Share

Bab 3

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-31 19:13:51

Juned dan Vivi masih dalam posisi yang sama, kepala Vivi yang bersandar di pundak Juned, sedangkan Juned masih membelai lembut rambut Vivi. Pria itu semakin berani dengan merangkul kan tangannya ke pundak Vivi, merasakan kulitnya yang halus nan lembut.

Vivi menumpahkan semua kesedihannya untuk beberapa saat kala itu.

Hingga akhirnya dia tersadar dan tubuhnya menjauh dari pelukan Juned. “Maaf, jadi terbawa suasana.” Ujar Vivi dengan lirih, menunjukkan mukanya yang memerah menahan malu.

Juned merasa canggung dengan yang baru saja terjadi, “iya enggak apa-apa.” Juned berusaha mengatur nafas dan birahinya yang sudah naik dengan membetulkan posisi duduknya.

Sampai akhirnya desakkan yang ada di dalam celananya mulai mengendur.

“Kenapa sih, Vi? Kamu masih terus bertahan dengan laki-laki seperti Anton.” Tanya Juned untuk mengalihkan perhatian.

“Aku enggak bisa melakukan itu, Jun. Pernikahanku dengan Mas Anton dulu karena kondisi terpaksa.” Jawab Vivi dengan lirih, menundukkan wajahnya.

“Maksudnya bagaimana, Vi?” Tanya Juned dengan tatapannya yang tajam memperhatikan Vivi yang terlihat kembali murung.

Awalnya Vivi terdiam sejenak seolah tak ingin bercerita yang sebenarnya kepada Juned. Dirasa percuma bercerita dengan pria lemah yang tak bisa berbuat apa-apa seperti Juned. Di pikirannya Juned masihlah seorang pria miskin dan tak berdaya, mana mungkin bisa membantunya.

Akhirnya dengan pertimbangan sesaat, karena hanya butuh sekedar tempat berbagi cerita akhirnya Vivi memberi tahukan alasan menikahi Anton. “Dulu orang tuaku memiliki hutang yang banyak kepada Mas Anton, Jun. Sehingga aku harus menikah dengannya untuk membayar hutang orang tuaku.” Kata Vivi.

Juned terkejut mendengar ucapan Vivi, di jaman sekarang ternyata masih ada pernikahan yang dilandasi dengan hal seperti itu.

“Kenapa kamu mau aja?, kamu tahu kan Anton itu orangnya seperti apa?”. Dengan nada kesal Juned terus memberikan pertanyaan kepada Vivi. Dia sangat kecewa dengan hal-hal seperti itu.

Batin Vivi terasa tertekan jika harus mengingat hal itu. Pikirannya kembali buyar tak tentu arah. “Apalah dayaku, itu adalah satu-satunya cara agar Mas Anton tak menyakiti keluargaku.” Kata Vivi dengan nafas yang berat.

Juned merasa empati dengan apa yang terjadi dengan Vivi, dia juga merasakan hal yang sama selama ini. Juned tak bisa berbuat apa-apa dengan perundungan, cemooh, dan hinaan yang dia dapatkan dari warga lain.

Setelah ada perubahan dalam dirinya, Juned mencoba membantu orang-orang yang sedang membutuhkan seperti Vivi.

“Vivi, aku berjanji akan membantu membebaskanmu dari belenggu Anton. Aku akan membebaskan burung yang terkurung di dalam sangkar.” Kata Juned penuh percaya diri.

Mendengar ucapan itu, Vivi langsung semringah, masih ada orang yang mau membantunya. Di lain sisi dia tak percaya jika Juned si pria lemah bisa melakukan hal itu.

“Aku akan melakukan apa pun untukmu jika kamu bisa membantu memisahkanku dan mas Anton.” Kata Vivi dengan nada meremehkan.

Juned semakin tertantang setelah tawarannya di terima oleh Vivi. Sejenak memandangi tubuh Vivi untuk ke sekian kali, seperti tak ada rasa bosan bagi Juned. “Termasuk tubuhmu, kamu mau memberikannya untukku.” Kata Juned dengan tatapan yang kembali bergelora.

Vivi menghela nafas sejenak, “Iya.” Singkat, padat, dan tanpa pikir panjang jawaban itu terlontar dari bibir Vivi. Jawaban itu sontak membuat pikiran Juned berlari ke mana-mana.

Bayangan hal indah di balik kemben Vivi pun mulai liar di pikiran Juned, dari ujung rambut sampai ujung kaki tak lepas dari pikiran kotor si Juned. Hal itu membuat bagian milik Juned bereaksi, bahkan Vivi sempat melihat ada yang bergerak gerak di antara kedua kaki Juned. Pria itu berusaha menahan setengah mati agar benda yang bergerak itu tak terlihat oleh Vivi.

Vivi sempat tertegun ketika melihatnya dan tersenyum kecil, lalu dia pergi meninggalkan sungai. Di ikuti Juned yang mengikuti langkahnya dari belakang.

