Share

Turun Ranjang
Turun Ranjang
Penulis: Puput Gunawan

Bab 1

BAB 1

"Aku tidak akan bisa mencintaimu seperti aku mencintai Sarah," ucap seorang laki-laki yang ada dihadapanku.

Aku tersenyum mendengar pernyataan laki-laki itu, dia pikir aku akan menangis di pojok kamar dan menyesali keputusan orang tuaku.

"Bang, asal Abang tau aku juga terpaksa menikah denganmu, andai saja Kak Sarah tidak meninggal dan berwasiat jika aku harus mengurus Abang serta Zyona dan Zyan aku tidak akan mau menikah dengan Abang!"

Laki-laki itu langsung pergi meninggalkanku sendirian di rumah yang cukup besar ini. Dia Bang Dion, suami dari kakakku yang meninggal dua bulan lalu, sebelum meninggal karena kanker, Kak Sarah berpesan padaku jika aku harus mengurus anak kembar dan suaminya, Abah dan Umi menganggap itu sebagai wasiat agar aku menikah dengan kakak iparku dan jadilah, kakak ipar jadi suami.

Bukannya aku tidak mau atau menyesal, aku sangat menyayangi kedua keponakan kembar yang usianya baru lima tahun itu, anak-anak yang masih sangat butuh belaian kasih sayang seorang ibu, oleh karena itu aku mau menikah dengan Bang Dion, tapi dengan Bang Dion sendiri aku memang tidak menyukainya sejak awal sebelum kak Sarah dan dia menikah.

"Tante!" panggil dua orang anak yang langsung menghampiriku.

Kupeluk kedua anak kembar itu dan menciuminya bergantian.

"Tante, mulai sekarang Tante yang akan antar kami kesekolah kan!"

"Iya, Zyona, kan Bunda udah di surga," ucap Zyan.

"Tante sekarang gantiin Bunda buat jagain kalian," ucapku.

"Ayo tante kita berangkat kesekolah!" ajak Zyona dan Zyan menarik tanganku.

Kedua malaikat kecil yang ditinggalkan Kak Sarah yang membuatku mau menikah dengan bang Dion, kedua anak kembar yang belum mengerti kemana Bundanya pergi.

Sampai di sekolah banyak ibu-ibu yang berbisik-bisik sambil sesekali melirik kearahku. Aku tahu jika mereka pasti tengah membicarakanku yang menikah dengan kakak ipar sendiri.

"Mbak, nganter Zyona dan Zyan?" tanya seorang ibu-ibu.

"Iya, Bu," ucapku sambil tersenyum ramah.

"Bukannya Mbak ini adiknya Alm Ibu Sarah?" tanya ibu itu lagi.

"Iya, Bu, saya adik dari Bundanya si kembar Zyona dan Zyan," ucapku yang masih tersenyum.

"Bukannya Mbak sudah menikah dengan pak Dion?" tanya seorang ibu yang lainnya.

"Iya Bu, sekarang saya istri bang Dion," ucapku masih tersenyum.

"Berarti Pak Dion turun ranjang ya," ucap ibu itu sambil tertawa.

"Bukan Bu, Bang Dion itu pelit, jadi dia menikahi aku untuk mengurus kedua anaknya, lumayan kan dapat baby sitter gratis," ucapku ketus.

Ucapanku sukses membuat  ibu-ibu itu berhenti tertawa dan membicarakanku.

Sepertinya mereka sadar sedari tadi aku mendengar obrolan mereka yang mengatakan jika aku ingin harta yang dimiliki bang Dion.

       ******

Hari mulai sore, aku dan si kembar sedang asyik bermain. Menyenangkan sekali melihat si kembar tertawa gembira, seolah tidak terjadi apa-apa. Tiba-tiba si kembar berlari menghampiri seseorang.

"Ayah!" teriak si kembar bersamaan.

"Assalamualaikum, Zyona, Zayn," ucap Bang Dion.

"Waalaikumsalam."

Zyona dan Zyan langsung memeluk Ayahnya. Bang Dion pun membalas pelukan si kembar. Terlihat begitu manis pemandangan ini, keluarga kecil itu tampak saling menyayangi.

'Kak, kamu lihat itu? Kenapa kamu tega meninggalkan mereka'

"Ayah, kok gak salam sama Tante?, biasanya kalo sama Bunda, Ayah selalu salam dan cium pipi Bunda," ucap Zyan.

"Aku Tante kalian, bukan Bunda jadi gak di cium," ucapku menjelaskan.

"Tapi kata Tante, Tante yang gantiin Bunda, berarti Ayah juga harus cium Tante," ucap Zyona.

Anak-anak itu tidak mengerti pemikiran orang dewasa, yang mereka tahu aku ini pengganti Mamanya.

Dengan terpaksa aku mencium tangan Bang Dion dan dia mencium keningku.

       ********

Malam menjelang, aku berada di dalam kamar bersama Bang Dion. Tak ada kata yang kami ucapkan walau kami berdua didalam kamar, bang Dion asyik dengan pekerjaannya, dan aku sibuk dengan ponselku.

"Tidurlah sudah malam," ucap Bang Dion mengambil bantal yang ada disampingku.

Aku segera beranjak dari tempat tidur, mengejar Bang Dion yang keluar dari kamar.

"Ini kamarmu Bang,  aku yang harusnya pergi dari kamar ini," ucapku sambil berlalu.

Aku segera pergi menuju kamar si kembar, perlahan-lahan aku membuka pintu karena malam sudah larut dan si kembar sudah terlelap.

Kupandangi kedua bocah itu, anak-anak yang manis. Aku melihat ke meja ada foto mereka bersama Kak Sarah, tanpa sadar air mataku menetes.

Walau aku terlihat tegar tapi aku begitu sedih, lebih tepatnya marah. Aku marah dengan keadaan ini, aku marah pada Kak Sarah yang seenaknya menyuruhku mengurus keluarganya.

"Aku tidak sanggup kak," ucapku sambil memeluk foto Kak Sarah.

Aku terus menangis tanpa suara hingga aku tertidur.

"Fira, Safira!" Seseorang memanggilku.

Perlahan aku membuka mata dan terkejut dengan apa yang ada dihadapanku.

"Jangan lari!"

"Kak Sarah, Apa aku mimpi?" tanyaku.

"Anggap saja begitu," ucap kak Sarah.

Aku langsung memeluk wanita yang ada di depanku dan menangis.

"Fira, maafin Kakak, karena sudah membuat kamu sedih dan marah, tapi Kakak yakin kamu mampu merawat anak-anak dan Mas Dion," ucap kak Sarah sambil mengelus pipiku.

"Tapi Kak, Bang Dion terlalu dingin dan sulit sekali untuk aku bisa akrab dengannya."

"Butuh waktu Fir."

"Aku tidak menyukainya juga!"

"Lagi-lagi hanya soal waktu."

Kak Sarah tersenyum dan lama kelamaan menghilang.

"Jaga Zyan dan Zyona untuk kakak," ucap kak Sarah sebelum menghilang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status