Share

Kekejaman Ibu Mertua

Devita adalah seorang model cantik yang dikenal oleh Andre semenjak dia menghadiri sebuah acara peresmian usaha pakaian ekspor dan impor butik milik orang tuanya yang kini dia kelola.

 

Baru berjalan beberapa hari perkawinan sakral nan indah itu, namun  tidak bagi Devita, dia hanya seorang gadis malang yang terperangkap dalam keluarga yang benar-benar tidak menyukainya.

“ Aku begitu jauh berbeda dengan keluargamu Mas,

“Kau dan keluargamu keluarga terpandang, sementara dengan aku hanya orang biasa saja, mungkin ibumu tidak akan pernah menyukaiku.”

Devita sejenak mengutarakan kegundahan dalam hatinya, meskipun dia sudah terpikat pada laki-laki tampan dan juga baik itu. Tidak dengan Andre, dia tahu jika gadis yang dia cintai mungkin terlibat cekcok dengan sang ibu, tapi baginya ini hanyalah persoalan biasa saja, hanya saja mungkin gadis yang dia cintai sudah tak tahan dengan apa yang dia rasakan.

“ Kenapa kau selalu mempermasalahkannya,,?”

“Status sosial tidak penting untukku,

“Percayalah! Aku sangat mencintaimu, sayang. Kau harus kuat. “

Hanya itu yang bisa disampaikan oleh laki-laki itu di balik meja kerjanya, setelah dia menemui beberapa klien  butik yang akan bekerjasama dalam bisnis ekspor dan impor itu.

Begitu membaranya cinta Andre pada Devita, seakan penghalang apapun akan dia lakukan, asal Devita mampu bertahan dalam keadaan seberat apapun itu.

“Apa kau mulai meragukan cintaku? “

Sejenak kata itu memang menggelayut dalam pikiran sang laki-laki tampan gagah ini namu  sejenak dia tepiskan, dia tidak ingin  menambah beban sang istri yang kini menjadi bagian dari keluarga terhormat di rumah itu.

“Sudahlah, ini hanya masalah biasa saja, “

“ Sebentar lagi aku akan pulang, kau tetaplah berperilaku baik di rumah, turuti apa yang ibu inginkan, itu saja dan jangan pernah membantah, kau tahu? Jika ibu tidak pernah ingin dibantah bukan?”

Andre sejenak menutup telpon dan komunikasi miliknya lalu dia letakkan alat komunikasi itu di atas meja kerjanya. Ruangan itu memang agak luas, disanalah Andre bertemu bahkan bekerja dalam mempersiapkan segala bisnis milik keluarganya yang telah turun temurun itu.

“Aku yakin Devita pasti mampu menghadapi ibu, “

“Aku harus fokus pada masalah bisnis ini dan tidak boleh mengecewakan ibu dan ayah. “

Andre melihat beberapa catatan yang harus dia persiapkan, tentang beberapa pesanan baju dan juga jas yang akan dia berikan pada beberapa konsumen, ya secarik kerta yang diinginkan oleh sang klien, tentang desain dan model busana.

“Baiklah, mungkin aku membutuhkan beberapa bahan terbaik untuk membuat busana ini lebih menarik konsumen dan partner agar tidak kecewa,

“Aku perlu menghubungi beberapa rekan untuk mendapatkan harga pasar, keuntungan pasti akan berlipat ganda jika klien menyukaknya. “

Laki-laki ini sejenak membayangkan bisnis yang ditekuni itu akan berjalan dengan baik.

Beberapa karyawan memang dimiliki keluarga ini, mulai mendesain busana sampai mengerjakan bahan hingga memesan barang mentah yang akan mereka buat sebagai busana jadi, Andre hanya mengatur semuanya, dia hanya perlu menggerakkan beberapa orang kepercayaan dirinya dalam bisnis besar itu.

Di rumah keluarga nyonya Marta dan tuan wicaksono, terlihat Devita hanya berdiri menatap beberapa gelas yang akan dia isi dengan racikan kopi panas, namun pikirannya masih kalut dengan semua yang dia alami.

