Share

BAGIAN 7: BERTANGGUNG JAWAB

"Ada apa lagi?" tanya Anna kesal sambil menatap tajam ke arah Brandon.

"Bisakah kau menunggu sebentar? Masih ada hal yang ingin aku bicarakan—"

Seketika Anna memotong perkataan Brandon.

"Begini ya, jika ada hal lain yang ingin kau tanyakan mengenai Reva, jangan menggunakan cara seperti ini, akan ada banyak orang yang berburuk sangka mengenai—"

"Aku ke sini bukan untuk membicarakan Reva, tetapi untuk menemuimu..." ujar Brandon yang masih tak melepaskan genggamannya pada tangan Anna.

"Untuk apa?"

"Bukankah kau harus bertanggung jawab untuk ini?"

"Bertanggung jawab? Apa maksudmu?"

"Untuk perasaanku kepadamu, kau tak bisa pergi begitu saja—"

"Tentu aku bisa, jangan harap karena kau adalah atasanku di sini, jadi kau bisa berharap aku akan melakukan hal sesuai dengan yang kau inginkan," ujar Anna sambil melepaskan genggaman tangan Brandon pada tangannya.

"B-Bukan itu maksudku...sebegitunya kau membenciku hanya untuk mendapatkan sejumlah uang dari Reva?" tanya Brandon.

"Kau bilang 'hanya'? Mungkin bagimu itu bukanlah hal yang penting, namun untukku itu...ah sudahlah kau juga tak akan mengerti apa yang kumaksud," ujar Anna sambil bergegas keluar dari ruangan tersebut.

"Ahhh...sial!" ujar Brandon yang tak menyangka percakapan mereka akan menjadi serumit ini.

Malam harinya, Anna yang baru terbangun dari tidurnya hendak keluar dari kamarnya untuk mengambil pakaian kering di lantai atas gedung kos-kosannya. Ketika ia hendak keluar, tiba-tiba tampak ada sebuah sandal yang seketika mengingatkannya pada sosok Brandon.

Anna mengingat-ngingat lagi perkataannya sore tadi pada Brandon, ia merasa perkataan tersebut tak seharusnya ia katakan pada atasannya terutama cepat atau lambat, pria tersebut akan menjadi tunangan sahabatnya sendiri.

"KRINGGG!!!" tiba-tiba handphone milik Anna berbunyi.

Anna pun segera mengangkat telepon tersebut dan seketika lega dapat mendengar suara Ibunya lagi, sang Ibu kali ini memberitahu putrinya jika dirinya ternyata memiliki pekerjaan dadakan esok hari untuk membantu sang Ayah sehingga dirinya hanya bisa mengantarkan Raditya, Adik Anna untuk mendaftar ulang pada sekolah barunya.

Jadi Ibu Anna pun meminta tolong pada putrinya tersebut untuk menjemput Raditya usai pekerjaan Anna di rumah sakit selesai, lalu Ibunya akan menjemput kembali sang Adik nanti di kos-kosan Anna.

Anna pun dengan senang hati melakukan permintaan Ibunya itu, ia bahkan tak sabar akan bertemu dengan Adiknya itu setelah satu tahun perpisahan akibat segala hal yang harus ia urus di Jakarta selama ini.

Hari pun berlalu, seperti biasa, Anna yang sudah selesai melakukan tugasnya di rumah sakit segera bergegas pamit pada teman-temannya lalu segera menunggu bus yang akan mengantarkannya pada sekolah asrama Raditya.

Sesampainya di sekolah asrama Raditya, ia dapat melihat ratusan siswa telah selesai mendaftar ulang bersama orangtua mereka, namun Anna tak kunjung melihat Adiknya keluar dari gedung tersebut.

Setelah menunggu sekitar lima menit, Anna akhirnya menatap dari jauh sosok Adiknya yang kini sedang berjalan mendekatinya bersama seorang teman di sampingnya.

"Ka Anna!!!" teriak Raditya sambil berlari memeluk Kakak perempuannya itu.

Sementara itu, Brandon yang sedang berada di kantornya tiba-tiba mendapatkan telepon dari nomor yang tak dikenal.

"Halo, dengan siapa ini?" tanya Brandon tegas.

"Ka, ini aku Jevon!" ujar sebuah suara anak laki-laki yang ia kenali sebagai Adiknya sendiri.