Juned dan Vivi akhirnya pulang dan berpisah di tengah jalan, mereka menuju ke rumah masing-masing. Juned tak sabar menunggu waktu di mana dia bisa menyelamatkan Vivi.

Sesampainya Juned di rumah, dia melihat sesuatu yang tak mengenakkan hati. Tantenya sedang di dekati oleh beberapa orang pria di klinik milik Juned.

Juned berpikir hal itu sudah biasa terjadi selama ini. Mengingat Tante Lilis yang meskipun janda, dia masih terlalu menarik perhatian para lelaki di kampung tersebut.

Wajah kekanak-kanakkan serta didukung oleh tubuh yang seksi layaknya artis film jepang, membuat Tante Lilis menjadi primadona di desa tersebut.

Tante Lilis juga menyadari perlakuan dari para pria di kampungnya, karena pesona yang dimilikinya tak dapat di tolak oleh setiap pasang mata lelaki. Jadi dia membiarkan saja selama masih dalam batas yang wajar.

Terkadang Tante Lilis merasa senang ketika dia menjadi pusat perhatian orang lain. Sepeninggal sosok suaminya dia merasa begitu kesepian dan terkadang rindu akan belaian seorang lelaki.

Juned yang berdiri di ambang pintu baru menyadari bahwa kawanan pria yang sedang mendekati Lilis adalah Anton (suami Vivi) dan komplotannya.

Melihat Pria kasar dan kurang ajar sedang menggoda tantenya. Darahnya mengalir ke ubun-ubun dengan cepat, amarahnya bergelora di dalam jiwanya.

Juned takut apabila Anton bersikap kurang ajar kepada sang tante, sama seperti yang dilakukan pria kurang ajar itu pada Vivi.

Benar saja apa yang ditakutkan oleh Juned. Dari kejauhan, Juned melihat Anton sedang mencolek dagu tantenya yang runcing itu.

“He bajingan!! Jauhkan tangan kotormu dari tanteku.” Teriak Juned dari jauh penuh keberanian.

Mendengar teriakkan Juned, Anton dan kawan-kawannya sontak menoleh ke arah Juned. Begitu pula dengan Lilis, seketika merasa khawatir dengan yang dilakukan Juned.

Lilis hanya bisa mengernyitkan dahi dan sedikit menggelengkan kepalanya. “Apa yang di lakukan anak itu? Kenapa harus cari gara-gara sama si Jawara Kampung.” Batin Lilis yang pasrah menerima apa pun yang terjadi selanjutnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Super   Bab 341

    Rizka menutup wajah, bahunya terguncang isak tangis. “Kita... berdosa, Mas Jun!” suaranya parau di antara sedu sedan. Juned segera membuka pintu rumahnya lebar-lebar. “Masuklah,” desisnya, tangan menuntun Rizka yang limbung melewati ambang pintu. “Akan sangat rumit jika ada tetangga yang usil melihatmu menangis di sini.” Pintu terkunci. Ruang tamu yang sunyi tiba-tiba menjadi ruang pengakuan. Rizka terjatuh di sofa, jilbabnya basah oleh air mata. “Kenapa tak ada penyesalan di matamu?” tanyanya, memandangi Juned yang berdiri di depan jendela tertutup. Juned berlutut, tangan hangatnya mengangkat dagu Rizka. "Karena malam-malam bersamamu," bisiknya, napasnya berbaur dengan aroma pandan dari kue yang terbawa masuk, "adalah satu-satunya saat aku lupa bahwa Sugeng pernah membakar masa laluku." Rizka tercekat. "Bakar? Apa maksud—" "Shhh," jempol Juned menyentuh bibirnya yang gemetar. "Belum waktunya kamu tahu."Ia mengambil handuk kecil, menyeka pelan wajah Rizka. Di balik ti

  • Tukang Pijat Super   Bab 340

    Juned menyendiri di ruang tamu rumahnya yang sederhana di Perumahan. Ketiadaan Tania—yang sedang mengejar buronan di luar kota—membuat ruangan terasa lebih besar dan lebih sunyi. Hanya suara kipas angin yang berdengung menemani tumpukan dokumen rencana pembalasan dendam kepada Anton.Berita mengenai proyek besar di daerah metropolis, kliping koran tentang pembangunan bank oleh tiga perusahaan besar— Cakra Buana, Bumi Marina dan Anton Perkasa. “Kau pikir aku lupa, Anton?” bisik Juned sambil mengoleskan minyak kayu putih di pelipis.Di layar ponsel, Juned melihat sosial media milik mendiang tantenya. Foto tante Lilis yang terlihat bahagia seolah memunculkan kerinduan.“Aku akan membuat semua orang merasakan apa yang kau rasakan Tante.” Gumam Juned tanpa terasa air mata mengalir di pipinya.Saat sedang menggeser-geser layar ponselnya. Tanpa sengaja dia melihat nama Sugeng yang telah memberikan tanda suka di salah satu foto Tante Lilis.Juned dengan cekatan menelepon nomor Dinda.“H

