Share

Bab 240

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 22:50:41

Juned menatap Dinda yang masih asyik menghisap rokoknya. Rasa penasaran muncul dalam benaknya.

“Kamu kerja malam di sini kenapa? Nggak coba cari kerja yang lain?” tanyanya sambil menyeruput kopi yang sudah mulai dingin.

Dinda terkekeh kecil. “Kamu pikir gampang cari kerja? Aku udah coba lamar sana-sini, tapi nggak ada yang menerima. Akhirnya, bos warung ini kasihan sama aku, ya udah aku diterima kerja di sini.”

Juned mengangguk pelan. “Terpaksa, ya?”

Dinda menghembuskan asap rokoknya ke samping. “Ya, gimana lagi. Daripada menganggur di rumah, minimal di sini aku dapat uang buat hidup. Lagian, aku emang tipe yang susah diam. Kalau di rumah doang, aku bisa gila.”

Juned memperhatikan Dinda lebih seksama. Gadis ini terlihat seperti seseorang yang sudah banyak menghadapi kerasnya hidup, tapi tetap bisa tertawa seakan semuanya baik-baik saja.

“Memang sebelumnya kamu kerja di mana?” tanya Juned lagi.

Dinda mengangkat bahu. “Aku dulu sempat kerja di tempat lain, tapi ya gitu deh... Nggak coco
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Andik Setiyawan
sangat berbelit....tokoh utama tidak semakin berkembang ...malah semakin terpuruk.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Super   Bab 414

    “Kamu salah, Komandan Heru. Pertanyaan yang benar adalah... bisakah anda sendiri keluar dari sini?”Tania menunjuk tajam ke sudut langit-langit, di mana lensa CCTV berkilat. “Semua arogansimu terekam jelas di—”DOR!Suara tembakan mengguncang ruangan. Pecahan kaca dan plastik berhamburan dari CCTV yang kini hanya menyisakan kabel-kabel bergantungan. Komandan Heru masih dalam posisi menembak, asap membubung dari laras pistolnya. “Masih ada bukti lain, nona pintar?” ejeknya, senyum tipis mengembang di wajahnya. “Tembak saja, Heru.” Suara Tania tiba-tiba berubah dingin, menusuk ruangan yang tegang. Perlahan, ia bangkit dari balik perlindungan Juned, tetapi tetap berdiri di belakang suaminya—tangan kirinya memegang bahu Juned dengan erat. “Lakukan sekarang. Selagi kau masih punya nyali.” Heru mengerutkan kening, pistolnya bergetar sesaat. “Kau pikir aku tidak berani?”Tania tersenyum tipis, matanya menyala dengan kepuasan tersembunyi. “Oh, aku justru berharap kau berani

  • Tukang Pijat Super   Bab 413

    Suara gemerincing sendok yang diketuk pada gelas kristal mengisi ruangan. “Para hadirin yang terhormat, pertemuan bisnis kita akan segera dimulai...” Suara pembawa acara mengalihkan suasana. Heru segera menyusun kembali sikap arogannya, merapikan dasi dan mengusap sedikit keringat di pelipis. “Kita lanjutkan nanti, Tania,” bisik Komandan Heru dengan nada merendahkan, sambil mencolek dagu Tania dengan dua jarinya—gerakan yang membuat Juned mengeraskan rahang. Silvi tertawa kecil, menggandeng lengan Komandan Heru. “Jangan lupa tempatmu ya, Tan. Kursi untuk tamu biasa ada di belakang.” Dengan langkah angkuh, mereka berdua berbalik meninggalkan Tania dan Juned. Silvi sengaja menggoyangkan pinggulnya berlebihan, melemparkan senyum kemenangan terakhir sebelum bergabung dengan lingkaran elite di depan ruangan. Juned menatap Tania, mencari tanda-tanda kemarahan. Tapi yang ia temukan hanyalah senyum tipis—seperti seorang grand master catur yang baru saja memindahkan bidak sesuai re