Brandon seketika sadar, pasti kedua orangtuanya terlalu sibuk menghabiskan kekayaan dengan sahabat-sahabat mereka, sampai-sampai mereka lupa menjemput sang anak bungsu yang saat ini sedang menelepon menggunakan handphone milik seseorang.

"Ada apa Pak?" tanya Jarvis yang sedari tadi memperhatikan raut wajah bosnya itu.

"Aku mau pergi ke luar sebentar untuk menjemput Jevon, kamu urus dahulu pekerjaan saya sementara di sini," ujar Brandon tegas.

Jevon yang baru selesai meminjam handphone Anna segera mengembalikan telepon tersebut pada pemiliknya.

"Terima kasih ya Ka..." ujar Jevon pada Anna, sekilas sebenarnya gadis itu merasa tak asing saat melihat wajah Jevon, teman Raditya.

"Iya sama-sama," ujar Anna sambil tersenyum menerima teleponnya dari tangan Jevon.

"Ka, kita akan menunggu Jevon sampai dia dijemput kan?" tanya Raditya pada Kakak perempuannya itu.

"Iyaaa tentu Dit," balas Anna yang terlihat senang, kini Adik laki-lakinya dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya, juga memiliki teman baru bahkan sebelum hari pertamanya di asrama dimulai.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil hitam bermerek BMW berhenti tepat di depan lobby gedung asrama.

Lalu turun seorang pria yang sudah sangat tidak asing di benak Anna yaitu Brandon.

“U-Untuk apa dia datang kemari?” pikir Anna kebingungan dalam hati.

“Dit, sepertinya aku sudah dijemput,” ujar Jevon.

“Oh serius? Mana jemputanmu?” tanya Raditya ingin tahu.

“Itu,” ketus Jevon sambil menunjuk ke arah Brandon yang kini telah berjalan ke arah Anna, Raditya dan Jevon.

“A-Anna? Kau pasti ke sini untuk menjemput Adikmu bukan?” tanya Brandon, sebelumnya ia telah mengamati dan memperhatikan wajah Anna yang sangat mirip dengan anak laki-laki di sebelahnya itu.

“Mengapa kau bisa ada di sini?” tanya Anna kebingungan, sedari kemarin ia sangat ingin menghindari Brandon, namun entah mengapa takdir seolah-olah selalu berusaha untuk mempertemukan keduanya di mana saja dan kapan saja.

“Jelas bisa, karena ada seseorang yang meneleponku dan ingin aku menjadi supirnya seharian ini,” ujar Brandon sambil menatap Jevon, Adik laki-laki yang selalu mengingatkannya akan sikapnya dahulu saat ia masih kecil.

“K-Kalian berdua sudah saling kenal?” tanya Jevon sampai-sampai alis kanannya naik satu.

Brandon segera berbisik pada Adik bungsunya itu namun dengan nada yang lumayan keras sehingga terdengar oleh Anna dan Raditya.

“Tentu…dia adalah gadis yang pergi kencan denganku sebelumnya, kau tahu kan?” ujar Brandon sambil menyeringai.

“Jadi Ka, selama ini kau sudah memiliki pacar? Mengapa kau tak pernah cerita?” tanya Raditya tak percaya, matanya terus-menerus mengamati bolak-balik ke arah Kakaknya lalu ke arah Brandon.

“B-Bukan begitu, kalian jangan langsung percaya ya…nah lebih baik sekarang kita balik duluan,” ujar Anna sambil menggandeng tangan Raditya, hendak pergi cepat-cepat dari tempat tersebut.

“Tunggu Ann, setidaknya biar aku antar kalian berdua kembali, bagaimana?” tanya Brandon.

Seketika Anna menatap ke arah Raditya, raut wajah Adiknya itu seketika berubah, ia kembali menatap ke arah Kakaknya agar setuju menerima tawaran Brandon tersebut.

“B-Baiklah,” ujar Anna.

Karena urutan jalan adalah rumah keluarga Brandon, kos-kosan Anna lalu gedung perusahaan. Brandon pun memutuskan untuk menyuruh Jevon turun terlebih dahulu di rumah mereka, lalu setelah ia langsung mengantar Anna serta Raditya agar ia bisa langsung pergi kembali menuju perusahaan.

Tak lama kemudian mobil BMW hitam itu sampai di depan gedung kos-kosan Anna. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status