Share

Bagian 2

Penulis: Fetina
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-16 18:51:32

Pagi-pagi Niar sudah ke dapur menyiapkan sarapan. Ku lihat dia nampak biasa saja saat menyiapkan sarapan, tak ada yang salah dengannya.

Lalu setelah itu dia mencuci piring dan peralatan bekas ia masak. Ibu datang menghampirinya. Ia langsung mundur, lalu mengambil pekerjaan lain.

Lanjut ke menyapu dan mengepel rumah kami. Rumah ini cukup luas dan ada lantai duanya. Bisa-bisanya Niar menyapu dan mengepel semua bagian rumah.

"Den, ayo makan dulu!" Ibu memanggilku untuk makan. 

Di meja makan sudah ada Kak Ayu, Bang Aldo, Icha, Farrel, Ayesa dan Ibu. Farrel dan Ayesa adalah anak-anaknya Kak Ayu.

"Lho, kok, Niar mana ya?"

"Niar masih di kamar tadi. Mungkin Farhan rewel," kata Ibu.

"Ya sudah, aku susul Niar dulu ya! Kalian makan saja duluan."

"Kamu makan saja dulu. Nanti habis makan, baru susul Istri kamu!"

"Maaf, Bu. Aku lihat tadi Istriku sudah mengerjakan semua pekerjaan rumah. Apa salahnya aku panggil dia sekarang untuk sarapan bersama? Kasihan dia, mana sedang menyusui kan, Bu?"

Ibu terdiam mendengar jawabanku. Segera ku hampiri Istriku di kamar. 

Kamar masih gelap, tak ku coba untuk menyalakannya lagi. Bisa-bisa marah lagi seperti kemarin. 

Niar sedang menyusui Farhan. Aku mendekatinya, duduk di samping Niar.

"Dek, kita sarapan dulu, yuk!" Aku mengajaknya keluar.

Dia hanya diam, tak mau mengangkat wajahnya. Aku mengangkat wajah istriku, ternyata dia sedang menyusui sambil menangis.

"Dek, kamu kenapa?" Aku merapikan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya.

"Bang ... Aku benci pada diriku!"

Aku mengernyitkan dahiku, tak mengerti dengan apa yang disampaikan oleh Niar.

"Kenapa memangnya?" tanyaku sambil membelai rambutnya. 

Niar bergeming. Ia tak mau berkata-kata lagi. Ia hanya menangis.

"Ya udah, kamu nangis aja dulu!"

Tak lama Icha datang.

"Mama, ayo makan!"

Aku menyambut tangan Icha. Ia masuk di pelukanku.

"Iya, sayang. Sebentar Mama juga makan."

Lalu Icha memegangi tangan Mamanya, ia tarik sampai Mamanya mau bangun. 

Niar dan aku sarapan ditemani Icha, sementara Farhan kami tinggal di kamar, karena ia tertidur. Niar makan tidak terlalu banyak.

"Aku kenyang, Mas." Niar beranjak membersihkan bekas makannya, lalu membawanya ke dapur.

Niar tak muncul-muncul, akj mencarinya ke dapur juga. Ternyata Niar sedang cuci piring. Ku lihat semua pekerjaan di rumah ini, Niar yang kerjakan. Padahal dia masih punya bayi.

Sementara Ibu sedang asyik menonton serial Ku Menangis, Kak Ayu sedang sibuk dengan gawainya, dan Bang Aldo sedang mengurus burung kesayangannya.

Aku heran dengan penghuni rumah ini, nggak ada rasa ibanya pada Istriku.

"Sayang, sini Abang bantuin. Bolehkah?"

"Nggak usah!" jawabnya singkat.

"Biar cepet beres, Sayang. Nanti kita habis ini jalan-jalan, yuk!" Aku jadi teringat dosaku padanya, sejak menikah tak pernah mengajaknya jalan-jalan sekalipun.

Niatku menikah dengannya saat itu, agar ada yang bantu kerjaan di rumah Ibuku. Tapi ternyata ibu malah kesenengan. 

Aku sebenarnya ingin mandiri, mengontrak rumah. Tapi, kuurungkan itu, karena Ibu memintaku tinggal bersamanya. Katanya sayang uangnya jika dipakai ngontrak. Mending di tabung buat beli rumah.

