Home / Historical / Two Side / Sajak Kerinduan

Share

Sajak Kerinduan

Author: AZAZEIL
last update Last Updated: 2021-05-14 14:34:43

Pertemuan yang sangat tidak menyenangkan, akan tetapi biasanya berakhir dengan penuh warna. Sebuah pertemuan awal yang memiliki kesan beragam. Di tengah terangnya jalanan berhias gemerlap bintang dan rembulan, kamu berjalan seorang diri dengan wajah sayu.

Sesekali kamu tertawa, berlari bahkan sempoyongan seperti orang mabuk. Entah ketika dikeramaian ataupun kesepian, kamu tetap bertingkah demikian seolah tidak memiliki kepribadian. Sesekali terdengar suara senandung yang diakhiri tawa.

Berhenti sejenak, membeli beberapa minuman keras. Duduk seorang diri di tengah taman berteman lampu jalanan seraya meneguk sebotol minuman keras dengan penuh kenikmatan. Kursi panjang menjadi sandaran untukmu berbaring. Tangan kanan memegang sebotol minuman, sedangkan kiri memegang sebatang rokok untuk dihisap. Matamu perlahan kian layu, menutup dengan rapat hingga akhirnya tertidur dengan lelapnya.

Ayam kembali berkokok, rembulan kian meredupkan kilaunya. Saatnya sang mentari memberi kehidupan, kirana dipenuhi kebahagiaan terasa di sepanjang mata memandang. Perlahan terbangun dari tidur, wajah kusam nan kusut serta penampilan acak-acakan membuatmu terlihat sangat lucu. Taman yang sebelumnya sepi, kini perlahan mulai didatangi banyak orang. Mereka berlari kecil, bermain atau hanya sekadar melihat-lihat.

Tatapan mereka semua hampir terfokus padamu, tetapi tetap saja tidak dipedulikan. Salah satu tangan menggaruk-garuk perut, membuka baju dan perlahan mulai berdiri dan melangkahkan kaki. “Haa ... merepotkan saja. Kenapa aku sampai tertidur di sini? Haaa ....” Kamu terus saja menggerutu, mengabaikan setiap orang yang menghampiri dan menertawakan.

Kamu mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang dari dalamnya. Dinyalakan korek api, membakar ujung rokok kemudian dihisap perlahan. Embusan asap putih terkepul di udara, membuatmu tersenyum kemudian berkata, “Haaa .... kapan semua ini akan berakhir? Merepotkan saja.”

“Apa yang merepotkan? Kenapa kamu terus-terusan menghela napas dan mengatakan, ‘haaa ... merepotkan.” Seorang wanita secara tiba-tiba bergabung dalam pembicaraanmu, bertanya tentang banyak hal.

“Siapa kau?” tanyamu menatapnya.

“Heee ... jahat kau. Aku Lucy, kemarin kita bertemu di kedai Arion,” ujarnya merengek.

Kamu diam, berhenti dan menatapnya kemudian teralihkan ke arah langit. “Entah, lupa aku.” Sedikit, tetapi sangat menyakitkan. Kata-katamu membuatnya terdiam, netra berpinar dan langsung melayangkan pukulan.

“Hahaha ... aku bercanda, jangan marah gitu dong. Atau jangan-jangan ... uwu, ternyata Nona Lucy benar-benar menyukaiku,” godamu seraya terkekeh dan berpose aneh.

“Apaan sih, gak lucu!” Wajahnya memerah, pipinya mengembung bak balon, kedua tangan bersilang di dada, membuatmu tak sanggup menahan tawa. Wajahnya semakin memerah dan sekali lagi melayangkan pukulan di tempat yang sama.

“Oh ayolah, sakit tahu. Lagian kenapa Nona bisa ada di sini? Jangan bilang Nona mengikutiku?” tanyamu sedikit bercanda.

“Dih, ogah. Pd amat lu. Buat apa juga ngikutin lu,” ketusnya kesal.