“Tidak, aku tidak boleh mengganggu pekerjaan suamiku hanya karena masalah sepele ini. “

Sejenak gadis itu menuangkan beberapa air panas ke dalam gelas setelah menuangkan beberapa sendok kopi ke dalamnya, semua dia lakukan  hanya untuk menuruti apa yang Andre suaminya inginkan, dia mengucek-ngucek matanya yang tadinya memerah dan basah karena air mata.

Sayup-sayup terdengar langkah kaki berat dari arah ruang tamu menuju dapur.

‘Kenapa kau lama sekali?

“Lama-lama kopi panas itu akan jadi dingin bila tidak kau berikan pada suamiku!”

Lagi-lagi kemarahan itu datang saat melihat menantunya yang sedang melamun dn mengaduk kopi panas itu secara perlahan dan pelan sekali.

Devita sempat terkejut, namun dia tetap melanjutkan pekerjaannya.

‘Ya bu, ma-ma-af, aku hampir se-selesai. “.

Tangan gadis malang itu gemetar, menghadapi sang ibu mertua yang teramat galaknya, entah setan apa yang merasuki tubuh nyonya Marta, setiap apa yang dia lihat dan apa yang dikerjakan oleh menantunya itu, semuanya tidak pernah benar di matanya.

“Lama sekali!

“Ayolah, apa kau tidak pernah bosan aku omelin setiap hari di rumah ini Devita, kau bukan gadis lugu lagi yang harus diajari, aku sudah muak lma-lama melihat pekerjaanmu yang selalu saja lambat. “

Ketus nyonya Marta, tetap saja tangannya berkacak pinggang sembari menatap pada menantunya.

Dari ruang tamu, tuan wicaksono yang tadinya asyik menonton televisi itu tahu apa yang dilakukan sang istrinya, namun  dia tidak bisa berbuat apa-apa, dia bingung ingin membela siapa, sementara dia juga tidak berani pada istrinya yang memang benar-benar berwatak pemarah.

“Kasihan sekali gadis itu, sampai kapan isteriku terus memarahinya?

“Ahhhh, apa yang menantuku lakukan hingga membuat kemarahan istriku terus menerus. “

Tuan wicaksono sejenak berpikir, namun tetap saja apa yang dia pikirkan tidak ada gunanya, jika hanya memikirkan masalah kemarahan istrinya itu, mungkin dia akan  menasehati Devita yang selalu saja jadi bahan omelan setiap melakukan apa saja di sana.

Tidak lama nyonya Marta isterinya kembali tiba di ruang tamu, di belakangnya berjalan perlahan langkah kaki gadis cantik yang membawa segelas kopi dan teh hangat untuk mereka berdua, tuan wicaksono menatap wajah menantunya yang malang itu, lalu menatap istrinya yang duduk di sebelahnya.

“ Sudahlah bu, dia hanya gadis yang belum terbiasa dengan gaya hidup kita di rumah ini,

“Bukankah Devita masih membutuhkan waktu agar bisa beradaptasi menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Kalimat itu dia lontarkan pada Marta, sang istri yang memang sedang menunggu teh panas miliknya, terlihat Devita menunduk dan meletakkan dua gelas besar kopi dan teh untuk ibu mertua dan ayah mertuanya.

“Silahkan diminum bu, pakk... “

Devita bicara dan menatap bahkan  tersenyum pada mereka berdua, naum dengan wajah tertunduk, betapa berat memang hanya untuk melihat ibu mertua yang selalu saja memelototi dirinya.

“Apa yang kau katakan suamiku?”

“Kenapa kau selalu membela gadis bodoh ini!

“Kau, pergilah ke dapur! Beberapa hari lagi pembantu rumah tangga akan datang kembali ke rumah ini, mereka akan menyelesaikan dan membereskan rumah ini. Ingat! Dari pada dirimu hanya diam dan menunggu suamimu pulang, ada baiknya kau membantu mereka.”

Nyonya Marta menatap sinis kembali pada Devita dan mempersilahkan menantunya itu untuk melakukan apa yang dia ucapkan.

Ya, di rumah megah itu bekerja beberapa orang di sana, ada pembantu rumah tangga pribadi keluarga, supir bahkan tukang kebun, mereka memang sengaja dalam beberapa hari ini tidak dipekerjakan oleh keluarga itu, untuk sejenak meluangkan waktu  mereka, selama pesta pernikahan itu berlangsung. Kini, para pekerja itu akan kembali tepat pagi ini.

 

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status