  • Tukang Pijat Super   Bab 339

    Langit pagi masih berwarna abu-abu susu, menyisakan embun pagi yang menggantung di daun pisang dekat pintu kos. Juned menekan “pesan ojek” di aplikasinya, jari-jarinya gemetar seperti baru memegang kabel listrik yang terkelupas. “Bang, tujuan sudah sesuai yang tertera di aplikasi,” ucapnya pada pengendara ojek yang helmnya dipenuhi stiker band metal. Si pengendara mengangguk, sambil matanya menyapu tubuh Juned yang masih kusut—baju tak rapi, bau campuran keringat dan lavender. “Habis begadang, Bang?” tanyanya sambil menyodorkan helm, suaranya serak seperti gergaji tua. Juned mengabaikan pertanyaan itu, tubuhnya meringkuk di jok motor yang masih terasa dingin.Kota mulai bangun: tukang bubur dorong gerobaknya, ibu-ibu dengan tas belanja menyerbu pasar pagi, sekelompok anak SMA tertawa di halte.“Apa abang mengantuk?” teriak pengendara sambil menyerobot lampu merah, “kalau mengantuk pegangan yang kencang.” Angin pagi menerpa wajah Juned, membawa aroma khas yang menyegarkan.

  • Tukang Pijat Super   Bab 338

    Juned menutup mata, tapi jemarinya terpaku pada kulit Dinda yang hangat, bergerak pelan seperti pena yang menari di atas perkamen. Setiap lekuk tubuhnya adalah kaligrafi: bahu yang keras namun lembut di ujung sentuhan, pinggul yang bergelombang laksana bukit pasir di tengah gurun sunyi. “Kau tahu cara menyembuhkan,” desis Dinda, melengkungkan punggung saat jemari Juned menyentuh bekas luka di pinggangnya, “tapi malam ini, aku akan memberimu kesembuhan dengan hiburan.” Bibir mereka hampir bertaut—napas saling menjajaki, menggantung di ruang sempit antara keinginan dan penyesalan. Dinda merekah seperti bunga teratai di tengah rawa gelap, tangannya meraih leher Juned dan menariknya ke dalam pusaran yang tak terhindarkan. “Rasakan bagaimana ciuman seorang penghibur sepertiku,” geramnya di sela ciuman pertama yang menggigit, pahit dan manis seperti kopi tanpa gula. Pakaian yang tersisa luruh bagai dedaunan musim gugur, menyingkapkan dua tubuh yang tak lagi mengenal kata “milik”.

  • Tukang Pijat Super   Bab 337

    Bayangan Tania, tiba-tiba terlintas di pikiran Juned—wanita yang selalu terlihat tegas dengan seragam polisi dan rambut pendek sebahu. Tapi di sini, dalam gelap dan desau nafas Dinda yang pendek, ingatan itu terasa seperti asap.“Dulu, waktu kamu pijat Tante Yuni yang punya kos itu,” Dinda tiba-tiba bercerita, jarinya tak sengaja menyentuh leher Juned saat meraih botol minyak, “Aku liat kalian saat berada di dalam kamar Mbak Yuni. Bergairah banget. Aku mikir… pasti enak jadi klienmu.” Juned menelan ludah. “Dinda…” “Aku pernah bayangin,” sambung Dinda, suaranya parau, “Kalau suatu hari, kamu yang pijat aku. Bukan pijat biasa. Yang… pelan. Detail. Kayak kamu selalu lakuin ke klien cewek cantik.” Juned menghela napas. “Kita nggak boleh—” “Kenapa?” Dinda memotong. Tangannya sekarang berada di atas paha Juned, hangat dan tegas. “Karena kamu punya pacar? Atau karena takut ketahuan tetangga?” Di luar, tiba-tiba petir menggelegar. Juned menutup mata, berusaha mengingat wajah Tani

  • Tukang Pijat Super   Bab 336

    “Pastinya, tidak.” Juned menoleh ke arah Dinda sejenak.Dinda tersenyum melihat Juned yang salah tingkah. Dia mendahului Juned, berjalan di depannya.“Aku jamin kamu pasti kerasan dengan kamar kosku yang baru.”Dinda dan Juned menyusuri jalan perumahan yang tak jauh dari warung bakso tempat mereka makan.Hanya beberapa menit mereka sudah tiba di sebuah bangunan tingkat tiga. Pintu pagar warna hitam menjulang tinggi di hadapan mereka.Dinda membuka gembok pagar yang menggantung di sisi dalam, senyum tipis mengembang. “Selamat datang di istanaku,” bisiknya, menggeser pagar begitu mudah karena memang bangunan baru. Baru saja masuk terlihat sebuah basemen yang digunakan sebagai parkiran motor dan mobil, dua vespa matic warna pastel terparkir rapi. “Modelnya seperti hotel saja.” Celetuk Juned yang baru tahu ada kost yang fasilitasnya hampir mirip seperti hotel.Juned mengikuti Dinda melewati koridor berpendingin udara, aroma lavender dan desinfektan menggantikan bau pengap yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status