Masih teringat jelas dalam benak Nadira ketika Crissh menyatakan cintanya dulu. Dia juga teringat ketika mereka pacaran dalam waktu berkisar satu minggu saja. Semua itu terjadi karena Nadira yang terlanjur patah hati mendengar kabar kalau Davin sudah dijodohkan dengan Cindy. Alih-alih ingin menghapus perasaan cinta pertamanya, dia menerima Crissh sebagai pelampiasan belaka. Selama seminggu pacaran, mereka tidak pernah jalan bersama. Hanya berkomunikasi lewat telepon. Di saat Nadira teringat akan pesan kedua orang tuanya, dia pun memutuskan terlebih dulu hubungan mereka berdua."Nadira!" panggil Hera membuat lamunan Nadira buyar begitu saja."Ya, Ma." Nadira masih tercengang. Lalu kesadarannya mulai kembali. "Kayaknya Nadira gak bisa ikut deh, Ma. Soalnya tugas kuliahku banyak banget," imbuhnya berusaha memberikan alasan."Gak bisa gitu, Nad. Papa sudah bilang sama Crissh kalau kamu akan ikut," ucap Restu menegaskan."Kenapa Nadira harus ada sih, Pa. Palingan juga nanti yang diobrolin
Crish memberikan senyuman terindahnya untuk wanita yang sudah lama tidak ditemui. Ternyata pria itu juga bernostalgia dengan masa lalu yang pernah mereka hadapi bersama-sama. "Silakan duduk," kata Crish mempersilakan. Dia juga memberikan seulas senyuman. Wajahnya terlihat sudah lebih dewasa dibandingkan dengan yang dulu. Juga terlihat lebih menawan dan mempesona. "Sudah lama menunggu?" tanya Restu sembari menarik kursi."Baru saja, Om." Crish menjawab singkat.Nadira tidak pernah menyangka akan bertemu dengan pria yang sama. Pria yang pernah menjadi pacarnya walaupun sebentar saja. "Silakan pesan, Om. Mau makan apa," kata Crish memberikan menu makanannya.Baik Restu, Hera maupun Nadira sedang sibuk membaca menu makanan yang sudah ada di dalam genggaman tangannya. Meskipun wanita berkulit putih sedang tidak fokus, tapi dia berusaha untuk bersikap biasa saja. Mereka bertiga sudah selesai memesan makanan yang ingin mereka makan. Selanjutnya, mereka saling mengobrol satu sama lain semb
Sepanjang perjalanan pulang Nadira hanya diam saja, berusaha untuk mencerna setiap ucapan Restu pada Crish perihal jodoh. Bahkan pria yang telah menjadi mantan pacarnya itu tidak menampik saat Hera juga mengharapkan Nadira dan Crish berjodoh."Apa yang kamu pikirkan, Nad?" tanya Hera membuyarkan lamunan putrinya."Gak ada, Ma. Hanya sedikit pusing saja," kata Nadira berkilah."Pusing? Kamu gak makan udang 'kan?" tanya Restu khawatir. Dia tahu betul kalau putrinya alergi udang, biasanya efek dari alergi itu akan membuat Nadira pusing dan akan merasakan gatal setelahnya."Enggak kok, Pa." Nadira menyahut singkat."Papa kayak gak tahu anak muda saja, paling juga pusingnya karena asmara." Hera menebak apa yang sedang Nadira pikirkan."Apaan sih, Ma." Nadira merajuk."Gak usah terlalu dipikirkan, Nad. Papa dan Mama juga tidak akan memaksamu untuk menerima Crish, tapi kita berdua tahu kalau Crish merupakan pria yang tepat dan dari keluarga baik-baik." Restu men
Nadira menyesal karena harus menuruti permintaan Vera tentang double date. Padahal, sebenarnya wanita cantik itu tidak perlu mengiyakan apa yang dikatakan oleh teman masa kecilnya. Namun, dia sendiri tidak ingin di cap sebagai perusak rumah tangga orang. Jadi, mau tidak mau wanita itu harus menerima tantangan.Tangannya memegang kepala karena bingung mencari ide, bagaimana caranya meminta bantuan Davin. Sedangkan Nadira sudah berjanji pada Cindy untuk tidak mendekati calon suami wanita itu lagi. Sesekali wajahnya berada di atas meja karena merasa tidak berdaya. Perasaan malu begitu mencuat dalam hatinya jika harus meminta bantuan Davin lagi. Dia sejenak melamun, tapi Ghea dan Denia datang membuyarkan lamunannya."Lo kenapa, Nad? Ada masalah apa?" tanya Denia menepuk punggung Nadira pelan."Gue gapapa, cuma capek saja," sahut Nadira berdusta. Akan tetapi, kedua sahabatnya tidak akan mudah untuk dibohongi. Mereka berdua tahu betul tentang apa yang dirasakan Nadir