Namun, Niar bilang uang yang ku beri tiap bulan sudah habis. Salahmu sendiri tak pernah memintanya untuk memisahkan sebagian untuk nabung.

Aku merasa yakin Niar bisa membaginya. Tapi ternyata tidak seperti itu.

Gara-gara melamun, aku sampai kehilangan jejak Niar. Dia sudah tak ada di tempat cuci piring. Aku mencarinya ke kamar. Tetap tak ada.

"Niar, kamu di mana?" Aku mencari Niar di setiap sudut ruangan.

Mama sedang bersama Kak Ayu menerima banyak tamu. Katanya mereka sedang membicarakan seragam Ibu-ibu untuk tampil di salah satu stasiun televisi.

Lalu aku bertanya pada Icha yang sedang diam di antara banyak orang.

"Cha, Mama di mana? Icha lihat nggak?" tanyaku pada Icha.

"Nggak lihat. Mungkin mama sedang jemur baju, Pa!" kata Icha.

Aku menuju ke belakang, ke tempat jemuran. 

Benar saja, Niar sedang sibuk menjemur baju. Sedangkan Ibu dan Kak Ayu malah sibuk diskusi mencari baju seragam. Apa Niar tak pernah diajak pengajian ya?

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Ibu dan kakakmu zolim kepada istrimu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Uang Belanja Istriku dirampas Ibuku   Bagian 47

    Dengan refleks aku menarik tangan ini, lalu aku mengucapkan terima kasih padanya."Terima kasih, ya atas bantuanmu. Aku mau pulang duluan, ya!" ucapku."Jangan! Aku akan mengantarmu. Nanti motormu akan dibawakan oleh satpam sekolah, ya!" sahutnya.Aku tak bisa menolak, saat akan menjauhi Ardi, dengan sigap ia membawa kami ke mobilnya. Anak-anak senang karena Ardi langsung membawanya."Di, aku nggak enak ngerepotin kamu terus.""Ya Allah, Niar. Aku hanya bantu sekedarnya ini. Kamu nggak usah gitu. Lagian kamu kayak ke siapa aja sih," jawabnya yang justru membuat hatiku tidak tenang.Kami memasuki mobil. Di mobil, anak-anak malah tidur, mungkin karena kecapean udah nangis-nangis tadi di dokter."Kamu udah punya anak berapa, Di?" tanyaku penasaran."Aku? Kelihatannya gimana?" tanyanya."Paling masih satu," jawabku asal."Udah dua. Kalah sih sama kamu, Niar. Tapi istri dan anakku di kampung. Mereka nggak mau ikut sama

  • Uang Belanja Istriku dirampas Ibuku   Bab 46

    Hari ini, usia Icha putri kami sudah tujuh tahun. Ia sudah mulai masuk sekolah. Aku dituntut harus bisa antar jemput Icha. Biasanya menggunakan motor untuk antar jemput.Sedangkan suamiku--Deni, sudah mulai bekerja kembali. Alhamdulillah masih ada perusahaan yang menerimanya bekerja. Jadi, warung di rumah, aku yang mengurusnya.Sekarang, Alhamdulilah aku sudah sehat lahir batin. Kami dikaruniai tiga orang anak yang manis, yaitu Icha, Farhan dan anak ketiga kami Khaira.Mengurusi satu anak sekolah dan dua orang balita bukan hal yang mudah. Sampai saat ini, aku belum lagi menggunakan ART, karena masih trauma dengan pencurian di masa lalu yang dilakukan ART kami.Hubungan kami dengan keluarga Kak Ayu baik-baik saja. Anak-anak Kak Ayu, satu sekolah dengan anakku Icha, sehingga kadang-kadang aku sering menitipkan Icha pada Kak Ayu.Hari ini hari dimana aku harus menjemput Icha seperti biasa. Aku membawa kedua anakku yang lain saat menjemput Icha.

