Home / Romansa / Unforgettable / BAGIAN 7: BERTANGGUNG JAWAB

Share

BAGIAN 7: BERTANGGUNG JAWAB

last update Last Updated: 2021-06-12 15:10:53

"Ada apa lagi?" tanya Anna kesal sambil menatap tajam ke arah Brandon.

"Bisakah kau menunggu sebentar? Masih ada hal yang ingin aku bicarakan—"

Seketika Anna memotong perkataan Brandon.

"Begini ya, jika ada hal lain yang ingin kau tanyakan mengenai Reva, jangan menggunakan cara seperti ini, akan ada banyak orang yang berburuk sangka mengenai—"

"Aku ke sini bukan untuk membicarakan Reva, tetapi untuk menemuimu..." ujar Brandon yang masih tak melepaskan genggamannya pada tangan Anna.

"Untuk apa?"

"Bukankah kau harus bertanggung jawab untuk ini?"

"Bertanggung jawab? Apa maksudmu?"

"Untuk perasaanku kepadamu, kau tak bisa pergi begitu saja—"

"Tentu aku bisa, jangan harap karena kau adalah atasanku di sini, jadi kau bisa berharap aku akan melakukan hal sesuai dengan yang kau inginkan," ujar Anna sambil melepaskan genggaman tangan Brandon pada tangannya.

"B-Bukan itu maksudku...sebegitunya kau membenciku hanya untuk mendapatkan sejumlah uang dari Reva?" tanya Brandon.

"Kau bilang 'hanya'? Mungkin bagimu itu bukanlah hal yang penting, namun untukku itu...ah sudahlah kau juga tak akan mengerti apa yang kumaksud," ujar Anna sambil bergegas keluar dari ruangan tersebut.

"Ahhh...sial!" ujar Brandon yang tak menyangka percakapan mereka akan menjadi serumit ini.

Malam harinya, Anna yang baru terbangun dari tidurnya hendak keluar dari kamarnya untuk mengambil pakaian kering di lantai atas gedung kos-kosannya. Ketika ia hendak keluar, tiba-tiba tampak ada sebuah sandal yang seketika mengingatkannya pada sosok Brandon.

Anna mengingat-ngingat lagi perkataannya sore tadi pada Brandon, ia merasa perkataan tersebut tak seharusnya ia katakan pada atasannya terutama cepat atau lambat, pria tersebut akan menjadi tunangan sahabatnya sendiri.

"KRINGGG!!!" tiba-tiba handphone milik Anna berbunyi.

Anna pun segera mengangkat telepon tersebut dan seketika lega dapat mendengar suara Ibunya lagi, sang Ibu kali ini memberitahu putrinya jika dirinya ternyata memiliki pekerjaan dadakan esok hari untuk membantu sang Ayah sehingga dirinya hanya bisa mengantarkan Raditya, Adik Anna untuk mendaftar ulang pada sekolah barunya.

Jadi Ibu Anna pun meminta tolong pada putrinya tersebut untuk menjemput Raditya usai pekerjaan Anna di rumah sakit selesai, lalu Ibunya akan menjemput kembali sang Adik nanti di kos-kosan Anna.

Anna pun dengan senang hati melakukan permintaan Ibunya itu, ia bahkan tak sabar akan bertemu dengan Adiknya itu setelah satu tahun perpisahan akibat segala hal yang harus ia urus di Jakarta selama ini.

Hari pun berlalu, seperti biasa, Anna yang sudah selesai melakukan tugasnya di rumah sakit segera bergegas pamit pada teman-temannya lalu segera menunggu bus yang akan mengantarkannya pada sekolah asrama Raditya.

Sesampainya di sekolah asrama Raditya, ia dapat melihat ratusan siswa telah selesai mendaftar ulang bersama orangtua mereka, namun Anna tak kunjung melihat Adiknya keluar dari gedung tersebut.

Setelah menunggu sekitar lima menit, Anna akhirnya menatap dari jauh sosok Adiknya yang kini sedang berjalan mendekatinya bersama seorang teman di sampingnya.

