“Ada apa ini,,ada apaaaa,,,?”“Apa yang terjadi pada Devita istriku!”Andre sudah sampai dengan napas yang masih tersengal-sengal, dia melihat ibu dan ayahnya begitu panik dengan wajah mereka, namun semua diam membisu saat Andre menatap dan bertanya pada ibunya. “Istrimu, Devita,, diaaaa?”Tuan wicaksono sebagai ayah Andre hendak menjelaskan tentang kecelakaan itu, tapi begitu takut akan kemarahan putranya yang menjadi-jadi nantinya. Ya, begitu sibuknya Andre di kantor hingga dia belum sempat untuk menelpon istrinya hari ini, sampai membuat laki-laki itu semakin penasaran tentang apa yang sedang terjadi. “Kenapa kalian semua diam,,,,?”“Jelaskan padaku, apa yang telah terjadi...!!!”Saat Andre yang sedang panik dan begitu kesal bercampur marah itu bertanya dan sama sekali tak mendapatkan jawaban, seorang dokter perempuan itu keluar. Dengan wajah yang tidak meyakinkan akan memberi kabar gembira, Dokter itu hanya bicara beberapa patah kata, sembari sedikit membuka pintu ruangan ICU.
Dengan wajah yang benar-benar panik, Andre dan dokter bicara dalam ruangan. Hanya mereka berdua di dalam sana, membicarakan tentang seseorang dalam wajah yang sama-sama serius tentang keadaan gawat darurat itu. “Saya harus menyampaikan kabar buruk ini pada anda tuan. “Dokter perempuan yang memang masih terlihat muda itu bicara pada Andre, mereka sedang membicarakan kondisi yang dialami oleh Devita. Sungguh miris memang, kehidupan yang harus dialami gadis malang sang menantu kaya itu. “Kesehatan istri anda sangat begitu memprihatinkan,““Kenapa bisa separah ini kesehatannya, dia mengalami panas yang sangat tinggi.”Seolah memang begitu berat, dokter itu berbicara pada Andre tentang Devita. Terlihat memang wajah kecemasan yang ada pada Andre saat benar-benar Dokter perempuan itu menunjukkan kalimatnya untuk mengatakan sebuah kenyataan yang sangat pahit. “Mungkin istriku kelelahan Dokter, maklum istriku sangar ringan tangan jika di rumah, dia tak segan membantu pekerjaan rumah, tapi
“Sebenernya, keadaan belum seberapa pulih, dia harus berobat jalan. “Dokter itu bicara pada keluarga wicaksono. Tuan wicaksono, andre, Bi Ijah berada di sana, sementara Marta belum terlihat batang hidungnya, sebagai mertua yang tidak bisa menerima Devita sebagai menantu, dia tetap dengan pendirian teduhnya acuh tak acuh pada menantunya sendiri, padahal semua terjadi akibat wanita kejam itu. “Aku tak perduli!”“Dia bukan menantuku!”Marta masih saja berpendirian teguh dan sombong atas apa yang dia miliki. “Kau tidak pantas berada dalam keluarga besar ini, tingkat sosialmu jauh dari keluarga kami!”Begitulah yang diucapkan Nyonya Marta saat tengah berada beberapa hari ini di rumah sakit, sama sekali dia tidak menunjukan penyesalan atas apa yang sudah dia lakukan pada menantunya itu, selalu menyalahkan putranya bahkan suaminya yang mau menerima calon mantu bukan dari keluarga yang sepadan dengan keluarganya. “Kalian terlalu membela gadis miskin itu!”“Andai saja kau tidak menikahi pe
“Makan yang banyak, kau harus menjaga kesehatanmu yaaa,,“Andre sedang berada dalam kamar mereka dan bicara pada Devita. Di sana memang sebuah kamar yang memang khusus didiami oleh Andre dan Devita, memang berada di lantai atas, sedangkan nyonya Marta dan tuan Wicaksono berada di kamar bawah. Rumah itu memang besar dan bertingkat, sangat megah. Begitu banyaknya ruangan kamar yang kosong di rumah itu membuat mereka bebas memilih kamar mana saja yang ingin di tempati. “Maaf mas, “Karena aku,,, ? kau kerepotan harus bolak balik ke tempat bisnis keluargamu. “Devita memandang ke arah jendela bening yang terbuka, menatap taman hijau yang persis terlihat di samping tepat di bawah sana. Begitu indah dan nyak bunga bermekaran tumbuh di halaman. Penuh warna bunga itu, tapi tidak dengan gadis malang yang selalu saja serba salah dan begitu suram tinggal di dalam sana. Andre menghela napas panjang, dia tahu apa yang Devita rasakan.Berat memang cobaan perkawinan mereka yang harus disertai ba