  • Uang Belanja Istriku dirampas Ibuku   Bagian 45

    Bik Surti mengatakan kalau ia belum bisa melunasi hutangnya. Kalau dihitung-hitung, total uang dari perhiasan itu sebesar 30 juta.Sebenarnya aku masih memiliki investasi lain. Uang warisan dari Ibu, aku belikan rumah ya g sekarang disewakan.Lumayan hasilnya, aku bisa mendapatkan 20 juta pertahun, tapi sampai saat ini belum ada yang mau ngontrak. Sedangkan uang simpananku, sebagian sudah dipakai buat warung dan modal usaha."Pak, maaf rumah saya belum ada yang mau beli. Nanti rencananya saya mau jual rumah saya, lalu kami pindah ke kampung halaman kami, biar dapat harga rumah yang lebih murah nanti.""Iya, Bik. Saya ikut saja, asal perhiasan istri saya diganti secepatnya, ya!""Iya, Pak. Nanti kalau sudah ada, saya ganti ya!""Bagaimana kalau saya kasih batas waktu?""Iya, Pak. Saya ikut.""Sampai pekan depan, ya!""Baik, Pak."Bik Surti meninggalkan rumahku. Dia berjalan dengan langkah gontai.Sedangkan u

  • Uang Belanja Istriku dirampas Ibuku   Bagian 44

    Den, aku dapat kabar dari adik kandung Bik Surti. Setelah dia keluar dari tempatmu, seperti yang pernah kukatakan dia bisa merehab rumahnya, lalu melunasi tunggakan anaknya, selain itu dia juga membeli barang-barang untuk rumahnya seperti kulkas dan juga hape baru, Den!""Astaghfirullah. Sampai segitunya?""Iya, Den. Saat adiknya nanya, katanya uang itu diberi olehmu sebagai pesangon. Makanya mereka heran dengan perubahan Bik Surti.""Menurutmu bagaimana, Bram? Apa aku pantas mencurigainya? Sedangkan dia memang terbiasa masuk ke kamar kami. Dan ada salah satu bukti di CCTV saat dia masuk dan keluar dari kamarku, tapi tak membawa apapun. Biasanya dia ke dalam hanya untuk menyapu dan mengepel, Bram.""Kalau aku jadi kamu, langsung deh didatangi. Tapi nanti bicara baik-baik. Buat Bik Surti mengakui kesalahannya.""Iya, Bram, terima kasih. Dikira aku Bik Surti benar-benar jujur, tapi ternyata ... Ah, begitulah.""Baik, Den. Semoga masalahmu cepa

  • Uang Belanja Istriku dirampas Ibuku   Bagian 43

    Pak, Alhamdulillah saturasi oksigen Pak Karso naik. Jadi mudah-mudahan pemulihannya tidak lama. Mohon dukungan dari orang-orang terdekat aja ya," ucap seorang yang berada di ujung telepon."Baik, Pak. Terima kasih, ya!""Sama-sama, Pak."Setelah aku menutup telepon, rasanya lebih bersemangat untuk sehat.Aku menelepon Niar dari balik kamar."Dek, Alhamdulillah saturasi oksigen Ayah naik dan kembali normal. Kita doakan semoga Ayah kembali sehat ya, Dek!""Iya, Bang. Abang juga cepat Isomanya. Oya Bang, aku tadi ngobrol-ngobrol dengan Kak Ayu. Dia bilang sudah ada calon suami, tapi calon Kak Ayu sudah memaksa memberikan perhiasan padanya. Ia juga memberikan bukti chat dengan calon suaminya," kata Niar."Alhamdulillah kalau gitu. Tinggal cari tau tentang Bik Surti. Sampai sekarang, aku belum menghubungi Bram. Malah jadi lupa dengan masalah ini.""Ya udah, Bang. Sesempatnya saja. Atau kalau nanti kondisi Abang sudah baikan,"

  • Uang Belanja Istriku dirampas Ibuku   Bagian 42

    Kami tak bisa menuduh langsung karena semua pasti memiliki alibi.Perhiasan juga masih ada saat Bik Surti masih bekerja dengan kami karena di CCTV terlihat Niar yang mengenakan perhiasan, sehari sebelum Bik Surti berhenti bekerja.Itu berarti Bang Aldo tak bisa disalahkan atas hilangnya perhiasan ini. Karena dia di sini sebelum Bik Surti kami berhentikan.Tersangka mengerucut menjadi dua orang. Di CCTV, kelakuan Bik Surti setelah Niar memakai perhiasan ini, lumayan mencurigakan.Terlihat Bik Surti masuk ke kamar kami, tapi keluar nggak bawa apa-apa.Dia masuk kamar biasanya hanya untuk sekedar menyapu atau mengepel.Di CCTV terlihat dia sekali masuk kamar yang mencurigakan.Lalu, kami mengamati Kak Ayu kemarin saat menemani anak-anak. Kak Ayu terlihat uring-uringan di ruang tamu. Sepertinya ada yang dipikirkan oleh Kak Ayu.Dek, aku curiga banget dengan kak Ayu. Coba kamu lihat? Beberapa kali Kak Ayu jalan di ruang tamu.