"Ka Anna!!!" teriak Raditya sambil berlari memeluk Kakak perempuannya itu.

Sementara itu, Brandon yang sedang berada di kantornya tiba-tiba mendapatkan telepon dari nomor yang tak dikenal.

"Halo, dengan siapa ini?" tanya Brandon tegas.

"Ka, ini aku Jevon!" ujar sebuah suara anak laki-laki yang ia kenali sebagai Adiknya sendiri.

Brandon seketika sadar, pasti kedua orangtuanya terlalu sibuk menghabiskan kekayaan dengan sahabat-sahabat mereka, sampai-sampai mereka lupa menjemput sang anak bungsu yang saat ini sedang menelepon menggunakan handphone milik seseorang.

"Ada apa Pak?" tanya Jarvis yang sedari tadi memperhatikan raut wajah bosnya itu.

"Aku mau pergi ke luar sebentar untuk menjemput Jevon, kamu urus dahulu pekerjaan saya sementara di sini," ujar Brandon tegas.

Jevon yang baru selesai meminjam handphone Anna segera mengembalikan telepon tersebut pada pemiliknya.

"Terima kasih ya Ka..." ujar Jevon pada Anna, sekilas sebenarnya gadis itu merasa tak asing saat melihat wajah Jevon, teman Raditya.

"Iya sama-sama," ujar Anna sambil tersenyum menerima teleponnya dari tangan Jevon.

"Ka, kita akan menunggu Jevon sampai dia dijemput kan?" tanya Raditya pada Kakak perempuannya itu.

"Iyaaa tentu Dit," balas Anna yang terlihat senang, kini Adik laki-lakinya dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya, juga memiliki teman baru bahkan sebelum hari pertamanya di asrama dimulai.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil hitam bermerek BMW berhenti tepat di depan lobby gedung asrama.

Lalu turun seorang pria yang sudah sangat tidak asing di benak Anna yaitu Brandon.

“U-Untuk apa dia datang kemari?” pikir Anna kebingungan dalam hati.

“Dit, sepertinya aku sudah dijemput,” ujar Jevon.

“Oh serius? Mana jemputanmu?” tanya Raditya ingin tahu.

“Itu,” ketus Jevon sambil menunjuk ke arah Brandon yang kini telah berjalan ke arah Anna, Raditya dan Jevon.

“A-Anna? Kau pasti ke sini untuk menjemput Adikmu bukan?” tanya Brandon, sebelumnya ia telah mengamati dan memperhatikan wajah Anna yang sangat mirip dengan anak laki-laki di sebelahnya itu.

“Mengapa kau bisa ada di sini?” tanya Anna kebingungan, sedari kemarin ia sangat ingin menghindari Brandon, namun entah mengapa takdir seolah-olah selalu berusaha untuk mempertemukan keduanya di mana saja dan kapan saja.

“Jelas bisa, karena ada seseorang yang meneleponku dan ingin aku menjadi supirnya seharian ini,” ujar Brandon sambil menatap Jevon, Adik laki-laki yang selalu mengingatkannya akan sikapnya dahulu saat ia masih kecil.

“K-Kalian berdua sudah saling kenal?” tanya Jevon sampai-sampai alis kanannya naik satu.

Brandon segera berbisik pada Adik bungsunya itu namun dengan nada yang lumayan keras sehingga terdengar oleh Anna dan Raditya.

“Tentu…dia adalah gadis yang pergi kencan denganku sebelumnya, kau tahu kan?” ujar Brandon sambil menyeringai.

“Jadi Ka, selama ini kau sudah memiliki pacar? Mengapa kau tak pernah cerita?” tanya Raditya tak percaya, matanya terus-menerus mengamati bolak-balik ke arah Kakaknya lalu ke arah Brandon.

“B-Bukan begitu, kalian jangan langsung percaya ya…nah lebih baik sekarang kita balik duluan,” ujar Anna sambil menggandeng tangan Raditya, hendak pergi cepat-cepat dari tempat tersebut.

“Tunggu Ann, setidaknya biar aku antar kalian berdua kembali, bagaimana?” tanya Brandon.

