Share

Bab 4

last update Last Updated: 2023-01-31 12:50:53

"Temani aku mandi, Bang!" ucapnya mendayu, belum sempat aku berkata, tangannya yang dingin menarikku masuk.

Kedua netranya yang biasanya sayu kini berubah tajam, dia begitu agresif meraba wajah dan dadaku, aku seperti tak mengenalinya, entah ke mana perginya istriku yang pemalu, dia tak pernah memulai jika aku tak mengajak duluan.

"Ratna?" panggilku, dia membeliak, lalu kembali tersenyum lebih lebar.

"Aku menginginkanmu, pujaanku ...." ucapnya manja, aku terpancing dengan rayunya, tetapi kesadaran langsung memenuhi ruang waras pikiranku. Ratna sedang sakit, kami tidak mungkin melakukannya.

"Ratna, berhenti! Sadarlah!" seruku saat dia hampir menanggalkan seluruh pakaianku.

"Argh!" Dia memekik seakan begitu marah aku membentaknya, aku hendak maju membujuknya seperti biasa, aku ingin memberinya pengertian agar ia tak berpikir macam-macam, aku juga menginginkan ini tapi keadaan kami tak mendukung.

"Ratna ... Sayang—"

"Bang! Abang di dalam?" Suara bersamaan dengan ketukan pintu membuatku sontak menoleh, aku hafal itu suara Ratna, lalu ... siapa yang kini bersamaku? Netra ini membeliak, jangan-jangan ... perlahan aku memutar kepala.

"Astagfirullah!" seruku terkejut hingga tubuh ini mundur beberapa langkah, seekor ular persis seperti yang kulihat di farji Ratna menggelepar di lantai, sisiknya berwarna hitam mengkilap, desisnya sempat terdengar sebelum hewan melata itu masuk dan menghilang dalam saluran air.

"Bang! Abang nggak papa? Buka pintunya!" Aku tersentak mendengar teriakan Ratna, masih ling lung aku membuka pintu demi mendapati wajah panik istriku, dia tampak baru kembali, terlihat kresek sayur di tangannya.

"Abang mau mandi? Tadi aku dengar Abang kayak lagi bicara," ucapnya melongok ke dalam.

"Abang ngomong sama siapa tadi?" tanyanya menatapku keheranan.

"Oh, itu ... nggak kok sayang, perasaan kamu aja mungkin. Ya sudah, abang mandi dulu ya?" Ratna terlihat bingung tapi tak urung mengiyakan, istriku itu berbalik pergi ke luar kamar. 

Maafkan aku, Ratna, bukan maksudku berbohong, tapi semua kulakukan agar kamu tidak semakin ketakutan dan tertekan.

Gegas aku menutup pintu kembali, bersandar di dinding keramik sembari menatap pantulan diri di kaca, aku menyugar rambut frustrasi, netra fokus di lubang pembuangan air yang baru saja dimasuki ular misterius itu.

Ya Tuhan, apa itu yang dinamakan siluman? Iblis yang bisa berubah menyerupai siapa saja dan menipu umat manusia? Untung saja istriku cepat kembali, jika tidak ... aku tidak tahu akan berakhir di mana sekarang.

Tak mau berlama-lama aku segera mengguyur tubuh, berwudhu untuk melaksanakan shalat, melihat cuaca mendung di luar sana, kita tak akan menyangka jika hari sudah siang. Aku berusaha mengenyahkan bayangan mengerikan tadi dari pikiran.

☆☆☆

Selesai berpakaian aku bergegas keluar menuju ruang makan, Ratna tampak tersenyum tipis, aku mendekat sembari menarik kursi lantas mendudukinya.

"Makan dulu, Bang," ucapnya sembari menyendok nasi serta tumis udang dan tongkol sambal lado, aku mengucap terima kasih kemudian mulai menyantap hidangan istriku, dia memang sangat pandai memasak, semua hasil olahannya terasa lezat dimakan.

"Enak, Dek. Kamu nggak ikut makan?" tanyaku, Ratna menggeleng pelan.

"Nanti saja, Abang makanlah! Adek mandi dulu ya?" Sontak aku mengangkat wajah, tenggorokan terasa tercekat, aku menenggak separuh gelas air putih. Ratna akan mandi sendiri, bagaimana kalau iblis itu kembali dan mengganggunya?

"Tunggu, Dek!" seruku memanggilnya yang sudah di ambang pintu kamar, wanitaku berbalik menatapku.

"Ya?"

"Jangan mandi di sana!" ucapku spontan.

"Loh kenapa? tanyanya keheranan.

