Share

31. Kendali

Author: Hanana
last update Last Updated: 2025-07-21 19:40:29

Setelah memasang seat belt, Nayla menghela napas berat. Untuk sementara waktu, biarlah seperti ini dulu. Dia takut pergerakannya tersorot kamera. Dia tidak ingin ada sedikit pun gerak mencurigakan. Dia ingin selalu tampak wajar.

“Lucien Vale.” Suara Damian terdengar begitu mesin mobil menyala. Nadanya rendah, padat, seperti kalimat yang tidak butuh jawaban.

Nayla menghela napas pelan, menyandarkan kepalanya ke belakang kursi.

“Dia menyentuhmu, Nay.”

Kata-katanya bukan pertanyaan. Bukan pula tuduhan. Lebih seperti pernyataan dingin yang mengandung cukup ancaman untuk membuat udara sekitar ikut menciut.

Nayla tak langsung menjawab. Dia menutup mata sejenak, menenangkan denyut nadi yang mulai meninggi. Selain ada letupan amarah, dia juga sudah sangat amat lelah.

“Kalau kamu datang hanya untuk mengatur siapa yang boleh menyentuhku, kamu bisa turunkan aku sekarang juga.”

Damian terdiam sejenak. Namun, kali ini, Nayla bisa mer
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Under His Darkness   80. Rencana di Balik Rencana

    Malam itu, Damian sama sekali tidak menyentuh pintu kamar Nayla. Tak sekalipun dia mengganggu sunyi yang melingkupi ruangan tempat wanita itu berlindung dari dunia. Dia berdiri di depan jendela ruang tengah, gelas kosong di tangannya, matanya tajam menatap kegelapan di balik tirai tipis.Tak ada satu pun dari gerakan Nathan yang luput dari pantauannya. Damian sudah tahu siapa orang-orang yang sekarang sedang mondar-mandir di persimpangan jalan, nomor-nomor yang dihubungi Nathan, bahkan kamera mana yang sengaja Nathan rusak demi membuat rencananya berlangsung tanpa jejak. Namun, semua itu dibiarkannya terjadi.Dengan satu perintah ke Andy, Damian memberi izin untuk membiarkan Nathan merasa unggul. Dia justru ingin Nathan merasa berhasil. Membiarkan musuh merayakan kemenangan semu, sebelum akhirnya dihancurkan tepat di titik tertingginya.Memasuki dini hari, telepon Damian bergetar pelan di atas meja. Dengan gerakan lambat, dia mengangkatnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.

  • Under His Darkness   79. Iblis dengan Sayap Malaikat

    “Aku akan menunggu di luar, Amore.”Tak ada reaksi. Tak ada gerakan yang menunjukkan keinginan untuk bicara. Nayla hanya membalikkan badan, lalu berjalan ke arah koridor kamar.Nayla tidak menolak, tapi juga tidak setuju. Membiarkan Damian tetap ada di atap yang sama dengannya bukan berarti dia benar-benar memperbolehkan, melainkan Nayla hanya tak punya tenaga untuk sekadar bicara. Keputusannya lahir bukan karena mengizinkan, tapi dari kelelahan yang sudah membatu.“Kalau kamu butuh sesuatu, aku di sini,” ucap Damian lagi.Untuk kesekian kalinya, Nayla tidak membuka mulutnya. Kedua rungu Damian hanya dapat mendengar suara pintu yang terbuka. Tak lama, tubuh Nayla mulai masuk ke dalam gelap. Dilihat dari ayunan tangannya, Nayla sudah berusaha menutup pintu kamarnya kembali rapat-rapat. Namun, energinya bahkan tidak cukup kuat. Kiranya dia juga mengetahui kalau pintu itu masih bercelah beberapa senti, tapi Nayla sudah terlalu enggan untuk peduli dan membenahi.Dari luar, Damian masih bi