Seketika Anna menatap ke arah Raditya, raut wajah Adiknya itu seketika berubah, ia kembali menatap ke arah Kakaknya agar setuju menerima tawaran Brandon tersebut.

“B-Baiklah,” ujar Anna.

Karena urutan jalan adalah rumah keluarga Brandon, kos-kosan Anna lalu gedung perusahaan. Brandon pun memutuskan untuk menyuruh Jevon turun terlebih dahulu di rumah mereka, lalu setelah ia langsung mengantar Anna serta Raditya agar ia bisa langsung pergi kembali menuju perusahaan.

Tak lama kemudian mobil BMW hitam itu sampai di depan gedung kos-kosan Anna. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Unforgettable   BAGIAN 50: TEMAN SEHIDUP SEMATI

    “Kita tak akan pernah bisa bersama Brandon, kau tahu itu kan? A-Ayahmu tidak akan setuju, ditambah lagi bagaimana jika Ayahku tau jika aku…” Anna diam, tidak melanjutkan perkataannya. “Jika aku apa Ann?” tanya Brandon, wajahnya semakin mendekati Anna sampai-sampai membuat pipi Anna semakin memerah. “Jika selama ini aku me-nyu-ka-aimu—“ Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Brandon seketika langsung memeluk Anna, sambil mengekspresikan betapa bahagia dirinya dapat bertemu dengan Anna dan berakhir jatuh cinta dengan gadis tersebut. Sore itu Anna mengajak Brandon berjalan menuju taman rumah sakit menggunakan kursi roda, di sela-sela waktu tersebut, Anna melihat sebuah sosok berjas yang sangat tidak asing dalam benaknya. Saat sosok itu menoleh, ia batu tersadar jika orang itu adalah Jackson, pria itu adalah laki-laki yang dahulu ingin dijodohkan degannya sebelum Anna memulai kuliahnya. “Untuk apa dia ada di sini? Terkahir kali ia meneleponku dan sekarang dia datang ke sini?” pikir

  • Unforgettable   BAGIAN 49: MENJELASKAN SEMUANYA

    Brandon juga tak lupa posisinya sebagai atasan, ia memutuskan untuk memberikan hadiah pada Anna karena ia telah membantu menyelamatkan nyawanya saat peristiwa sebelumnya.Mendapat informasi mengenai kepindahannya sebentar lagi menuju apartemen barunya, Anna segera mengucapkan terima kasih pada atasannya itu, namun ada satu hal yang masih mengganjal dalma pikiranya, yaitu salah satu alasannya ingin pindah ke apartemen yang kini juga menjadi tempat tinggal Brandon adalah karena ia sungguh ingin tahu keadaan Brandon.Tak butuh waktu lama bagi Anna untuk mengemas pindahannya itu. Kehidupannya kini serasa bukan yang dulu lagi, kamar megah yang berada di hadapannya membuatnya sangat tak layak untuk mendapatkan itu semua.“CTIIINGGG!” tiba-tiba sebuah pesan masuk, rupanya Brandon mengabari Anna jika gadis itu butuh bantuan maka dirinya persis ada di kamar tepat di samping kamar Anna.Hari itu Anna berusaha memberanikan diri untuk mengetuk kamar Brand

  • Unforgettable   BAGIAN 48: MENYESALI SEMUANYA

    Sementara itu Ayah Brandon terlihat sedang menunggu kabar mengenai putranya di koridor rumah sakit, ia duduk di sebuah bangku yang terletak tepat di samping ruangan di mana Brandon sedang diperiksa.Di saat yang sama, Jarvis baru saja kembali setelah mengantar Anna menuju Jakarta, sehingga ia tak sengaja bertemu Nicholas, Ayah atasannya itu.Sejatinya setelah mendengar melihat Nicholas yang sedang duduk di bangku kursi rumah sakit, Jarvis segera menghentikan langkahnya dan ia tersenyum."Sepertinya rencana Pak Brandon kali ini berhasil untuk mengungkap semuanya," pikir Jarvis dalam hati.Saat itu juga, dokter yang menangani Brandon keluar. Segera Jarvis berusaha bertingkah jika seakan-seakan ia baru sampai di tepat itu dan tak sengaja berpapasan dengan Nicholas ketika hendak mendengarkan mengenai penjelasan dokter."Bagaimana dok keadaan Brandon anak saya?" tanya Nicholas yang terlihat cemas."Kondisinya baik-baik saja Pak, untung saja luka