“Hallo tuan Andre? “Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan pada tuan dan istri, ini begitu sangat penting sekali mengenai Devita, apa nisa kalian berdua datang besok?”Dokter bicara pada Andre melalui alat komunikasi setelah dua minggu lebih setelah melaksanakan pemeriksaan pada Devita yang selalu saja kelelahan dan tak bisa bekerja berat, serta disertai beberapa gejala yang tidak dia diketahui apa penyebabnya, sampai pada pemeriksaaan di sebuah laboratorium mendapatkan hasil yang memang akan membuat hidup dua insan itu mungkin saja berubah. Ya, antara bahagia atau kabar duka yang akan Andre dan Devita dapatkan, itu sudah menjadi sebuah takdir yang tak bisa terelakkan. “Besok? “Bisa Dok, kami berdua akan segera datang besok secepatnya ke rumah sakit. “Andre bicara sesaat setelah menemani sang istri disaat mereka berdua di sebuah kamar tepat di rumah mewah milik keluarga kaya raya itu, tuan Wicaksono. Andre dalam hatinya selalu saja bertanya tanya mengenai apa ada sesuatu hal yang
Di sebuah ruangan, obrolan serius sedang berlangsung antara Dokter dan pasiennya. “APA?“I-Ini,ini tidak mungkin! “Ini tidak mungkin Dokkkk. “Andre benar-benar sok saat mengetahui sang istri yang terkena kanker rahim, ya sudah benar-benar di ujung tanduk keadaan yang dihadapi laki-laki itu. “Kenapa semua harus terjadi!”Kesal, marah, semua bercampur dan berkecamuk dalam hati laki-laki itu. Dirinya yang baru saja dihadapi masalah yang sebelumnya kini harus menghadapi masalah baru, sebuah kenyataan pahit itu harus dia alami. Tangisan sayup-sayup terdengar sangat memilukan seketika dalam sebuah ruangan khusus. Ya, sang Dokter memberikan hasil uji laboratorium yang diterima tepat beberapa hari yang lalu. Kali ini sang Dokter perempuan itu harus menyampaikan amanah yang dia pegang pada pasiennya, Devita. Andre mencoba menghela napas panjang, wajahnya membeku diam seketika dengan ekspresi amat datar, dia tidak dapat menerima kenyataan ini yang sangat begitu pahit. “Dok, tolong kata
“Ayah, ibu, ada yang ingin aku ceritakan. “Andre yang baru saja tiba di rumahnya, menemui kedua orang tuanya itu tepat di ruang tengah, sebuah ruangan khusus yang memang tempat favoritnya keluarga itu berkumpul, tapi tidak dengan Devita, sekali pun dia tidak diizinkan untuk bersantai bahkan duduk di tempat tetap itu. Nyonya Marta dan tian wicaksono yang tadinya sedang fokus menatap layar televisi itu, kini berbalik ke arah putranya yang tiba-tiba duduk bersama mereka. “Bicara? “Apa maksudmu, apa yang ingin kau bicarakan? Kenapa wajahmu terlihat begitu pucat? “Ya, begitulah ragam pertanyaan yang dilontarkan oleh nyonya Marta dan juga tuan wicaksono saat itu. Tak pernah mereka melihat wajah seserius itu saat bicara pada mereka. Begitu pun sebaliknya, Nyonya Andre yang semula berpikir putranya akan menuruti kata-katanya untuk membuang Devita, bahkan untuk meninggalkan Andre sejenak berubah menjadi sangat cerah wajahnya. “Jangan membuang waktu santai ibu dan ayahmu, ini ruang keluarg
“Mau tidak mau, suka tidak suka! 'Kau harus menerima keputusan ini! “Ya, kalimat akhir itu dikatakan oleh Andre saat dia bicara empat mata pada Devita.Pembicaraan itu terjadi dalam kamar, Lagi-lagi hati kecil Devita harus terluka parah, mendengar keputusan Andre yang memang berniat ingin menikah lagi demi menuruti keinginan orang tuanya yang tak sabar ingin mendapatkan keturunan.Tangisan pecah setelah Devita mendengar apa yang dikatakan oleh laki-laki yang begitu sangat dia cintai itu, namun harus bagaimana dan apa daya, dia hanya perempuan lemah. Entah apa yang harus dia lakukan, dirinya saja tak bisa mencegah takdir yang sudah ditentukan maha Kuasa. Andre hanya berdiri kaku, dia tak banyak memalingkan wajahnya pada Devita. Sebaliknya, Devita hanya bisa pasrah dalam duduk diamnya penuh tangisan dan air mata yang sudah tak dapat membendung luka. Andre lebih banyak bicara pada intinya saja, lagi lagi laki-laki itu tidak ingin berlama-lama di dalam sana. Sementara itu, Devita menan