Share

7. Jangan-Jangan Kamu ....

Author: Zuya
last update Last Updated: 2023-10-28 12:48:12

“Permisi, itu mahasiswi saya!” Suara Lutfan sangat keras hingga orang yang awalnya berjubel sedikit merenggang. Cepat-cepat pria tersebut melihat korban yang dikerumuni beberapa orang.

“Dia orang gi*la yang sering wara-wiri di sini, Mas. Apa mungkin dia seorang mahasiswi?” Suara seorang pria membuat kaki Lutfan mendadak kaku.

“A-apa? Orang gi*la?” Lutfan memicing, lalu melihat dengan saksama wanita yang wajahnya sudah berlumuran darah tersebut. Bajunya bukan baju yang dipakai Alula, kepalanya pun tertutup hijab ala kadarnya, tidak seperti Alula yang memakai hijab abu-abu panjang.

“Oh, maaf. Saya salah orang. Saya pikir tadi mahasiswi saya yang juga baru saja melintas di sini.” Lutfan menjelaskan.

“Huuu!” Sorakan orang-orang terdengar.

Lutfan kemudian mengurai diri dari kerumunan itu. Ia berkacak pinggang sambil membetulkan kacamata tebalnya. 

“Astagfirullah! Kena prank! Bikin malu. Lalu di mana gadis itu?” Mata Lutfan menyisir sekitar sampai beberapa kali. Pada satu titik, ia melihat seorang wanita duduk di bawah pohon. Kembali ia menajamkan penglihatan dengan melepas dan membetulkan kacamata beberapa kali. Setelah merasa yakin itu Alula, pria tonggos itu kembali mendekati sang ibu.

“Bu, yang tertabrak bukan Alula, tapi orang gila. Alula ada di sana kayaknya, tuh.” Lutfan menunjuk keberadaan yang disinyalir itu Alula.

“Alhamdulillah kalau itu bukan Alula. Ibu sudah takut tadi. Kamu yakin yang di sana Alula?”

Lutfan mengangguk. “Kayaknya iya.”

“Ayo kita temui dia.”

“Buat apa? Nggak perlu. Cukup tahu saja kalau gadis itu baik-baik saja, nggak kenapa-napa.”

“Fan, Ibu rasa dia ada dalam masalah pelik. Ibu takut dia nekat. Setidaknya kita antar dulu dia kembali ke kosan dan memastikan dia aman.” Nur turun, lalu berjalan menghampiri Alula.

“Bu, jangan berlebihan. Dia bukan anak kecil yang harus dikhawatirkan seperti ini. Dia sudah besar, punya keluarga.”

“Ibu nggak berlebihan, Fan. Tapi naluri Ibu sebagai wanita, nggak bisa membiarkan dia begitu saja. Sebagai wanita, Ibu bisa membaca matanya yang redup seperti memendam kesedihan begitu besar. Kamu nggak akan ngerti. Dan dia bilang tadi hidup sebatang kara. Kalau kamu nggak mau ikut, di sini aja.”

Nur turun dari mobil, lalu berjalan menuju Alula.

“Ck, heran sama Ibu.” Lutfan berdecak, tetapi tetap mengikuti langkah sang ibu.

Alula menyender pada pohon. Ia duduk tanpa alas. Sesekali tangannya melempar kerikil ke hadapannya. Sementara di depan, ada rel kereta. Tidak lama kemudian, bunyi peringatan begitu kencang terdengar, tanda kereta akan lewat. Tidak butuh waktu lama, alat transportasi sangat panjang itu melintas dengan suaranya yang menggelegar.

“Aaa!” Alula berteriak sangat kencang sambil menutup kedua mata dan telinganya.

“Mas Yongkiii!” teriaknya lagi. Lalu, ia menangis dan membenamkan kepalanya di antara kedua kaki yang ditekuk.

Semuanya sudah berakhir. Impian indahnya bersanding dengan pria yang membuatnya nyaman telah sirna.

“La, kita nikah sekarang aja, ya? Nanti pas kamu skripsi, aku bisa bantu. Free. Tapi kalau nikahnya nanti, bantuan untuk skripsimu berbayar,” kelakar Yongki kala itu.

“Halah, Mas Yongki modus. Nikah itu nggak seindah yang terlihat, lho, Mas. Kalau ternyata aku nggak sesuai harapan Mas Yongki gimana?”

“Aku akan tetap terima. Aku nggak akan nikah kecuali sama kamu. Nek ra kowe, ora wae.” Yongki menyanyikan penggalan lirik salah satu lagu di akhir kalimat.

“Tapi kalau embel-embelnya ada bantuan garap skripsi, boleh juga sih.”

“Beneran mau?”

Alula diam.

“Katakan di mana dan kapan kamu siap aku lamar. Sekarang aja ayo.”

“Hish, ya nggak secepat ini. Tapi apa Mas Yongki yakin sama aku?”

