Home / Urban / Tukang Pijat Tampan / Larasati Tak Setuju

Share

Larasati Tak Setuju

Author: Black Jack
last update Last Updated: 2025-12-19 15:32:51

Cahaya matahari sudah cukup tinggi saat bunyi kunci diputar membangunkan Adit. Ia mengerang, kepalanya masih sedikit berat karena kurang tidur. Pintu terbuka, dan aroma parfum yang familiar masuk lebih dulu sebelum sosok Larasati muncul di ambang pintu.

Larasati berjalan santai, meletakkan kunci cadangannya di atas meja kerja Adit yang berantakan. Ia mendekati ranjang, lalu mengecup kening Adit singkat.

"Hei, pangeran tidur. Baru bangun?" goda Larasati.

Adit bangkit perlahan, bersandar pada headboard ranjang. "Iya... semalam ngobrol lama sama teman-teman di sana," jawabnya parau.

Larasati menyipitkan mata, tangannya bersedekap. "Di rumah Renata maksudmu? Teman-teman lama... atau cuma sama dia?!"

Adit terkekeh kecil melihat raut cemburu yang gagal disembunyikan Larasati. "Cuma sebentar di sana. Tapi pas jalan pulang..." Ekspresi Adit berubah serius. Ia meraih jaketnya yang tersampir di kursi dan mengeluarkan kartu nama milik Gilang. "Aku ketemu orang aneh."

“Orang aneh?”

“Iya… jadi beg
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tukang Pijat Tampan   Vera Mengamuk

    Vera masih punya sedikit kesabaran. Sangat sedikit dan hanya cukup untuk memberikan satu peringatan terakhir. Tangannya mengepal di bawah meja, rahangnya mengeras. Ia sudah mengalami hari yang panjang, mengurus Adit sejak pagi, menyaksikan drama Larasati dan Clara, dan sekarang harus berhadapan dengan cowok-cowok menyebalkan ini."Pergi sekarang atau lo bakal nyesel, bro!" katanya dengan nada datar yang justru lebih menakutkan daripada teriakan. "Gue sedang bad mood buat ladenin orang kayak lo!"Tapi Rizky, lelaki dengan undercut dan anting emas itu, malah menyeringai lebih lebar, seperti menganggap ancaman Vera sebagai tantangan. "Wah, kalau buat kamu, apa aja aku nggak akan nyesel kok cantik! Galak-galak gimana gitu, seru!"Teman-temannya tertawa dengan tawa yang dibuat-buat, tawa yang menunjukkan mereka merasa superior, merasa aman karena ada empat orang.Larasati yang lebih sensitif terhadap situasi berbahaya itu langsung merasakan tensi meningkat drastis. Ia melihat ekspresi Vera

  • Tukang Pijat Tampan   Beberapa Cowok Yang Menyebalkan

    Larasati ngambek. Ia tidak tahan menonton pengambilan gambar itu; adegan ciuman yang diulang berkali-kali, seolah sengaja diperpanjang untuk menyiksanya. Begitu Mas Rendra mengumumkan wrap untuk scene tersebut, Larasati langsung berdiri dan pergi tanpa sepatah kata pun, bahkan kepada Adit.Kini Larasati ditemani Vera sedang berada di sebuah café tak jauh dari lokasi syuting. Café kecil dengan interior industrial, musik indie mengalun pelan, tapi suasana nyaman itu sama sekali tidak membuat Larasati tenang. Ia duduk dengan postur tegang, jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan irama cepat; tanda ia sedang kesal berat."Busyet dah. Ngeselin tauk, Ver!" Larasati meledak begitu minuman mereka tiba, ice latte untuk Larasati, cappuccino untuk Vera. "Aku yakin dia itu sengaja banget manas-manasin aku, sengaja gitu loh. Kalau beneran keliru dan harus diulang takenya, itu nggak masalah. Aku lihat dia itu kayak nggak sungguh-sungguh. Maksudnya apa coba! Salah terus, salah terus; terus adeganny