  • Tukang Pijat Super   Bab 412

    Komandan Heru menyeringai, mengarahkan cerutunya ke arah Juned. “Jadi, apa sebenarnya pekerjaanmu, anak muda? Pasti sesuatu yang hebat sampai bisa membuat mantan bintang polisi ini meninggalkan kariernya.” Juned membuka mulut, gugup. “Aku sebenarnya—“ “Juned adalah tukang pijat terbaik di kota,” sela Tania dengan suara jernih, tangannya dengan bangga meraih bahu suaminya. “Dia memiliki bakat alami dalam menyembuhkan orang dengan sentuhannya.” Detik itu juga, ruangan bergema dengan tawa kasar Heru. “Tukang pijat?!” teriaknya sambil memukul meja, matanya berkaca-kaca karena terlalu banyak tertawa. “Kau tinggalkan tim elit kepolisian... untuk seorang tukang pijat?!” Dia berdiri, berjalan mondar-mandir sambil terus tertawa. “Aku pikir mungkin dia pengusaha, atau setidaknya dokter! Tapi tukang pijat?!” Juned menunduk, pipinya terbakar rasa malu. Tapi Tania tetap berdiri tegak, senyum tipis tak lepas dari bibirnya. Komandan Heru menyandarkan tubuhnya ke kursi, wajahnya berbinar

  • Tukang Pijat Super   Bab 411

    Tania menyelesaikan sarapannya dengan elegan, lalu membersihkan sudut bibirnya dengan serbet. “Aku ada pertemuan bisnis penting hari ini,” ujarnya sambil berdiri, merapikan blazer yang dikenakannya. Matanya berpindah dari Alisa yang sedang asyik memainkan sendok, ke Devina yang sedang menyeruput jus pelan-palan. “Kalian berdua,” lanjut Tania dengan nada lebih tegas, “tidak boleh keluar rumah sampai aku kembali. Keadaan di luar sedang tidak aman.” Alisa menghentikan permainan sendoknya, alisnya melengkung penuh tanya. “Apakah orang-orang itu masih mencari kita? Aku tidak merasakan keberadaan mereka sejak kemarin.” Tania tersenyum tipis sambil meraih tas kerjanya. "Informasi internal. Lebih baik kalian di rumah saja." Pandangannya kemudian beralih ke Juned. "Ayo sayang, kita berangkat.” Alisa menyandarkan dagu di telapak tangan. “Oh? Dan Bukankah lebih baik kak Juned tetap di rumah menjaga kami?” Tania tidak langsung menjawab. Dia berjalan mendekati Juned, merapikan ker

  • Tukang Pijat Super   Bab 410

    Tania hanya tersenyum. “Lanjutkan,” bisiknya sambil menguap. “Dia memang selalu melampiaskan hasratnya saat ini.”Juned tidak terkejut. Dengan gerakan percaya diri, ia menarik pinggul Cindy kembali ke posisi semula. “Tenang saja, Nyonya tidak akan marah,” desisnya di telinga Cindy yang merah. Cindy tertegun, tubuhnya masih bergetar antara rasa malu dan kenikmatan yang tak tertahankan. “Tapi... tapi aku—” “Santai,” Tania menyela dengan lembut. “Kau sudah melakukan tugas dengan baik.” Beberapa menit berlalu hingga akhirnya Juned dan Cindy saling mencapai puncak surgawi yang diidamkan setiap pasangan.Cindy masih terengah-engah, tubuhnya lemas di atas kasur yang kini semakin berantakan. Matanya beralih antara Juned yang masih menindihnya dan Tania yang kini duduk santai di samping mereka, mengamati dengan tatapan puas. “Kau baik sekali, Cindy,” bisik Tania tiba-tiba, tangannya yang halus menyentuh pundak pelayan muda itu. “Kami membutuhkan seseorang seperti kamu.”Juned menar

  • Tukang Pijat Super   Bab 409

    “Sial, aku harus bagaimana ini?” Gerutu Juned pada diri sendiri.Tanpa sadar, tangannya merayap ke bawah selimut, jari-jarinya menyentuh barangnya sendiri yang masih tegang. Nafasnya memburu, tubuhnya sedikit melengkung— Lalu tiba-tiba, dia mendengar suara gesekan kecil. Juned membuka mata sedikit, dan jantungnya nyaris berhenti. Cindy masih duduk di sudut kamar, tetapi sekarang matanya tertuju padanya—lebar, penuh keheranan, tapi tidak berusaha memalingkan pandangan. Bibirnya sedikit terbuka, wajahnya memerah. “Astaga aku lupa kalau dia masih di sini.” GumJuned membeku. Tapi entah mengapa, di bawah tatapan Cindy yang penuh rasa ingin tahu, tangannya justru tidak berhenti. Malah semakin yakin. Cindy tidak bergerak. Tidak protes. Hanya menatap, tetapi nafasnya kini semakin cepat. Juned memperhatikan bagaimana tangan gadis itu mencengkeram ujung rok seragamnya, jari-jarinya menekan lipatan kain dengan gemetar. Dengan gerakan lambat yang disengaja, Juned menyingkap selimu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status