“Haaa ... iya-iya, maaf aku hanya bercanda. Kalau begitu aku pergi dulu, sampai bertemu lagi.” Raut wajahmu kian memucat, sendu napas berembus lirih dan langkahmu terdengar begitu sayu. Dia menggenggam tanganmu, seolah enggan ditinggal seorang diri. “Apa yang kau inginkan, Nona?” tanyamu dengan kerutan di wajah.

Mulutnya masih tertutup rapat, kedua netra berkaca dengan air mata di penghujung kelopak. Genggaman tangannya semakin kencang, kepalanya kian menunduk. Kamu tersenyum, menggenggam tangannya kemudian melepaskannya secara paksa. Tanpa menoleh ke belakang, kamu langkahkan kedua kaki lebih cepat dari sebelumnya.

Kamu berlari di menjauh darinya, walau pada akhirnya kembali untuk bertanya. “Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Katakan saja jika aku bisa membantu, akan kulakukan.” Kata-katamu membuatnya tertegun. Perlahan air mata jatuh membasahi pipi, membuat wajah putih menjadi merah.

“Ti-tidak ada apa-apa kok, semua baik-baik sa-hiks ....”

“Aku tahu jika kita baru saja bertemu, tetapi aku punya sedikit nasihat untukmu. Jangan pernah mencoba untuk menggenggam dunia seorang diri, karena itu bisa membuatmu terjatuh lebih dalam. Carilah satu orang yang benar-benar bisa Nona percaya dan membantumu berjalan di dunia yang penuh sandiwara,” ujarmu seraya mengusap air matanya dengan senyum lembut menghias wajah.

“Terima kasih, akan selalu kuingat kata-katamu. Aku merasa lebih baik se–hiks ... a-aku pergi dulu. Maaf mengganggu.” Berlinang air mata, dia pergi meninggalkanmu seorang diri. Matamu terus tertuju padanya, hingga menghilang di tengah keramaian. Sebuah nama yang mungkin terngiang, membangkitkan sedikit rasa terpendam. Senyum lirih tertanam, membuat langit menjadi lebih cerah menyaksikannya.

Kaki kembali melangkah, membawa tubuh entah ke mana. Senyam-senyum seorang diri di jalanan, kedua tangan saling bersilang di belakang kepala dan kembali berhenti di perpustakaan yang sama. Beberapa hari terakhir dihabiskan membaca di dalam perpustakaan, hingga membuatmu menjadi akrab dengan pustakawan dan beberapa pengunjung lainnya. Terlihat jelas kalian saling bertukar cerita, walaupun kamu lebih banyak diamnya.

Hampir setiap malam kamu selalu mencoba untuk bunuh diri dengan berbagai cara. Namun, entah mengapa selalu saja gagal dan gagal, entah karena berhenti di tengah jalan atau diselamatkan oleh teman. Kisah kelam terus berlanjut entah sampai kapan, dan selalu saja topeng yang digunakan adalah senyum dan bahagia.

Siang dan malam terasa sangat berbeda, sosok yang keluar pun sangat berlawanan. Siang mencari ceria selayaknya surya, sedangkan malam menjadi sangat kelam bak rembulan. Senyum hangat silih berganti suram, membuatmu tampak lebih gelap dari malam. Entah bagaimana dan dari mana ia bisa tahu, tetapi sahabatmu itu selalu ada di saat terpuruk dan hampir bunuh diri.

27 November 2021

Kirana membasuh tubuh hingga membuatmu membuka salah satu mata. Netra menatap ke segala arah, melihat ruangan putih dipenuhi alat medis. Tubuh kembali dipenuhi selang infus dan salah satu mata kembali terbalut perban. “Apa yang kulakukan di sini?” Kepalamu masih terasa pusing, muncul kerutan di kening dan wajah jauh dari kata pucat.

Terdiam sejenak, memikirkan apa yang terjadi. “Benar, aku mencoba bunuh diri dengan cara menusuk diri dan terjun dari lantai empat. Haaa ... sialan, tubuhku rasanya sakit semua. Kupikir akan mati, tapi ... hahahaha ... aku paham. Semenyenangkan itu membuatku menderita? Bahkan Tuhan pun tidak ingin aku meninggalkan dunia ini, agar bisa lebih tersiksa lagi.” Tawamu terdengar begitu kencang, membuat seseorang dengan cepat memasuki ruangan. Ia mematung di depan pintu menatapmu dengan penuh kerinduan dan kesedihan.