  • Tukang Pijat Tampan   Adegan Yang Membuat Larasati Cemburu

    Hari kedua syuting dimulai dengan nuansa yang berbeda. Jika kemarin dipenuhi adegan laga dan ketegangan fisik, hari ini akan fokus pada adegan-adegan yang lebih lembut; adegan romansa, percakapan intim, dan interaksi dengan karakter perempuan, terutama Clara yang berperan sebagai Dara, si jurnalis idealis yang menjadi kekasih Rangga.Di ruang makeup, Adit duduk diam sementara makeup artist merapikan wajahnya. Pikirannya melayang pada naskah yang sudah ia baca berkali-kali. Ada satu adegan yang membuatnya gelisah sejak semalam; adegan ciuman dengan Clara. Dalam rehearsal seminggu lalu, adegan itu tidak pernah dilatih. Hanya dibaca sebagai panduan blocking. Dan kini, hari ini, adegan itu harus benar-benar diambil.Adit dalam hati membandingkan kisah hidupnya sendiri dengan kisah hidup tokoh yang ia mainkan. Memang ada banyak kemiripan; Rangga yang diperebutkan tiga wanita, sama seperti dirinya yang kini berada di antara banyak wanita; Renata, Dinda, Dea, Ayunda, Siska, Larasati, Vera, d

  • Tukang Pijat Tampan   Hari Pertama Syuting

    Pukul lima pagi, alarm berbunyi keras. Adit terbangun dengan mata masih berat, tapi ada semangat yang berbeda hari ini. Hari pertama syuting film pertamanya. Ia mandi cepat, berpakaian rapi dengan kaus hitam polos dan jaket jeans seperti yang diminta oleh wardrobe department lewat pesan kemarin malam.Pukul enam, Adit, Larasati dan Vera sudah siap di mobilnya; mereka berangkat bersama.Mereka berkendara menuju lokasi syuting di sebuah gang sempit di kawasan pemukiman padat. Kawasan itu sengaja dipilih karena setting film adalah area kumuh perkotaan. Saat mereka sampai, kru film sudah sibuk mengatur lampu, kamera, dan berbagai peralatan lainnya.Adit, Larasati, dan Vera berkumpul bersama kru lainnya. Mas Rendra menjelaskan kembali soal scene yang akan mereka ambil hari itu: Adit berperan sebagai Rangga, seorang pemuda yang sedang menyaksikan pengeroyokan di gang dan memutuskan untuk turun tangan."Scene ini penting karena ini turning point karakter Rangga. Koreografi aksi laganya sudah

  • Tukang Pijat Tampan   Larasati Tak Setuju

    Cahaya matahari sudah cukup tinggi saat bunyi kunci diputar membangunkan Adit. Ia mengerang, kepalanya masih sedikit berat karena kurang tidur. Pintu terbuka, dan aroma parfum yang familiar masuk lebih dulu sebelum sosok Larasati muncul di ambang pintu.Larasati berjalan santai, meletakkan kunci cadangannya di atas meja kerja Adit yang berantakan. Ia mendekati ranjang, lalu mengecup kening Adit singkat."Hei, pangeran tidur. Baru bangun?" goda Larasati.Adit bangkit perlahan, bersandar pada headboard ranjang. "Iya... semalam ngobrol lama sama teman-teman di sana," jawabnya parau.Larasati menyipitkan mata, tangannya bersedekap. "Di rumah Renata maksudmu? Teman-teman lama... atau cuma sama dia?!"Adit terkekeh kecil melihat raut cemburu yang gagal disembunyikan Larasati. "Cuma sebentar di sana. Tapi pas jalan pulang..." Ekspresi Adit berubah serius. Ia meraih jaketnya yang tersampir di kursi dan mengeluarkan kartu nama milik Gilang. "Aku ketemu orang aneh."“Orang aneh?”“Iya… jadi beg

  • Tukang Pijat Tampan   Sekte Perisai Suci

    Adit semakin meningkatkan kewaspadaannya. Tubuhnya tegang, siap bereaksi kapan saja. Tangan kirinya yang dimasukkan ke saku jaket sebenarnya sudah menggenggam kunci motor dengan posisi yang bisa dijadikan senjata dadakan jika diperlukan. "Siapa anda dan ada hal apa anda menemui saya?" ulangnya dengan nada yang lebih keras, lebih menuntut."Loh, aku kan ke sini karena aku merasa kau memancingku kemari! Seperti yang tadi aku katakan!" kata orang itu dengan nada yang masih datar, namun ada sedikit nada geli di sana; seolah ia menemukan sesuatu yang menghibur."Aku hanya bersikap waspada saja, bukan memancingmu kemari," bantah Adit dengan tegas. Ia tidak suka dituduh melakukan sesuatu yang tidak ia sadari. "Jadi, tak usah berbelit-belit. Katakan saja jika ada perlu. Jika tidak, silakan pergi!" Nadanya semakin dingin. Ia sudah lelah, sudah terlalu banyak hal terjadi malam ini, dan tidak punya waktu untuk permainan kata-kata.Lelaki itu terdiam sejenak, kemudian untuk pertama kalinya, ekspr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status