Davin melihat Nadira terpesona, bagaimana tidak? Wanita yang memang memiliki cantik alami, kini semakin cantik dengan riasan tipis di wajahnya. Bahkan pria itu enggan untuk mengedipkan mata walau sedetik saja. "Maaf, sudah membuatmu lama menunggu," kata Nadira membuat Davin salah tingkah dan membuang pandangannya."Gapapa, aku juga baru sampai kok. Lantas, aku harus bagaimana ketika bertemu dengan mereka?" tanya Davin yang memang bingung harus berbuat apa. "Gak ada, mereka berdua cuma mengajak kita makan malam bersama. Kita cukup diam saja, kalau mereka tanya hubungan kita, biar aku saja yang menjawabnya," jelas Nadira. Perasaannya gugup, hanya saja berusaha untuk tetap tenang. Selanjutnya, mereka melangkahkan kaki secara berdampingan. Mencari keberadaan Abian dan Vera yang sudah menunggu di dalam. Mereka berdua melihat ke sekeliling, tapi tidak ditemukan sepasang suami-isteri tersebut. "Apa mungkin Vera membohongiku?" Nadira bergumam, tapi masih terdengar ol
Sepagi ini kedua sahabat Nadira sudah nangkring di rumah wanita cantik berlesung pipi itu. Karena alasan hari libur, Ghea dan Denia datang tanpa malu. Sebagai ibu yang baik, Hera senang dengan kedatangan mereka berdua ke rumahnya."Tadi malam kalian have fun 'kan?" tanya Hera mulai menginterogasi."Ya dong, Tante. Kita have fun, memang kenapa Tan?" tanya Denia memberikan senyuman."Gapapa, Tante kira kalian sedang bertengkar semalam. Soalnya waktu pulang, Nadira terlihat cemberut. Bahkan waktu Tante tanya kalian berdua, dia diam saja." Hera memaparkan."Oh, mungkin dia kecapean Tante," ujar Ghea berpendapat. Sebenarnya dia merasa bersalah karena semalam sudah meninggalkan Nadira berdua di restoran bersama dengan Devan."Bisa jadi sih, buktinya sampai pagi ini dia belum keluar dari kamar juga. Padahal, Tante juga sudah bilang tadi kalau ada kalian berdua datang," jelas Hera yang sebenarnya curiga ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ghea dan Denia."Mungkin kit
Abian sudah terlanjur malu, jadi pria itu langsung mengambil uang di dompetnya tanpa basa-basi lagi. Dia tidak ingin harkat martabatnya sebagai pria jatuh di hadapan Nadira. Sedangkan wanita yang saat ini menagih akhirnya tersenyum puas sebab usahanya tidak sia-sia.Pria itu tidak hanya membayar tagihan makanannya dengan sang Istri saja, melainkan semua tagihan. Hal itu dilakukan sebagai permintaan maaf, lagi pula yang dia tahu Vera semalam sudah membayar. Ternyata istrinya telah membohonginya.Setelah mendapatkan uangnya, Nadira dan kedua sahabatnya pergi dari rumah Vera. "Untung si Vera itu tidak keluar," kata Ghea ketika duduk di dalam mobil."Memang kenapa kalau dia keluar?" tanya Denia mengernyitkan dahi."Gue yakin, kalau dia ada di luar tadi. Sudah pasti uangnya akan diambil lagi. Kalau menurut penilaian gue sih, dia itu wanita yang gila harta. Gue yakin dia berani merebut Abian juga karena kekayaan yang dimiliki Abian." Ghea memaparkan."Gaya lo, Ghe
Nadira merasa bahagia bersama Crish karena pria itu tidak pernah berubah. Masih tetap asik serta pintar mencairkan suasana ketika keadaan sudah tegang. "Oya, kamu bebas mau beli apa pun yang kamu mau. Biar aku yang membayarnya," ujar Crish sembari tersenyum. Pria itu masih tetap sama, loyal dan tidak perhitungan.Awalnya Nadira menolak, tapi Crish terus memaksa. Hingga mau tidak mau, dia pun mengambil baju berwarna cream. Pria itu segera membayar, lalu mereka berdua berbelanja sesuai yang dicatat oleh Hera.'Mama ini ada-ada saja. Padahal di rumah sudah ada karpet, kenapa harus beli lagi sih? Kayaknya memang Mama itu sengaja biar aku dekat dengan Crish,' gumam Nadira ketika melihat catatan yang ada digenggaman tangannya."Ada apa, Nad?" tanya Crish ketika melihat Nadira termenung."Gapapa," sahut Nadira singkat. Gak mungkin juga dia membicarakan kelakuan sang Mama di hadapan Crish. Setelah semua pesanan Hera terpenuhi, mereka berdua memutuskan untuk pulang