Share

Menangislah

“Ada apa dengan suami saya, Dokter?” tanyaku ketika salah seorang tenaga medis keluar.

“Tadi Bapak sempat kejang dan ritme detak jantungnya tidak beraturan. Tapi sekarang alhamdulillah sudah kembali normal. Ibu banyak-banyak berdoa ya?” sahut pria berkacamata itu sambil menatapku sendu.

Aku mengangguk pelan, menahan getir luar biasa dalam sanubari.

“Ya sudah. Sekarang saya permisi dulu. Pak Erlangga sedang ditangani oleh Dokter Dilan. Dokter baru di rumah sakit ini. Beliau itu dokter ahli syaraf terbaik. Semoga saja Allah memberikan kesembuhan kepada Pak Erlang melalui tangan beliau!”

“Aamiin...Terima kasih, Dokter!”

“Sama-sama, Bu.”

Aku lekas mengenyakkan bokong di kursi panjang setelah dokter tersebut pergi.

Kini, air mata berlomba-lomba lolos dari balik kelopak melewati pipi, jatuh di dada membasahi baju yang sedang aku kenakan.

Bayangan kepergian tiba-tiba berkelebat dalam angan, rasa takut kehilangan terus saja membayang.

Bolehkah aku mengeluh, Tuhan. Tidak salahkah jika aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status