Share

Fly 2

Kevlar baru saja tiba di rumahnya, saat kedua matanya tertumbuk pada sepasang stiletto ungu di pintu masuk menuju ruang tamu.

Meski dia tahu siapa pemilik sepatu itu, namun hati kecilnya berharap yang datang bukan wanita itu.

"Halo sayang!" Suara dengan nada manja yang dibuat-buat terdengar bahkan saat jarak mereka masih berjauhan.

"Aku langsung ke sini loh dari bandara. Abisnya Mamih nitip ini." Sebuah bungkusan nasi jinggo favorit Kevlar dikeluarkan dari tas, saat Kevlar mendekati si pemilik suara.

Kevlar menelan ludahnya. Bayangan nasi jinggo yang nikmat terpampang nyata dalam pikirannya. 

"Ayo kita makan, aku tahu perut kamu kosong karena tadi siang ngga makan. Sini, biar aku suapin kamu." 

"Ngga usah repot-repot, tanganku masih bisa digunakan untuk makan." Kevlar berkata dengan nada dingin dan cuek.

"Oke, tapi biarkan aku melakukannya. Anggap aja latihan buat jadi istri kamu." Ucapnya. Dia tertawa dengan anggun. Hal yang dulu selalu membuat Kevlar tergila-gila pada wanita di depannya itu.

Kevlar memandangnya dengan tajam, emosi yang sudah ditahannya dari tadi, akhirnya meledak.

"Alea! Kita sudah membahas ini, tidak ada yang namanya pernikahan antara aku dan kamu. Semuanya sudah berakhir saat kamu memutuskan berselingkuh dengan pria itu!" 

Alea bangkit dari duduknya dan mendekati Kevlar.

"Kev, aku sudah menjelaskan semuanya pada keluarga kamu, aku dijebak! Aku benar-benar ngga sengaja melakukan itu."

"Oh benar, kamu bisa menyangkalnya! Tapi aku tidak akan tertipu!" Tegas Kevlar.

Alea membalasnya dengan tatapan sengit, espresi manisnya berubah menjadi kesal.

"Aku ngga peduli! Keluarga kamu dan keluargaku akan segera bertemu untuk membahas pernikahan kita. Aku harap kamu bisa bersikap baik dengan tidak mengacaukan segalanya!"

Alea berbalik mengambil tas dan koper yang dibawanya, lalu pergi dari hadapan Kevlar.

"Shit!!" Kevlar memaki pelan. Direbahkannya tubuhnya di atas sofa bed, berpikir hingga dirinya tertidur dengan pulas. Teriakan Alea yang memintanya untuk mengantarkannya pulang tak digubris olehnya.

***

"Mas, Mas Kev!" Dengan hati-hati pemilik suara itu membangunkan tuannya.

Tubuh yang dipanggil itu menggeliat, suara yang tak asing baginya mengumpulkan kesadarannya, jika dia masih berada di ruang tengah. 

"Ummhh ... " Beberapa bagian tubuhnya terasa sakit karena sofa itu terlalu kecil untuk ukuran tubuhnya yang tinggi besar.

"Mas, makan dulu. Semuanya sudah Bibik siapkan." Ujar pemilik suara itu yang kerap dipanggil Bik Rahma oleh Kevlar. Padahal orang lain memanggilnya Wati, karena itulah nama depannya, Wati Rahmawati.

"Aku ngga lapar Bik." Gumam Kevlar dengan mata setengah tertutup. 

Dalam pandangannya lampu sudah menyala di ruangan itu, tandanya hari sudah malam. Kilauan lampu 50 watt itu membuat matanya mengerjap, silau.

"Maaf Mas, tapi tadi Bibik dengar Non Alea mengatakan Mas Kevlar belum makan dari siang. Makanya Bibik menyiapkan makan tanpa bertanya dulu pada Mas Kevlar." Jelas wanita berusia hampir setengah abad itu.

Kevlar tersenyum. Dia bersyukur memiliki Bik Rahma, karena meskipun ibunya berada jauh darinya, namun dia tidak kehilangan sosok itu. 

"Baiklah, aku makan." Putus Kevlar sambil perlahan bangun dari posisi tidurnya.

"Nasi jinggo yang dibawa Non Alea sudah Bibik siapkan juga di meja, barangkali Mas Kevlar mau memakannya." Terang Bik Rahma.

"Ngga usah, Bibik makan aja atau berikan pada yang lain." Ucap Kevlar.

Dia tahu ucapan Alea soal ibunya yang menitipkan nasi jinggo itu untuknya bohong. Karena kalau itu dari ibunya, pasti ibunya lebih tahu bahwa dia hanya suka memakan nasi jinggo khas Bali itu di tempat asalnya.

Tanpa mendebat Bik Rahma mengiyakan ucapan tuannya, dan berlalu menuju meja makan yang diikuti oleh Kevlar di belakangnya.

                                                                 ****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status