  • Unforgettable   BAGIAN 47: PANGGILAN MISTERIUS

    Beberapa hari setelah menunggu Brandon akhirnya memberikan kabar jam berapa dirinya dan Anna akan berangkat, Anna pun segera bersiap-siap menunggu kehadiran Brandon untuk menjemputnya. Brandon sendiri saat ini sedang berada di dalam mobilnya, ia sungguh bingung apakah akan menceritakan semua yang sudah ia ketahui beserta rencana-rencananya, namun yang pasti sesampainya ia di kos-kosan Anna, pria itu memutuskan untuk tak menceritakan semuanya pada Anna. Dalam perjalanan kali ini berbeda seperi biasa, Anna dan Brandon sudah tak terlihat canggung seperti biasanya. Beberapa jam berlalu, jalanan yang sebelumnya tidak bisa dilewati oleh Jarvis dan Brandon, kini masih saja tertutup, Brandon sadar ada yang aneh dengan jalanan tersebut, semua ini pasti disengaja oleh orang-orang itu. Saat semua mobil berputar balik, mobil Brandonlah yang masih diam di sana, ia perlahan berusaha mengamati gerak-gerik orang tersebut. "Sepertinya konstruksinya belum seles

  • Unforgettable   BAGIAN 46: CINTA YANG ANEH

    Lampu merah lagi-lagi menghiasi perjalanan Michael menuju tempat kos-kosannya, sialnya kali ini ia harus menunggu sekitar seratur dua puluh detik sampai lampu berubah warna menjadi hijau, ia pun memutuskan untuk melihat-lihat ke sekitarnya untuk menghilangkan rasa ngantuk dan rasa bosan yang ia rasakan.Pandangannya tertuju pada seorang gadis yang sedang memakai jaket hitam tepat tak jauh dari mobil yang ia kendarai. Entah mengapa sekilas ia melihat gadis itu, pikirannya mendadak membawanya pada Victoria karena Michael dapat merasakan betul ada sesuatu yabg mirip di antara kedua sosok itu.Michael pun memutuskan untuk mengamati gadis itu kembali, namun ia malah dikejutkan dengan fakta jika wajah gadis itu terlihat sangat mirip dengan Victoria."A-Apa j-jangan-jangan itu..."Michael dengan cepat segera memarkirkan mobilnya ke pinggir jalanan, ia terburu-buru turun dari mobilnya ingin mengecek apakah gadis barusan benar-benar Victoria atau bukan. Namu

  • Unforgettable   BAGIAN 45: BERHENTI SEMENTARA

    "Baiklah itu saja?" tanya Anna yang sedari tadi masih memperhatikan Brandon."T-Tidak, aku menyuruhmu ke sini sekalian ingin mengajakmu untuk...eum...""Untuk apa?" tanya Anna."Untuk pergi denganku ke Depok," ujar Brandon.Anna hanya terdiam, ia bingung, jika dirinya pergi lantas apa yang harus ia katakan pada sahabat-sahabatnya, juga ia masih memiliki tanggung jawab untuk melakukan tugas jaga di rumah sakit."B-Bagaimana dengan Jarvis? B-Bukankah biasanya kau pergi dengannya?" tanya Anna, ia sungguh bingung sekaligus khawatir dirinya hanya akan membebani Brandon selama perjalanan."I-Iya, namun Jarvis memiliki kesibukan lain untuk menyelidiki lebih dalam mengenai orang-orang komplotan berpakaian hitam itu, jadi dari pada aku pergi sendiri, aku memutuskan untuk megajakmu bagaimana? tanya Brandon, sebenarnya Jarvis bisa saja ajak pergi meskipun asistennya itu sedang menjalankan pekerjaan lain, namun kali ini Brandon ingin Anna yang men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status