Mobil iring-iringan pernikahan menuju kediaman rumah nyonya Marta yang kaya raya itu akan segera dimulai. Devita perempuan malang yang penuh tangisan itu hendak menuju mobil iring-iringan pengantin, perjalanan mereka untuk kembali membawa sepasang pengantin Andre dan Cley untuk segera pulang dan menikmati hari pernikahan dan mengiringi hari bahagia itu. Tiga kendaraan di sana, bagian depan berisi sepasang pengantin Andre dan Cley serta seorang supir, sementara dua kendaraan lagi mengiringi mobil pengantin di bagian belakang. "Sekarang kau sudah resmi menjadi istriku Cley, ""Aku sudah tak sabar untuk bercinta dan sampai di rumah, kau menikam pesta perkawinan meriah ini bukan?"Andre sedikit menggoda Cley, saat berada di dalam kendaraan.Cley hanya tersipu malu dengan wajah yang penuh kepalsuan. "Aku harap penderitaan ini segera berakhir tuhaaaaaan, aku mohonnnnn. "Sementara itu Devita dalam hati kecilnya benar-benar hancur berkeping-keping, dia tak memiliki semangat hidup sama s
“Aku terima nikah dan kawinnya Devita binti sariah,dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang dua puluh lima juta dibayar tunai.”kata-kata itu keluar dari mulut seorang laki-laki mempelai pria yang bernama Andre, disaksikan oleh para saksi dan wali yang hari itu hadir di sebuah gedung mewah.“Bagaimana, apa sah?”“Sahhhhh,,,,,,,,!!! Suara sahutan itu terdengar bergemuruh di dalam sebuah gedung mewah, menyaksikan kemeriahan sebuah pesta perkawinan keluarga ningrat. Sebuah pesta pernikahan dan jani suci itu telah diucapkan seorang laki-laki tampan dan gagah, sebuah gedung mewah itu telah dihias begitu indah, di sana dihadiri banyak orang, mereka ikut menyaksikan janji suci pernikahan antara sepasang kekasih bernama Devita dan Andre yang sudah menjalin hubungan cukup lama. “Kalian sudah resmi menjadi suami istri sekarang?”“Tolongggg, jaga istrimu baik-baik. “Kata itu keluar dari penghulu yang membimbing acara sakral dan suci itu, berbicara di depan seorang laki-laki bernama A
“Aku ingin anak laki-laki darimu Devita,”Ucap Andre saat berada di dalam kamar pengantin yang berhiaskan indah bak kamar putri ratu dan raja yang dihias secara apik dan unik.Tepat malam itu, ketika sebuah acara sakral pernikahan antara sepasang kekasih yang berbeda status sosial telah usai melaksanakan pesta pernikahan megah nan mewah. “ Mas,,,,? Suara lembut itu keluar dari bibir tipis manis, dibalut gincu merah merona, dia masih mengenakan gaun pengantin duduk di atas kasur empuk tilam putih. “Yaa,, kenapa sayang? Apa kau tidak menikmati pesta pernikahan megah ini?”“Atau, ada sesuatu yang membuat dirimu gelisah, ceritakan saja apa yang kau rasakan, bukankah kita sudah satu hati setelah menikmati malam sakral pernikahan ini, masalahmu adalah masalahku juga. “Andre sejenak menatap lembut ke arah wajah cantik itu, perempuan lembut yang kini telah sah menjadi istrinya. “Bukan mas, “Bukan itu masalahnya. “Devita sejenak menundukkan wajahnya, dia memang agak sedikit ragu dalam
“Sudah bangun kau rupanya!““Hebat sekali, kau baru beberapa hari di rumah ini, namun lihat sikapmu? Kau berlagak seperti ratu saja. “Devita menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka lebar, rupanya di depan sana sudah ada sang ibu mertua sudah berdiri di depan pintu, menatap sini pada gadis itu, Devita yang nyatanya masih terkulai lemas di atas tempat tidur. “Bangu!” “Apa lagi yang kau tunggu?“Kau tahu sudah jam berapa ini? Marta, sang ibu mertua melirik ke arah benda bundar itu, mesin waktu yang sudah menunjukkan angka setengah delapan, pagi. Entahlah, padahal hari itu memang masih terlalu dini, namun hanya keluarga inilah yang paling sibuk, apalagi nyonya Marta, dia tak ingin melihat seseorang di dalam rumahnya hanya bermalas-malasan saja. Malam tadi, adalah malam yang terindah seharusnya yang dilalui Devita, malam pengantin yang berhiaskan selimut mesra dan kasih sayang dalam pelukan manja mesra, ini adalah malam bulan madu pertama mereka. “ Ya bu, maaf aku terlalu kelelahan