“Sangat-sangat yakin sekali. Minggu depan aja kita sama-sama ke rumah ayahmu, lalu ke ibu pantimu. Aku ingin melamarmu. Biar kamu nggak usah capek lagi kerja buat kuliah. Biar aku yang biayain semuanya. Kamu tinggal duduk manis, mikir skripsi.”

“Naik pangkat dong aku. Jadi istri bos. Berasa jadi Cinderella masa kini.”

Keduanya tergelak.

Alula kembali terisak mengingat salah satu kebersamaan bersama Yongki.

Yongki pria baik yang benar-benar menjaga Alula. Selama dekat, pria itu tidak pernah melewati batas. Paling dekat hanya sebatas berboncengan sepeda motor. Gandengan tangan pun Alula tidak mau.

Seperti buah simalakama, Alula serba bingung. Jika kembali ke kos-kosan, ia takut keluarga tirinya akan kembali mengusik dan menyakiti. Namun, jika menemui Yongki untuk meminta maaf, belum tentu pria itu mau menemui. Ia takut Yongki membencinya. Lalu ke mana?

“Mas Yongki.” Nama itu selalu disebut Alula. Nama yang ia juga belum tahu kini telah resmi menjadi saudara iparnya atau belum.

“Alula.” Sebuah suara sekaligus sentuhan dirasakan Alula. Ia mengangkat kepala, lalu menghapus air matanya kasar.

“Eh, Bu Nur?” Alula ingin berdiri, tetapi ditahan oleh Nur.

“Kamu sedang ada masalah?” tanya Nur hati-hati.

“Atau jangan-jangan kamu hamil di luar nikah?” todong Lutfan, membuat Alula melotot.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tunangan Direbut Paksa, Diincar Pria Buruk Rupa   117. Kebahagiaan Bertumpuk-Tumpuk

    Alula mengesot menuju pintu, lalu membuka pintu itu sedikit kesusahan.“Tolong. Perutku sakit sekali,” ujarnya sambil menangis ketika tubuhnya sudah mencapai luar. Kebetulan ada orang yang lewat. Setelah itu, Alula tidak sadarkan diri.**Alula mencoba membuka mata. Ia merasa tubuhnya sakit semua. Wanita itu mendesis.“Alhamdulillah, kamu akhirnya sadar juga, Nak. Apa yang kamu rasakan? Bentar, Ibu panggil perawat.” Nur memekik.Alula meraba perut sambil menangis.“Apa anakku masih selamat, Bu?” Alula balik tanya.“Alhamdulillah masih selamat.” Sebuah suara menyahut, membuat Alula memalingkan wajah.Alula terus menangis. Wajahnya masih melengos, enggan menatap pemilik suara itu.Sementara Nur sudah pergi dari sana, mencari perawat untuk melaporkan Alula sudah sadar.Lutfan menyentuh tangan Alula yang tidak terpasang jarum infus, mengecupnya lembut. “Jangan pergi tanpa pamit kayak gini lagi, Sayang. Mas rasanya mau ma*ti.”Alula berusaha menarik tangannya, tetapi tidak berhasil. Air ma

  • Tunangan Direbut Paksa, Diincar Pria Buruk Rupa   116. Sakit-Sakitan

    Kehamilan yang dijalani Alula di trisemester pertama tidaklah mudah. Wanita itu mengalami morning sickness parah hingga berkali-kali masuk rumah sakit. Lutfan dengan setia dan sabar mendampingi sang istri.“Sayang, maaf sudah membuat kamu kayak gini,” ujar Lutfan sambil menyuapi Alula di rumah sakit.Ini sudah kesekian kali Alula dirawat di rumah sakit karena tubuhnya sangat lemas. Badannya pun makin mengurus.Pria itu pulang hanya untuk mandi dan ganti pakaian. Ia menghabiskan waktunya di rumah sakit setelah mengajar.“Nggak apa-apa. Aku menikmati masa-masa ini. Bukankah Allah memberi seribu kebaikan dan menghapus seribu keburukan pada wanita hamil?”Lutfan tersenyum.“Udah, Mas, enek.”Lutfan pun menyudahi suapan.“Aku yang minta maaf karena selama beberapa waktu ini, aku nggak bisa memenuhi kebutuhan biologis Mas.”Alula tahu betul kalau suaminya itu memiliki na*su yang menurutnya tinggi. Entah memang semua pria seperti itu atau tidak, Alula juga tidak tahu. Saat belum sakit dulu,

