Hujan turun dengan derasnya, sehinggaMarvin terpaksa menghentikan motornya. Ia memilih menghentikan motornya disebuah masjid yang ia temui dalam perjalanan pulang itu. Dia berpikir ini demikeamanan.Ia tak ingin basah kuyup. Dua puluhmenit lagi sudah masuk waktu magrib. Lebih baik, ia menunggu di masjid saja.Dengan demikian, ia dapat melaksanakan salat magrib tepat waktu tanpa basahkehujanan.
[Hahaha … jika Anda cerdas, tentu Andatahu seperti apa kelakuan tunangan Anda di belakang Anda!]Dahi Marvin berkerut. Emosi masihmelandanya. Muncul pertanyaan yang menyeruak di hatinya.”Ada apa ini?” lirih Marvin.
Marvin sudah sam
TerlihatMarvin berjalan ke kasurnya. Ia duduk di kasurnya sambil masih memegangponselnya. Marvin termenung untuk beberapa saat.Tangannyasegera bergerak membuka instagramnya. Ia membaca DM yang ia terima sore tadi.Rasa kesal yang menggunung kembali menghinggapinya. Ia kesal dengan isipercakapannya dengan akun si Lily_Yang_Tersakiti tersebut. Sebutan naif danjadilah cerdas sungguh mengganggu pikirannya.
Hari kemarin telah berlalu. Marvin baru saja mencuci tangannya usai makan saat telepon dari mamanya masuk. Segera saja Marvin mengangkatnya. Usai menjawab salam, mamanya langsung mengingatkan sesuatu.
"Vin ... bisa kita bicara sebentar?" kata Ibelpada Marvin.Keduanya saat ini sedang ada di Tiara Catering. Marvindan Ibel sudah datang sejak setengah jam yang lalu. Marvin menjemput Ibelterlebih dahulu. Untungnya, Marvin membawa mobil. Seandainya ia membawa motor,entah bagaimana nasib Ibel.
Mata Marvin terbeliak. Pertanyaan itu mengejutkannya karena terbilang tak sopan juga. Itu sebabnya ia mendelik kaget. "Maaf ... saya tahu pertanyaan ini mungkin nggak sopan. Saya hanya penasaran saja," kata ibu katering dengan senyum kecut.
Marvin keluar dari kamarnya untuk sarapan pagi. Ia berjalan menuju ruang makan dengan wajah lesu. Di ruang makan ortu dan adiknya Marvin sudah duduk di kursi untuk sarapan. Saat Marvin sampai di meja makan, adiknya, Merva malah sudah selesai sarapan. Mama dan papanya Marvin melihat Marvin menarik kursi tanpa semangat. Terlihat wajahnya Marvin kuyu tak ada senyuman. Wajahnya tampak murung."Lemes amat!" kata papanya singkat mengomentari Marvin.Marvin meresponnya dengan senyuman kecut."Semalam kamu juga nggak makan malam. Banyak kerjaan di kantor?""Iya," sahut Marvin singkat."Sarapan yang banyak, Mas! Biar kuat menghadapi pahitnya hidup," seloroh adiknya dengan senyum usil.Marvin meresponnya dengan cengiran ke arah adiknya tersebut."Mah...Pah...Aku ada kuliah jam pertama pagi ini. Ngumpulin tugas juga. Jadi mau berangkat dulu sekarang,""Mmmhhh," gumam papanya."Hati-hati!" pesan mamanya."Iya,"Merva salim ke papa dan mamanya."Mas...Aku berangkat duluan ya,""Iya. Hati-hati," p