"Itu ... saluran airnya tersumbat, pakai kamar mandi kamar sebelah aja ya!" seruku beralasan, takut sekali jika Ratna akan mendapat gangguan lagi, kasihan, beban pikiran sebelumnya saja belum tuntas.

"Oh, ya sudah. Tapi kok bisa ya? Perasaan tadi pagi baik-baik saja," gumamnya sembari masuk kamar, netraku awas terus memperhatikan pintu kamar kami. Syukurlah, tak lama kemudian dia keluar dengan handuk di bahunya.

Hampir saja. Aku bernapas lega mendapati Ratna memasuk kamar tamu, kulanjutkan makan siang dengan perasaan lega, aku terus menyugesti diri bahwa semua ‘kan baik-baik saja. Ya! Kami bisa melewati ini, semua akan berlalu.

Kusuap lagi nasi yang masih tersisa separuh piring. Namun baru akan membuka mulut di suapan kedua, teriakan Ratna membuatku terperanjat, secepat kilat berlari ke kamar mandi, kudorong pintu yang masih tertutup rapat.

"Kenapa, Sayang?" tanyaku khawatir menatap dia yang tengah gementar ketakutan, tangan putihnya menunjuk ke arah bak mandi. Aku mendekat akan memeriksa, tetapi Ratna menangkap tanganku, dia menggeleng.

"Ja—ngan, Bang! U—ular! " pekiknya menarik tanganku, bermaksud membawa ke luar dari tempat itu.

"Di mana? Jangan panik, Sayang. Kamu tunggu di sini, abang periksa dulu," ucapku melepas genggaman tangannya di lenganku.

Perlahan aku melangkah semakin dekat, kulongokkan kepala dalam bak mandi yang tengah diisi air itu, dan ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dessy Damayanti
cerita nya terputus - putus karena harus ada koin barulah bisa disambung lagi cerita nya jadi bikin GK seru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ular Di Farji Istriku   TAMAT

    Selamat membaca!*****Tempat baru, suasana baru, aku dan Ratna tiba di rumah yang sudah dicarikan Yanto, kompleks perumahan kalangan menengah.Cukup mewah bagi kami, di sini juga banyak tetangga yang ramah-ramah sejak kami datang, kali ini aku yakin istriku betah.Jarak tempuh dari rumah ini ke tempat kerja hanya lima belas menit saja, aku akan berangkat kerja pakai motor. Sedangkan Ratna sudah aku belikan motor second yang masih bagus, dia bisa jalan-jalan kalau bosan, atau membeli keperluan menggunakan motor itu.Mengenai Arini, warga desa sudah mencabut tuntutan pada gadis itu, dia berterima kasih pada kami, juga meminta maaf sebesarnya. Kita berdua memaafkannya, dan ini lah hasil dari pemaafan kami, aku dan Ratna dianugerahi ketenangan luar biasa.Pengalaman pahit yang dulu akan tetap teringat, kami hanya akan menengok ke belakang sesekali, untuk mengambil pelajaran, selain itu kami akan terus membangun hidup baru di sini.Semoga Allah meridhai dan menjauhkan dari segala mara b

  • Ular Di Farji Istriku   Bab 40

    Selamat membaca!*****"Sekarang katakan! Ke mana kamu mengajak kami?""Sa—saya ... tolong ikut saya, menemui Raya, di—dia sekarat."Kami begitu terkejut mendengar pernyataan perempuan itu. Setelah sekian lama menghilang ... Raya? Kenapa dia tiba-tiba saja membiarkan kami mengetahui keberadaannya?Perempuan itu bangkit berdiri, menatap kami dengan cucuran air mata."Kamu siapa?" tanya Ratna yang sejak tadi diam."Saya temannya," sahut dia sembari mengusap pelan air mata."Di mana Raya sekarang?" Ratna bertanya lagi."Di rumahku.""Baiklah, kami mau ikut, tapi tak akan lama," ucapku setelah mendapat persetujuan pak lurah dan Ratna, kami menunda perjalanan, akan naik bus untuk keberangkatan selanjutnya.———Bertiga kami mengikuti mobil perempuan itu, kami dibawa ke sebuah rumah yang cukup terpencil dan jauh dari keramaian, begitu tiba kami mendapati dua orang lelaki berbadan sangar berjaga di depan.Baru hendak mengurungkan niat, perempuan itu langsung menjelaskan bahwa dua lelaki itu a

