Home / Horor / UNDANGAN GAIB / Menggali Informasi

Share

Menggali Informasi

last update Huling Na-update: 2023-03-18 09:01:00

Aku menatap jam yang sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, aku bersiap untuk melanjutkan istirahat ku yang terganggu.

Setelah kejadian tadi, aku mendapat fasilitas untuk pindah kamar. Kejadian yang cukup traumatik untukku. Bayangkan saja, jika di kamar kalian tiba-tiba ada jejak kaki berlumpur yang misterius dan juga kamar yang beraroma kamfer seperti bau mayat.

"Hmm... Mohon bapak tenang dulu, saya bantu bapak mengemasi barang-barang bapak. Kami akan membukakan kamar eksekutif untuk bapak yang letaknya ada di lantai satu."

Seolah mengerti ketakutanku, begitu petugas tersebut melihat jejak kaki misterius di seluruh lantai kamarku, dengan suara gugup dan gemetar langsung menawariku untuk pindah kamar dan membantuku mengemasi barang-barangku dengan cepat.

Kami segera meninggalkan kamar itu dalam kengerian, tanpa berani menoleh kebelakang. Meskipun kami sama-sama merasa seolah ada yang mengawasi gerak gerik kami, namun kami mencoba mengabaikannya dengan terus berjalan cepat menuju lift.

Saat menunggu lift terbuka, tanpa sengaja aku menoleh ke sudut ruangan, tepatkan berjarak dua kamar dari tempatku berdiri.

Rupanya kamar 313 ada di sudut ruangan itu, seolah kamar itu adalah sebuah kamar terlarang, pintunya digembok dari luar dengan gembok yang cukup besar. Jadi mustahil jika ada yang menginap di kamar itu. Kepanikanku semakin memuncak.

***

Aku sudah berusaha untuk tidur dan melupakan kejadian barusan. Dikamar ini aku merasa jauh lebih aman, karena kamar ini jaraknya tak seberapa jauh dari Loby.

Namun aku tetap tak juga berhasil untuk benar-benar tidur walaupun badanku rasanya sudah sangat lelah sekali. Hingga sayup-sayup ku dengar adzan subuh berkumandang, kesadaran baru mulai menghilang.

Ku fikir ketika bangun dari tidurku, hari sudah sore karena badanku benar-benar lelah. Namun nyatanya aku salah, jam delapan pagi aku sudah bangun dan segar kembali. Ku putuskan untuk kebawah mengambil sarapan dan mencari segelas kopi untuk menjernihkan kepalaku.

Kejadian kemarin masih terngiang-ngiang dan mematik rasa penasaranku. Setelah menyelesaikan sarapanku, aku ingin mencari angin segar sekaligus menghisap rokokku serta memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

Namun saat kakiku melangkah, mataku justru menatap petugas resepsionis yang berjaga semalam. Lelaki itu sedang memainkan ponselnya seolah sedang menunggu seseorang.

Aku berjalan menghampirinya.

"Mas, mau pulang?"

Lelaki itu mendongak menatapku lalu tersenyum.

"Iya pak, ini lagi nunggu dijemput istri saya. Maklum kendaraannya cuma satu, jadi gantian. Kebetulan rumah saya juga tidak jauh dati sini."

Aku mengangguk dan menawarkan rokok kepadanya, namun ditolak dengan halus. Peraturan di hotel ini, karyawan dilarang merokok di area hotel.

Kami mulai berkenalan, namanya Putra dan sudah memiliki seorang anak yang beranjak remaja. Mungkin usianya sekitar sepuluh tahun diatasku.

"Mas Putra sudah lama kerja disini?"

"Sudah lumayan pak, sejak saya baru lulus D1 perhotelan. Saat itu saya sedang kerja praktek disini, eh malah di terima kerja terus disini."

"Jangan panggil pak, Bayu saja mas. Saya jadi merasa tua sekali."

Kami tertawa.

"Kalau mas Putra sudah lama kerja disini, berarti mas Putra tahu dong tentang kamar 313 dan seorang lelaki keturunan Tionghoa yang bernama William."

Seketika lelaki didepanku terdiam, bibirnya yang tadi tertawa lebar seketika pudar dan menyisakan ketegangan. Matanya menatap sekeliling seolah ingin memastikan bahwa tidak ada yang mendengar obrolan kami.

"Mas Putra?"

"Bagaimana mas Bayu bisa tahu nama itu?"

"Kemarin saya bertemu dengan lelaki yang mengenalkan dirinya sebagai William di kamar mandi yang berada diujung hall, dan beliau mengundang saya untuk mengisi acara pernikahannya. Malam ini."