  • Tunangan Direbut Paksa, Diincar Pria Buruk Rupa   115. Hujan Cinta

    “Kami sudah resmi bercerai. Ini keputusan terbaik. Daripada kami saling menyakiti,” jawab Yongki sendu. “Jadi pernikahanmu benar-benar tidak bisa lagi dipertahankan?” Yongki menggeleng. “Sebenarnya bisa, Bung. Kamu saja yang tidak mau berusaha. Aruni itu wanita baik. Buktinya, dia tidak meninggalkanmu saat kamu dipenjara kemarin. Dalam pernikahan itu, yang penting ridho orang tua. Orang tuamu yang kulihat sangat menyayangi Aruni. Itu awal yang baik. Jungkir balik kamu mencintai seseorang kalau orang tua nggak ridho, nggak bakal berkah.” Lutfan sedikit mengingat ke belakang. Saat ibunya sudah rida, ia langsung bisa bertemu Alula. “Kamu bisa bilang seperti ini karena kamu menikahi Alula atas dasar suka, bukan terpaksa. Berat, Bung, rasanya berusaha mencintai. Aruni beda dengan Alula. Ibaratnya siapa pun yang dijodohkan paksa dengan Alula, pasti mudah jatuh cinta. Kalau Aruni, harus sabar menghadapi sikap buruknya. Kamu mau nyoba? Ayo tukeran istri.” Lutfan terkekeh. “Gila, enggak

  • Tunangan Direbut Paksa, Diincar Pria Buruk Rupa   114. Maaf

    “A-aku alhamdulillah baik,” jawab Alula gugup.Yongki mendekat. Namun, sebelum sampai di hadapan Alula, wanita itu memilih berlalu dari sana. Alula tidak ingin suaminya salah paham jika memergokinya.Alula kembali ke ruang tamu, duduk di samping Lutfan. Yongki menyusul setelahnya.Acara di sana adalah makan bersama. Alula juga belum tahu apa maksud Jasman melakukan itu.“Aku masih bingung ini ada apa,” bisik Alula pada sang suami.“Sama. Tapi Bu Jannah kayaknya sangat bahagia,” sahut Lutfan sambil menyuapi istrinya.“Trus katanya Aruni sama Mas Yongki mau cerai, tapi kenapa masih datang berdua ke sini?”“Mungkin sudah rujuk. Kenapa memangnya? Kamu cemburu?”“Dih, sorry. Suamiku lebih menggoda dan lebih menggigit daripada mantan.”Lutfan tergelak sampai tersedak. Alula memberinya minum.“Makanya, Mas, kalo makan jangan sambil ngomong.”“Kamu yang mulai.” Lutfan kembali menyuapi istrinya.Pandangan beberapa mata bergantian menyaksikan mereka.Setelah makan-makan dan membereskan sisanya,

  • Tunangan Direbut Paksa, Diincar Pria Buruk Rupa   113. Apa Kabar?

    “Bagian ini yang harus kamu revisi, Sayang. Bolak-balik Mas ingatkan. Jangan asal tulis. Buka buku, cari referensi yang lebih segar, yang lebih bermutu. Jangan itu-itu mulu,” omel Lutfan suatu hari saat membimbing skripsi sang istri di gazebo.Setelah sekian lama skripsi mangkrak, kini Lutfan memaksa Alula menggarapnya lagi.“Udah aku revisi, Mas. Emang Mas aja yang sensi banget sama aku. Disalahin terus. Benerin sendiri, kek. Jangan marah-marah mulu.” Alula tidak mau kalah.“Benerin itu perkara mudah. Skripsi ini anggap saja sebagai senjata. Kamu harus tahu asal-usul dan seluk-beluk senjatamu sampai kamu benar-benar paham. Apa kelemahannya, apa kelebihannya, kenapa begini, kenapa begitu, kamu harus tahu. Jadi, ketika perang nanti, kamu bisa memakai senjata ini sebaik-baiknya. Ketika ada serangan tiba-tiba dalam bentuk apa pun, kamu siap karena sudah menguasainya. Kamu paham, kan, maksud Mas? Perang yang dimaksud adalah ketika sidang skripsi nanti.” Lutfan mode serius.“Bu, Mas–“Belu

  • Tunangan Direbut Paksa, Diincar Pria Buruk Rupa   112. Menangislah

    Lutfan membawa Alula dalam dekapan. “Sudah, Sayang, jangan diteruskan.”“Beruntung saat itu aku nggak dibuang sama Pak Jasman, tapi dititipkan di panti Bu Jannah. Setidaknya bapak saat itu masih punya nurani. Atau mungkin sebenarnya dia sudah punya ikatan batin denganku, tapi tidak mau mengakui atau lebih tepatnya menepis perasaan itu. Mungkin beliau sudah tahu aku ini anak kandungnya, hanya saja situasinya sangat tidak tepat. Coba kalau aku dibuang, mungkin aku jadi anak jalanan.”“Sayang, sudah. Jangan dibahas hal yang sudah lalu.”“Dari Bu Jannah, baru aku mendapatkan kasih sayang. Di panti, barulah aku merasa menjadi manusia seutuhnya. Temanku banyak, kadang uangku santunan juga banyak. Uang yang tidak pernah kudapat langsung dari ibu atau budhe. Tapi bagaimanapun juga, aku tetap merasa hampa. Kasih sayang Bu Jannah nyata, tapi tetap saja kadang suka iri melihat teman di sekolah bahagia bersama keluarga kandung mereka.”Alula meraup banyak oksigen, lalu mengembuskan panjang.“Labe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status