“Hmm ... aku paham, semua ini karenamu. Karena hadirnya dirimu, aku tidak akan pernah bisa menghilang dari dunia ini. Berhentilah ikut campur, aku sama sekali tidak mengganggumu ataupun merugikanmu. Karena itu ... berhentilah menyelamatkan hidupku!” teriakmu dipenuhi emosi.

“Ma-maaf, tapi kali ini bukan aku yang membantumu. Nona inilah yang membantumu,” ujarnya terisak.

“Kau ... kalian, berhentilah ikut campur ataupun peduli padaku! Bahkan aku sendiri sudah tidak peduli akan hidupku, men—“ Wanita itu langsung berlari ke arahmu, dan secara tiba-tiba langsung mendekap erat tubuhmu seraya terisak dalam diam. Pelukannya terasa begitu hangat, rasa sakitmu seolah melesap menjadi bahagia di antara luka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Two Side   Takdir? 2

    Manik hitam dipenuhi kebencian kembali merekah, membuatmu terlihat semakin penuh akan gairah untuk meminum darah. Mata semerah darah, menatap mereka dengan tajam. Tubuhnya gemetar seolah tengah melihat setan, wajahnya memucat dan keringat dingin mulai membasahi tubuh. “A-apa yang kamu lihat?” tanyanya ketakutan.Mulut yang masih terpasang alat bantu bernapas, membuatmu tidak bisa berkata apa-apa. Namun, tatapan itu sudah menjelaskan segalanya. Manik hitam mencoba untuk memberikan isyarat agar melepaskan ikatannya dan melepaskan alat bantu yang ada di tubuhmu.Sayang, mereka tampak sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan. Waktu berlalu dengan begitu lama, dan ketika tubuhmu sudah pulih sepenuhnya, ikatan itu dilepaskan. Tujuan mereka bagus, tapi caranya membuatmu tersiksa hingga setiap malam mengutuk mereka.Baru saja terlepas dari ikatan, kamu langsung melompat dan mengambil vas bunga di atas

  • Two Side   Takdir?

    Noda merah kembali mewarnai tubuh yang terbalut perban putih, membuat langkah semakin berat dan pandangan perlahan buram. Rasa sakit perlahan menyebar ke sekujur tubuh, membuat napasmu terdengar lebih berat. “Haa ... sialan,” lirihmu sebelum akhirnya jatuh kembali.**“Haa ... sialan! Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa aku bis–dia?” Awalnya terlihat kesal dan ingin menggerutu, tetapi berubah menjadi terkejut ketika melihat wanita sebelumnya tengah tertidur dengan pulas di lantai hanya beralaskan tikar tanpa bantal dan selimut. “Apa yang wanita ini lakukan?” gumammu dipenuhi tanda tanya.Kamu juga semakin terkejut ketika melihat diri sendiri yang kini tengah bertelanjang dada dengan perban yang tampak baru. Hal itu terlihat jelas, karena sebelumnya ada sebuah noda darah di sana yang kini telah menghilang. Melihatnya, hatimu terasa sedikit sesak mengingat apa yang terjadi sebelumnya.Selain itu, kenyamanan yang mer

  • Two Side   Dendam

    Hanya dengan peralatan seadanya, kamu berniat untuk menaklukkan sebuah villa yang dipenuhi banyak orang. Hanya dengan peralatan seadanya, kamu berniat untuk menaklukkan sebuah villa yang dipenuhi banyak orang. “Haaa ... merepotkan! Berapa banyak orang yang sebenarnya bisa di tampung oleh rumah tua itu, sialan!” hardikmu dengan kedua tangan terkepal.Hanya bisa menahan amarah seraya menatap dengan penuh kebencian, membuatmu harus kembali ke tempat semula untuk kembali menyusun rencana. Belum lagi uang yang hanya tersisa beberapa dolar dan Kurangnya senjata yang memadai, membuatmu merasa sangat kesal dan jengkel. Namun, kamu lupa bahwa tidak ada tempat tinggal di sana dan terpaksa harus tidur di jalanan.Udara dingin menusuk menembus tulang, membuatmu menggigil dengan hebat. Rasa hati ingin segera mati, tetapi semua hanya sebatas hasrat purba yang tidak akan pernah menjadi nyata. Di tengah malam, seorang pria datang menghampiri.

