Share

Bagian 2

Pagi-pagi Niar sudah ke dapur menyiapkan sarapan. Ku lihat dia nampak biasa saja saat menyiapkan sarapan, tak ada yang salah dengannya.

Lalu setelah itu dia mencuci piring dan peralatan bekas ia masak. Ibu datang menghampirinya. Ia langsung mundur, lalu mengambil pekerjaan lain.

Lanjut ke menyapu dan mengepel rumah kami. Rumah ini cukup luas dan ada lantai duanya. Bisa-bisanya Niar menyapu dan mengepel semua bagian rumah.

"Den, ayo makan dulu!" Ibu memanggilku untuk makan. 

Di meja makan sudah ada Kak Ayu, Bang Aldo, Icha, Farrel, Ayesa dan Ibu. Farrel dan Ayesa adalah anak-anaknya Kak Ayu.

"Lho, kok, Niar mana ya?"

"Niar masih di kamar tadi. Mungkin Farhan rewel," kata Ibu.

"Ya sudah, aku susul Niar dulu ya! Kalian makan saja duluan."

"Kamu makan saja dulu. Nanti habis makan, baru susul Istri kamu!"

"Maaf, Bu. Aku lihat tadi Istriku sudah mengerjakan semua pekerjaan rumah. Apa salahnya aku panggil dia sekarang untuk sarapan bersama? Kasihan dia, mana sedang menyusui kan, Bu?"

Ibu terdiam mendengar jawabanku. Segera ku hampiri Istriku di kamar. 

Kamar masih gelap, tak ku coba untuk menyalakannya lagi. Bisa-bisa marah lagi seperti kemarin. 

Niar sedang menyusui Farhan. Aku mendekatinya, duduk di samping Niar.

"Dek, kita sarapan dulu, yuk!" Aku mengajaknya keluar.

Dia hanya diam, tak mau mengangkat wajahnya. Aku mengangkat wajah istriku, ternyata dia sedang menyusui sambil menangis.

"Dek, kamu kenapa?" Aku merapikan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya.

"Bang ... Aku benci pada diriku!"

Aku mengernyitkan dahiku, tak mengerti dengan apa yang disampaikan oleh Niar.

"Kenapa memangnya?" tanyaku sambil membelai rambutnya. 

Niar bergeming. Ia tak mau berkata-kata lagi. Ia hanya menangis.

"Ya udah, kamu nangis aja dulu!"

Tak lama Icha datang.

"Mama, ayo makan!"

Aku menyambut tangan Icha. Ia masuk di pelukanku.

"Iya, sayang. Sebentar Mama juga makan."

Lalu Icha memegangi tangan Mamanya, ia tarik sampai Mamanya mau bangun. 

Niar dan aku sarapan ditemani Icha, sementara Farhan kami tinggal di kamar, karena ia tertidur. Niar makan tidak terlalu banyak.

"Aku kenyang, Mas." Niar beranjak membersihkan bekas makannya, lalu membawanya ke dapur.

Niar tak muncul-muncul, akj mencarinya ke dapur juga. Ternyata Niar sedang cuci piring. Ku lihat semua pekerjaan di rumah ini, Niar yang kerjakan. Padahal dia masih punya bayi.

Sementara Ibu sedang asyik menonton serial Ku Menangis, Kak Ayu sedang sibuk dengan gawainya, dan Bang Aldo sedang mengurus burung kesayangannya.

Aku heran dengan penghuni rumah ini, nggak ada rasa ibanya pada Istriku.

"Sayang, sini Abang bantuin. Bolehkah?"

"Nggak usah!" jawabnya singkat.

"Biar cepet beres, Sayang. Nanti kita habis ini jalan-jalan, yuk!" Aku jadi teringat dosaku padanya, sejak menikah tak pernah mengajaknya jalan-jalan sekalipun.

Niatku menikah dengannya saat itu, agar ada yang bantu kerjaan di rumah Ibuku. Tapi ternyata ibu malah kesenengan. 

Aku sebenarnya ingin mandiri, mengontrak rumah. Tapi, kuurungkan itu, karena Ibu memintaku tinggal bersamanya. Katanya sayang uangnya jika dipakai ngontrak. Mending di tabung buat beli rumah.

Namun, Niar bilang uang yang ku beri tiap bulan sudah habis. Salahmu sendiri tak pernah memintanya untuk memisahkan sebagian untuk nabung.

Aku merasa yakin Niar bisa membaginya. Tapi ternyata tidak seperti itu.

Gara-gara melamun, aku sampai kehilangan jejak Niar. Dia sudah tak ada di tempat cuci piring. Aku mencarinya ke kamar. Tetap tak ada.

"Niar, kamu di mana?" Aku mencari Niar di setiap sudut ruangan.

Mama sedang bersama Kak Ayu menerima banyak tamu. Katanya mereka sedang membicarakan seragam Ibu-ibu untuk tampil di salah satu stasiun televisi.

Lalu aku bertanya pada Icha yang sedang diam di antara banyak orang.

"Cha, Mama di mana? Icha lihat nggak?" tanyaku pada Icha.

"Nggak lihat. Mungkin mama sedang jemur baju, Pa!" kata Icha.

Aku menuju ke belakang, ke tempat jemuran. 

Benar saja, Niar sedang sibuk menjemur baju. Sedangkan Ibu dan Kak Ayu malah sibuk diskusi mencari baju seragam. Apa Niar tak pernah diajak pengajian ya?

Bersambung

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Ibu dan kakakmu zolim kepada istrimu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status