  • Uang Belanja Istriku dirampas Ibuku   Bagian 41

    Bab 41 (UBIDI)Kami pergi ke dokter kandungan dengan menggunakan layanan umum, karena ingin mendapatkan USG, jadi harus umum.Setelah menunggu beberapa menit, kami dipanggil juga untuk masuk."Silahkan masuk, Pak, Bu!""Sudah usia berapa kandungannya?" tanya Dokter Dian, nama yang tertera di mejanya."Sepertinya sudah 10 mingguan, Dok," jawab Niar memperkirakan."Oh, jadi selama ini belum diperiksa?" tanya Dokter."Iya, Dok. Karena keburu pandemi," jawab Niar."Baiklah, saya periksa dulu. Silahkan ke sini, kita lihat pakai USG ya, Bu!" Niar mengikuti Bu Dokter. Aku pun melihat dari kejauhan.Lalu dokter mengoleskan gel pada perut Niar sebelum sebuah alat digunakan untuk mendeteksi bakal calon bayi di dalam perut."Posisi calon bayi Ibu sudah bagus, benar usianya sekitar 10 Minggu."Lalu dokter menggerakkan-gerakkan alat itu di atas perut istriku."Mudah-mudahan sehat selalu, ya sampai melahirkan nant

  • Uang Belanja Istriku dirampas Ibuku   Bagian 40

    "Kamu simpan parac*tamol nggak?" tanyaku pada Niar."Ada, tapi udah beberapa bulan. Setauku nggak boleh disimpan lama, Bang. Abang tolong belikan lagi saja di apotek," usulku."Iya, Dek. Aku pergi sekarang, ya! Sementara aku pergi, tolong kompres dahinya!" Aku meminta pada Niar."Ya, Bang. Aku mau ambil airnya dulu."Kami sama-sama keluar dari kamar Icha. Lalu aku langsung menyalakan mesin mobil, tak lama mobil meluncur.Aku mencari apotek yang masih buka. Karena covid, pemerintah membatasi jam operasional toko.Jam di tanganku sudah menunjukkan pukul sembilan malam.'Ya Allah, mudahkanlah aku mencari apotek yang masih buka, obatnya pun ada,' gumamku.Sepanjang jalan, toko dan apotek tutup. Lalu aku mengingat kalau di rumah sakit ada apotek juga.Aku mendatanginya dan langsung menanyakan obat penurun panas."Mbak, ada penurun panas anak?""Ada. Yang ini, ya?""Iya, berapa Mbak?""L

  • Uang Belanja Istriku dirampas Ibuku   Bagian 39

    "Assalamualaikum. Deni!" Bang Aldo mengetuk pintu."Waalaikumsalam." Aku mempersilahkan masuk.Saat Bang Aldo masuk, tiba-tiba dia kaget ada Kak Ayu di sana."Loh kenapa kamu di sini?" tanya Bang Aldo."Aku sedang mengunjungi adikku, memang nggak boleh?" Kak Ayu membulatkan matanya.Bang Aldo malah menyeringai."Jangan-jangan kamu mau pinjem uang sama Deni?" Bang Aldo tetap menyeringai dan menoleh pada Kak Ayu.Kak Ayu akhirnya diam, mungkin tak mau cari ribut dengan Bang Aldo."Ada apa ya, Bang?"Bang Aldo melihat ke arah Kak Ayu."Aku mau minta tolong padamu, Deni.""Ada apa, Bang?""Bujuklah perempuan di sebelahku ini untuk membolehkan aku bertemu Farrel dan Ayesa. Sejak perceraian kemarin, aku tak boleh bertemu mereka lagi," kata Bang Aldo."Kata siapa nggak boleh? Boleh kok, asal di rumahku. Kamu tak boleh membawa mereka pergi. Apalagi ke rumah perempuan itu!" Kak Ayu bicara sangat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status