Mas Putra terlihat semakin tegang dan matanya kembali memperhatikan sekitarnya.

"Sebenarnya ada apa ini mas? Sejak pertemuan itu, saya merasa seolah diteror. Semalam mas Putra tahu sendiri kalau saya menerima panggilan telfon yang meminta saya untuk menghubungi kamar 313 atas permintaan bapak William. Selain itu, mas Putra tahu sendiri kan apa alasan saya ganti kamar?"

Mas Putra mengambil nafas berat dan menatapku, seolah sedang menimbang sesuatu.

"Sebenarnya ini bukan ranah saya mas, saya tidak boleh menceritakan ini kepada tamu. Tapi sepertinya memang ada pesan yang bapak William ingin sampaikan kepada mas Bayu, mungkin dengan begini pak William akan tenang."

"Tidak jauh dari sini, sekitar lima ratus meter, ada warung kopi kecil di selatan jalan. Namanya kopi teras. Saya tunggu mas Bayu disana. Maaf, saya tidak berani menceritakan semua itu disini."

Aku mengangguk dan paham betul, setelah itu mas Putra pamit pulang lebih dulu dan aku akan menyusul dibelakang.

Akhirnya, sebentar lagi aku akan menemukan jawaban atas peristiwa-peristiwa yang kualami kemarin.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • UNDANGAN GAIB   Pesan dari Mbak Lilis, untuk kita semua

    19. Pesan dari Mbak Lilis untuk kita semua"Tipu muslihat? Saya ini dimana mbak? Apa yang terjadi dengan saya? Lantas bagaimana nanti saya pulang?"Aku panik, aku mulai berdiri kebingungan. Diluar langit terlihat mulai gelap, namun dirumah ini aku masih bisa melihat semuanya dengan jelas, meski tanpa adanya penerangan. "Nggak usah bingung mas, aku sudah bertahun-tahun disini. Sebenarnya aku rindu sekali dengan keluargaku, namun sayangnya aku tidak bisa pulang. Padahal rumah keluargaku tak jauh dari sini, sayangnya mereka sudah melupakan aku.""Kenapa nggak bisa pulang mbak? Apa keluarga sampean nggak menjenguk sampean disini? Apa perlu saya antarkan pulang? Kebetulan saya bawa mobil, mobil saya diparkir di warung bawah sana."Namun bukannya langsung menjawab, wanita itu hanya tersenyum simpul. Senyuman yang begitu manis, hingga hatiku serasa berdetak tak karuan. Wanita di depanku benar-benar bisa menciptakan keindahan dalam sebuah kesederhanaan. "Jangan sampai terpikat dengan apa y

  • UNDANGAN GAIB   Teka-teki tentang Rahayu

    18. Teka-teki tentang Rahayu"Mas, mas, ssttt... "Aku melihat ke belakang, rupanya bu Wo aku memanggilnya seperti itu, dia sedang mengendap dan mengejarku. "Bu? Njih?""Husstttt... Ayo jalan terus."Bu Wo menarikku hingga keluar dari pekarangannya, mungkin takut bila ketahuan suaminya. Aku menurut, kami berjalan terburu. Karena jalan yang kami lalui menurun, jadi langkah kami menjadi setengah berlari. "Mohon maaf yang sebesar-besarnya ya mas atas sikap bapaknya tadi, saya sungkan sekali dengan njenengan, sudah kesini jauh-jauh malah disuruh pulang."Aku tersenyum getir, karena bingung, setelah ini harus kemana lagi aku mencari keberadaan Rahayu. "Tidak apa-apa bu, mungkin memang saya yang salah, bertamu di waktu yang tidak tepat. Mungkin bapak sedang capek."Si ibu menarik nafas. "Memangnya, masnya ini sedang ada perlu apa kalau saya boleh tahu? Selama saya kenal dan membina rumah tangga dengan bapak, saya tidak pernah melihat bapak semarah itu, bahkan sampai mengusir tamu.""Say

