  • Tujuh Dosa Besar   108. BERBURU BISON

    “Slash fire!”Sebuah tebasan api berhasil membelah monster laba-laba yang memiliki ukuran lumayan besar. Kemudian tubuh monster laba-laba yang sudah terbelah itu langsung berubah menjadi pecahan kaca. Seketika menghilang tepat di hadapan Arya.Ting.Sebuah notifikasi muncul pada jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kiri Arya. Kemudian dia bisa melihat bahwa gold miliknya bertambah.Saat ini Arya bersama teman satu tim—dan lebih tepatnya bersama pemain lain—sedang melewati hutan belantara. Sesuai dengan apa yang diucapkan Poppy beberapa jam yang lalu. Misi yang akan mereka hadapi kali ini ada di balik hutan ini.Selain itu misi kali ini adalah sebuah misi individu. Di mana, keterlilbatan tim tidak terlalu berpengaruh penting. Akan tetapi, Arya masih mendapatkan tanggung jawab untuk mengontrol semua anggota timnya.Arya melihat ke sekelilingnya, dia masih bisa melihat kelima anggota timnya yang baru saja mengalahkan monster-monster level rendah di hutan ini. Dan perlahan uan

  • Tujuh Dosa Besar   107. THE FALCON CITY

    Dengan atmosfer yang masih terasa panas, keenam anggota Ravens Destroyers mendarat di sebuah tempat yang sangat berbeda dari sebelumnya. Terlihat para pemain lain pun sudah mulai tiba dan memadati tempat tersebut.“Di mana ini?” Idun adalah orang pertama yang bertanya demikian. Sembari memandang ke sekelilingnya, laki-laki berrambut cepak itu hanya melihat padang rumput yang luas.“Entahlah,” timpal Arya, dia pun masih mengamati sekelilingnya. Sejauh mata memandang, nampak hutan ada di ujung tempat itu. Namun, Arya ragu kalau mereka bisa memasuki tempat itu.Di dalam otaknya Arya mencoba untuk memikirkan kemungkinan misi selanjutnya. Iya, benar, saat ini yang harus dia pikirkan adalah tantangan yang akan mereka hadapi ke depannya. Walau beberapa saat lalu dia masih memikirkan perasaan kesal dan amarahnya kepada Angel. Akan tetapi, jika dipikir ulang, itu akan membuang-biang waktu.Benar kata Dida, kalau Arya dan timnya harus me-reset semua yang sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status