  • Under His Darkness   78. Sisi yang Begitu Rusak

    Nayla berdiri menantang pria yang tingginya cukup jauh di atasnya. Dia tahu betul, selama ini, Damian pasti sudah sering berdiri di luar jendela ketika malam datang. Menyimak denyut lampu. Menghitung langkah. Merekam suara napas. Mengintai dalam diam.Kini, hari ini, di hari pertama dia resmi bebas dari ikatan pernikahan, Damian tak lagi berdiri di luar. Dia masuk dengan cara dan waktu yang dia pilih sendiri. Terang-terangan, seperti seseorang yang memang selalu merasa punya hak.“Amore.”Damian berucap selirih bisikan. Kali ini, tampak sekali kalau setiap langkahnya bukan datang untuk menerkam. Begitu dia berdiri tepat di hadapan Nayla, wajahnya langsung menunduk.“Aku tahu kamu butuh sendiri,” bisik Damian. “Tapi aku tidak bisa membi

  • Under His Darkness   77. Bukan Pria Biasa

    Rumah itu sunyi. Sunyi yang sengaja dipilih. Bukan karena kesepian, tapi karena Nayla memang membutuhkannya.Adrian telah kembali ke rumahnya sendiri setelah sempat makan malam bersama, setelah memastikan Nayla baik-baik saja. Carina, meski sempat menemaninya, memutuskan untuk pulang ke apartemen untuk mengurus pekerjaan yang sempat tertunda. Dan urusan hukum dengan Hartono pun sudah rampung. Tidak ada lagi yang perlu dia tanda tangani. Tidak ada lagi dokumen yang harus dibaca atau didebatkan.Malam ini, Nayla hanya butuh diam.Dia melepas sepatunya perlahan. Menaruh tas di atas meja kecil dekat pintu, lalu mengusap tengkuknya yang pegal. Isi kepalanya masih asing oleh fakta bahwa dirinya telah resmi menjadi wanita bebas. Kosong, tapi tidak hampa. Gelap, tapi bukan muram.

  • Under His Darkness   76. Ledakan

    Gadis yang kini muncul di layar tampak lebih polos dari sekadar kata polos. Polosnya bukan dalam pengertian naif semata. Namun, seperti selembar kertas yang belum sempat diisi dan belum sempat memilih warna hidupnya sendiri.Dia belum lulus sekolah menengah atas. Belum genap tujuh belas tahun. Belum cukup umur untuk memahami perbedaan kenikmatan dan kejahatan. Belum benar-benar paham makna percintaan. Belum cukup pintar untuk menjadi pusat dari rekaman sehina itu.Dan kini, di layar yang menyala dengan cahayanya yang kejam, tubuhnya terpampang tanpa penutup. Kulitnya, sorot matanya, bahkan napasnya terekam dengan terlalu jelas. Semua yang menyaksikan pastinya tahu kalau ini bukan lagi sekadar skandal. Ini adalah bentuk lain dari sebuah kejahatan.“Shandy Liana, putri kandung Saudara Farraz. Terhitung masih di

  • Under His Darkness   75. Gadis Muda

    Adrian bukan pria yang kali ini akan Damian bunuh. Sama sekali bukan. Namun, melihat bagaimana gerak-gerik Damian, sekujur urat seperti menegang seolah dirinya yang akan menjadi korban.Kedua kakinya melangkah lebih dekat ke arah meja. Dengan sebelah tangan yang bertumpu pada kursi, Adrian menajamkan pandangan. Sorot matanya berubah saat melihat folder itu. Dia masih mengingatnya. Masih ingat bagaimana folder itu pernah disebut Damian sebagai satu senjata yang akan mengakhiri semuanya dengan sekali sayat.Tanpa ragu, Damian mengklik ikon merah itu. Folder terbuka serupa menampakkan isi peti kutukan. Di dalamnya, ada satu paket berkas. Tak pernah disentuh, tak pernah dibagikan. Disimpan jauh dari sorotan. Dibiarkan tidur sampai waktunya tepat.Begitu video muncul di layar, Ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status