  • UNDANGAN GAIB   Segelas kopi hitam

    17. Segelas kopi hitam"Rahayu... ""Pak Tris!"Aku dan oak Tris sama-sama kaget ketika ibu warung itu membentak oak Tris. Entah apa maksudnya, namun yang jelas, tujuannya sudah pasti untuk menghalangi pak Tris bercerita kepadaku. Mengapa? "Ah, mas Bayu. Bukan wewenang saya untuk menceritakan semua ini. Kalau mas Bayu ingin tahu banyak, silahkan ke rumah pak Kamituwo saja. Beliau lah yang lebih banyak tahu tentang warga sini, dan saya juga takut salah-salah."Aku semakin bingung, memangnya ada apa dengan Rahayu, hingga menceritakannya saja seolah sebuah larangan dikampung ini. "Mas Bayu ini bukan wartawan kan yo?"Tanya ibu warung kepadaku. Kini beliau sudah duduk didepanku. Sepertinya kini mereka mulai curiga kepadaku, dan tanda tanya ku tentang siapa Rahayu semakin kuat. "Bukan bu, saya ini MC. Saya nggak ada keperluan apa-apa mencari Rahayu, selain untuk menyampaikan pesan yang harus saya sampaikan langsung kepada Rahayu. Saya sendiri sebenarnya juga belum kenal dengan Rahayu,

  • UNDANGAN GAIB   Kembali ke kampung Alit

    16. Kembali ke kampung Alit"Astaghfirullahalazim"Aku tersentak kaget ketika melihat wajah pucat yang menatap tajam kearahku. Jantungku berdetak begitu kencang, ingin rasanya aku turun dari mobil dan berlari saja. Namun ku tahan, aku mengatur nafas dan berdoa semampuku, namun saat aku membuka mata, sosok itu masih diam menatapku tak bergeming dari tempatnya. Aku mencengkram kemudi dengan kuat, bukan aku tadi memang menantangnya untuk keluar menunjukkan diriny? Toh ini masih pagi dan wujudnya layak ya manusia biasa, tidak ada darah ataupun luka. Hanya saja wajahnya pucat pasi dan tatapannya yang begitu tajam namun terasa hampa. Aku menarik nafas dengan kasar, aku ingin mengambil positifnya, mungkin dengan dia ikut, justru perjalanan ini semakin lancar. "Ko, niat saya baik untuk membantu sampean. Tolong sampean juga membantu saya dengan hal-hal yang baik. Kalian kan sesama hantu, bisa komunikasi kan? Bilang dong jangan mengganggu saya, saya kan tidak ada salah dengan mereka."Aku me

  • UNDANGAN GAIB   Restu Ibu

    15. Restu ibuKami saling bertatapan, aku memandang ibu yang sedang kebingungan. "Mana bu?""Sumpah Yu, tadi ibu beneran lihat kamu tidur disitu. Terus kamar kamu ini beneran bau busuk."Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. "Kamu juga sempet makan kok kemarin Yu, nggilani. Makanmu beneran kayak orang nggak pernah makan, beruantakan dan buanyak, ibu sampek ngomel-ngomel kemarin.""Tapi bu, kemarin Bayu nggak pulang. Mobil Bayu mogok dan jadi menginap dirumah teman."Aku berbohong kepada ibu, tidak ingin ibu semakin kepikiran jika ibu tahu cerita yang sebenarnya. "Kamu cuma bilang kalau pulang telat! Terus sopo Yu seng sama ibu dua hari ini? Beneran, ibu nggak halu, apalagi pikun. Dua hari ini ibu bener-bener berinteraksi sama sosok yang mirip kamu."Ibu sudah mulai histeris dan menahan tangis, wajahnya memerah. Aku memegang pundak ibu, dan mencoba menenangkannya. Hatiku juga sedih melihat ibu seperti ini, kenapa ibu harus ikut-ikutan diganggu seperti ini, sebenarnya apa salah

  • UNDANGAN GAIB   kamarku berbau busuk

    14. Kamarku berbau busuk"Saya pamit ya pak, bu. Terimakasih atas jamuannya serta bantuannya, salam buat warga kampung yang lain yang sudah membantu saya kemarin. Maaf sudah merepotkan dan membuat kegaduhan.""Iya nak sama-sama, jangan pikirkan itu. Kamu hati-hati dijalan. Banyak-banyakin doa dan dekatkan diri kepada Allah, hanya kepadanya kamu bisa meminta perlindungan.""Iya bu, terimakasih sekali lagi."Mereka mengangguk dan mengantarkan ku hingga kedepan. Perlahan ku pacu mobilku keluar dari kampung ini dan menuju jalan raya. Selepas sholat subuh secara berjamaah, aku berpamitan kepada mereka. Banyak syukur ku panjatkan, dimana pun aku berada selalu dipertemukan dengan orang baik. Perjalanan pagi seperti ini sangat menyenangkan, aku sengaja membuka kaca mobilku untuk menghirup udara yang masih segar. Lalu lalang kendaraan belum terlalu banyak, sehingga udara masih belum tercemar oleh polusi. Aku mengingat-ingat kejadian akhir-akhir ini yang membuatku hampir gila, aku diteror h

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status