  • Two Side   Dendam

    Tubuhmu langsung terpental ketika menerima bogem keras darinya, membuat netra menjadi gelap gulita untuk sejenak. Aneh tapi nyata, sedikit pun tidak terasa sakit bahkan setelah darah mengalir dari hidung. “Apa yang sebenarnya ada di kepalamu itu, Kakak! Kenapa kau selalu saja membuat masalah, membuat orang yang peduli dan sayang kepadamu menderita. Apa sebagai menyenangkannya melihat keluargamu menderita?” tanya Leon seraya terus menghajarmu.Ada orang lain yang melihat, tetapi hanya diam dan tersenyum seolah menikmati hal itu. Darah mengalir dari hidung, mulut bahkan kepala yang terluka karena terus-terusan menghantam lantai. Kamu hanya terdiam seraya menatapnya tajam, tetapi tersirat sebuah kesedihan sekaligus kebencian di sana.Hanya bisa pasrah dan membiarkannya memukulimu hingga puas, hingga akhirnya air mata menetes. Melihat hal itu, kamu tersenyum seraya memintanya agar tidak menangis lagi. Bahkan tanpa sadar kedua tangan

  • Two Side   Aksara Hitam

    14 Juli 2022Ruangan itu masih sama, dipenuhi perlatan medis. Seorang wanita terkapar tidak berdaya dengan kondisi yang semakin memburuk setiap harinya. Terlihat jelas wajah itu menjadi sangat murka ketika mengetahui ada yang mencoba untuk mencelakinya.Tanpa pikir panjang, langsung kamu hubungi seorang kenalan dari dunia bawah untuk menyeret seorang pria ke hadapanmu dengan segera. “Jika kalian bisa membawanya ke hadapanku, akan kuberi semua yang kumiliki, termasuk alat itu!” Entah apa yang sebenarnya tengah kalian bicarakan, tetapi semua itu tertuju pada sesuatu yang sangat berbahaya.Kamu duduk di sebelah wanita itu, menggenggam erat tangannya dengan air mata mengaliri pipi. Ibu dan Ayah terlihat sangat menderita terlebih lagi saat tahu jika ada seseorang yang berniat untuk mencelaki putra dan putrinya. Hal itu tergambar jelas di wajah tua mereka, membuatmu semakin ‘tak kuasa menahan amarah.H

  • Two Side   Gemerlap

    12 Juli 2022Beberapa hari di kota yang berbeda, membuat pikiran tidak tenang dan karuan. Sebuah nama selalu saja terkenang di kepala, membuat mata tidak bisa terpejam dengan lelap. Serasa sangat sesak dada setiap kali menatap rembulan di tengah malam.Ingatan dan kenangan mengalir bak air di sungai, menciptakan halusinasi dipenuhi gambaran riang membuat air mata terjatuh di bawah gemintang. Sebelum sempat mengusap, air mata mengering secara tiba-tiba seolah tidak pernah terjadi sebelumnya. Aksara seolah melesap dalam ingatan dan tinta yang menghiasi selembar kertas di atas meja.‘Tak jarang darah mengalir menghiasi meja dan segala hal yang ada, membasahi lantai hingga menjadi aroma khas dalam ruangan gelap nan sepi. Begitu banyak pisau dan obat-obatan tergelak di setiap sudut ruangan. Obat penenang dan obat tidur adalah salah satu yang paling banyak terlihat di sana.Kamu mengambil sebotol wadah kecil obat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status