Devita adalah seorang model cantik yang dikenal oleh Andre semenjak dia menghadiri sebuah acara peresmian usaha pakaian ekspor dan impor butik milik orang tuanya yang kini dia kelola. Baru berjalan beberapa hari perkawinan sakral nan indah itu, namun tidak bagi Devita, dia hanya seorang gadis malang yang terperangkap dalam keluarga yang benar-benar tidak menyukainya. “ Aku begitu jauh berbeda dengan keluargamu Mas, “Kau dan keluargamu keluarga terpandang, sementara dengan aku hanya orang biasa saja, mungkin ibumu tidak akan pernah menyukaiku.”Devita sejenak mengutarakan kegundahan dalam hatinya, meskipun dia sudah terpikat pada laki-laki tampan dan juga baik itu. Tidak dengan Andre, dia tahu jika gadis yang dia cintai mungkin terlibat cekcok dengan sang ibu, tapi baginya ini hanyalah persoalan biasa saja, hanya saja mungkin gadis yang dia cintai sudah tak tahan dengan apa yang dia rasakan. “ Kenapa kau selalu mempermasalahkannya,,?”“Status sosial tidak penting untukku, “Percaya
“Jangan sesekali kau coba mengadu pada Andre! “Kau tahu akibatnya bukan?”Disaat gadis itu sedang membantu seorang pembantu memotong daging dan sayuran untuk keluarga itu makan, nyonya Marta menghampiri Devita saat itu juga. Nyonya Marta tak ingin sifat buruk dan busuknya itu diketahui putranya, mengancam adalah salah satu cara untuk membungkam mulut gadis malang menantunya itu. “Jika kau ingin betah dan tetap bersama putraku, tetap jaga lisanmu itu! Sedikit saja Andre mengetahui semua tentang hal ini, kau bakal tanggung akibatnya gadis miskin!”Ya, begitulah setiap hari apa yang nyonya Marta lakukan pada menantunya, berulang kali bahkan berkali-kali selalu mengancam dengan kata-katanya, ketika Andre putranya itu tidak sedang berada di dalam rumah, setelah kepergian Andre dari rumah penyiksaan itu pun mulai terjadi, Nyonya Marta mulai menguasai semuanl keadaan rumah. Memang sepenuhnya nyonya Marta tidak bermain fisik, tapi ini sakitnya lebih lelah dari fisik. Permainan kata-katanya
Sebuah mobil mewah menepi di depan rumah megah bak istana itu, keluar Andre, seorang laki-laki tampan yang memang baru saja sibuk mengurusi bisnis keluarga yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Belum hilang rasa lelahnya, sang ibu menyambutnya dari depan pintu dengan sandiwaranya. “kau tahu istrimu itu Andre! " Gadis yang kau pilih itu! Dia hanya seorang gadis dan menantu yang pemalas, ““Sedaru tadi kerjanya hanyalah diam saja di dalam kamarnya tanpa melakukan apapun, ini hampir membuatku muak!” Bagaimana dia bisa menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik nantinya untukmu kalau terus seperti itu caranya...! “Marta menyambut kedatangannya putra semata wayangnya itu yang baru saja pulang, diantarkan bersama seorang supir pribadi mereka. Andre yang belum sepenuhnya hilang dengan lelah karena bisnis dan pekerjaannya, kini mencoba untuk memeriksa apa yang dikatakan oleh sang ibu. “Ibu jangan seperti itu, ““Dia masih tetap seorang menantu di rumah ini.”Laki-laki ini terlihat agak j
"Bagus, kau bangun lebih awal rupanya!"pagi itu sangat ramah sekali, disambut dengan kata-kata pedas sang mertua pada Devita, saat mereka sedang berada di jamuan makan pagi keluarga besar. “Kapan kalian akan memberikan aku cucu? “Bukankah pernikahan kalian sudah menginjak usia beberapa bulan belakangan ini, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda yang kalian berikan padamu! “Kata-kata itu benar-benar tajam dan sangat menusuk relung hati Devita dan Andre, Saat mereka sedang berkumpul di meja makan. Ya, mereka sedang menikmati hidangan makan pagi keluarga besar, nyonya Marta berbicara sembari menatap pada Andre sejenak lalu kembali melahap makanannya, kemudain kembali menatap pada Devita sang menantunya itu, dalam sekali seolah begitu dalam dan penuh arti. “Kami berdua sedang sudah berusaha bu, hanya Tuhan yang mengabulkannya. “Andre membalas perkataan ibunya saat itu juga dengan pertanyaan kritis, saat dia benar-benar terdesak dengan pertanyaan yang memang seharusnya tidak dil