  • Ular Di Farji Istriku   Bab 39

    Selamat membaca!*****"Aku tidak bisa menyimpulkannya, Mbak Ratna." Arini menunduk dalam, membuatku geram setengah mati."Katakan saja yang sebenarnya!" tuntutku tak sabar, rasanya darah sudah mendidih hingga ke ubun-ubun, Ratna menyentuh tanganku, dia menatapku seakan lewat sorot matanya dia meminta aku tetap tenang.Aku menghela napas berat, bangkit memijit tengkorak yang terasa mau pecah, aku sangat dendam dengan Raya dan siapa saja yang terlibat di dalam rencananya menjahati istriku, itu bertambah parah saat dia dengan tega mengkhianati maafku dan seluruh warga desa."Bicaralah, Arini, katakan yang sanggup kau katakan, Insha Allah kami siap mendengar dan menerimanya." Aku mendengar suara Ratna, lalu berbalik kembali duduk di samping istriku itu.Kemudian, Arini mulai menceritakan semuanya."Malam itu, keluargaku dilanda musibah, ibuku adalah seorang penderita kanker stadium lanjut, operasinya membutuhkan biaya besar, aku bingung dimana akan mendapatkan uang itu karena kami tergol

  • Ular Di Farji Istriku   Bab 38

    Selamat membaca!*****Satu bulan kemudian ...."Bang! Perlengkapannya sudah semua 'kan?" tanya Ratna padaku, aku mengangguk mengiyakan, lusa kami berencana pindah, rumah ini akan segera menemukan pemilik baru.Kami menjualnya untuk tambahan uang membeli rumah baru, tentu yang lebih dekat dengan tempat kerjaku. Namun sebelum pergi kami akan mengunjungi pak lurah, Ustaz Amir untuk minta izin.Sebagai manusia normal, keluarga kecil kami akan terus berjalan, aku butuh pekerjaan untuk menunjang hidup, jalan satu-satunya adalah pindah, tinggal bersama di tempat baru dan bertemu orang-orang baru, aku bisa menjaga Ratna sekaligus bekerja.Dan di sinilah kami, duduk berhadapan, berbincang dengan keluarga pak lurah, beliau tampak tak rela saat aku mengutarakan tujuan kedatangan kami."Apa tidak bisa tinggal di sini saja, Nak Angga? Kami bakalan kehilangan sekali, Nak Angga adalah salah satu perangkat desa yang paling dibutuhkan, lihat desa kita sekarang berkat saran-saran baik dari Nak Angga,"

  • Ular Di Farji Istriku   Bab 37

    Selamat membaca!*****Dua rumah korban yang terjamah serbuk dibawa langsung ke Ustaz Amir, pria sepuh itu dengan senang hati meracik obat seperti yang diberikan pada Ratna, aku dan istriku menolong membalurkan di kaki mereka.Setelahnya para korban disuruh pulang untuk istirahat, tak lupa Ustaz Amir mengimbau agar sandal mereka dibakar saja."Semakin banyak saja kejadian buruk di desa kita, Nak Angga, seolah tak ada habisnya," ucap Ustaz Amir geleng-geleng kepala, kami sedang berjalan menuju balai desa saat ini."Benar, Ustaz. Tapi aneh sekali, semua kejadian seperti berkaitan, dan serbuk itu, bukankah dulu Raya yang menaburnya di sandal Ratna? Saya jadi mencurigainya, Ustaz." Aku menimpali ucapannya."Kamu benar, tapi bagaimana pun kita tidak boleh asal menuduh, bagaimana pun kita sudah memberi Raya hukuman diusir dari desa, semoga ini bukan perbuatannya." Aku tak lagi menjawab, hanya anggukan sekilas membenarkan ucapan beliau, meski hati ini merasa begitu yakin memang dialah pelak

  • Ular Di Farji Istriku   Bab 36

    Selamat membaca!*****Akhirnya semua masalah terselesaikan, semua kembali aman dengan insafnya Raya, aku sangat bersyukur akan hal itu. Bagaimana pun Raya adalah seorang manusia yang tak luput dari kesalahan dan dosa, sudah tugas kami memaafkannya.Aku bisa tidur nyenyak malam ini, merengkuh istriku dalam pelukan, mulai sekarang kami berdua akan terus bersama, jika tak ada halangan apapun aku akan kembali bekerja minggu depan, Ratna juga akan kubawa serta.Untuk saat ini aku masih trauma meninggalkannya seorang diri tanpa pengawasan, lagi pula aku sudah menghubungi Yanto, memintanya mencarikan rumah sewa untuk kami tinggali, lebih nyaman dan aman.Malam merangkak kian larut, aku mencoba memejamkan kelopak indera penglihatan yang sudah terasa berat. Namun hanya beberapa saat aku hendak dibuai mimpi, kedua mata ini seperti dibuka paksa, melotot dengan tajamnya.Aku lirik Ratna yang masih pulas, lalu beralih pada jam dinding, baru pukul dua dini hari, kuputuskan kembali berbaring, menc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status