Share

He just walk away

Hari sudah sore, namun Jim belum juga kembali. Astaga! Hati Silvya seperti sesak rasanya. Memiliki suami tapi seperti wanita jomblo. Ia bahkan tidak tau Jim ada di mana sekarang. Namun untuk menelponnya, Silvya takut mengganggu privacy Jim. Apa kata teman Jim nanti? Dia memiliki seorang istri yang posesif? Ah! Tidak! Silvya tidak ingin membuat Jim merasa tidak nyaman memiliki istri yang posesif.

Silvya keluar kamar untuk menenangkan hatinya, melihat tanaman hijau mungkin bisa sedikit membawa ketenangan bagi batinnya. Atau ... Berenang? Ah tidak! Kolam renang itu terlalu sepi, ia akan jadi pusat perhatian jika berenang sendirian di sana. Jadi yang Silvya lakukan akhirnya hanya menceburkan kedua kakinya ke dalam kolam berwarna biru itu.

Silvya kembali meraba kalungnya. Mengingatkannya pada sosok Chris. Akankah nasib pernikahannya akan seperti ini jika ia menikah dengan Chris? Mungkin tidak. Chris adalah pria yang memegang komitmen. Chris tidak pernah menduakannya, bahkan saat ia menikah dengan Maureen, Ia tidak menghabiskan malam pertamanya dengan Maureen tapi malah menemuinya untuk minta maaf. 

Di awal pernikahan, Chris memang tidak mencintai Maureen dan berniat kembali padanya, tapi siapa sangka dalam perjalanannya, Chris malah jatuh cinta beneran pada Maureen. Saat itu, Chris sempat hampir bercerai karena sebuah kesepakatan yang dibuat di awal pernikahannya. Dan ketika Chris akan kembali ke Silvya, kedua orang tua Silvya tidak setuju dan Silvya pun memilih untuk tidak memperjuangkan perasaannya terhadap Chris. Silvya membiarkan Chris berjuang sendiri sementara Silvya lebih memilih untuk jalan dengan Hans yaitu pria pilihan papanya. Namun Hans ternyata malah menghamili wanita lain, membuat Silvya mau tidak mau harus putus dengan Hans. Sementara Chris? Penolakan Silvya membuat ia tawar hati. Chris memilih untuk hidup sendiri dan tidak lagi ingin kembali ke Silvya. Namun begitu mengetahui bahwa Maureen hamil, Chris tidak mau bercerai dengan Maureen. Ia memutuskan untuk kembali bersama dengan istrinya.

Ponsel Silvya tiba-tiba berdering dan muncul nama Jim di sana. 

"Halo?" 

-- "Sayang, aku sebentar lagi pulang, aku akan mengajakmu makan malam di luar. Di wardrobe ada sebuah gaun yang sudah kusiapkan untukmu. Pakailah itu," ujar Jim dari seberang sana.

"Kamu mau mengajakku makan malam?" tanya Silvya.

--" Iya, Sayang! Apakah kamu tidak mau? 

"Ehm, bukan begitu, kita bisa makan malam di hotel ini, kan? Kenapa harus keluar?" Gaya hidup Silvya yang super hemat membuatnya menghitung segala pengeluaran yang ada. Sekalipun ia tau bahwa Jim adalah pria dengan aset yang sangat banyak.

--"Aku ingin memanjakan istriku sebelum aku pergi. Ayolah, Sayang. Ini bukan sesuatu yang besar. Bersiaplah, sebentar lagi aku sampai."

"Oh, ya. Baiklah." 

Silvya bergegas masuk ke kamar dan membuka lemari yang ada di sana. Ia melihat sebuah gaun pesta yang berwarna emas dengan belahan dada yang rendah. Gaun pesta tanpa lengan dengan panjang hampir menutup seluruh kaki. Namun ternyata ada belahan yang setinggi paha ketika dikenakan. 

Silvya merasa sangat risih ketika mengenakan gaun yang seksi seperti itu. Selama ini pakaiannya selalu berlengan dan dibawah lutut. Kecuali gaun pernikahan yang bermodel Sabrina kemarin. Dan sekarang, ia harus memakai gaun pesta pemberian Jim.

"Ah! Ini terlalu vulgar," gumam Silvya sambil bercermin.

Sebenarnya gaun itu sangat pas di tubuh Silvya. Tapi karena Silvya merasa tidak nyaman dan kurang percaya diri, maka pakaian indah tersebut jadi terlihat aneh ketika dikenakan olehnya.

Ceklek!

Suara pintu dibuka mengagetkan Silvya. Jim datang dan ia sudah mengenakan setelan resmi. Pakaiannya sudah berubah bukan kaos casual yang tadi pagi.

"Kamu darimana? Kok sudah ganti baju dan rapi?" tanya Silvya sambil menatap Jim yang sudah maksimal penampilannya.

"Oh! Ya, aku tadi pulang sebentar. Aku pikir jika istriku sudah tampil sangat cantik, maka aku pun juga harus tampil sempurna di hadapan istriku," ujar Jim sambil memeluk pinggang Silvya dari belakang.

Silvya tersenyum merasakan sikap manis Jim padanya.

"Oh ya? Bunga yang kamu kirim, sangat indah. Aku menyukainya," ujar Silvya sambil menatap Jim dari cermin.

"Benarkah?! Aku tidak menyangka seleraku dalam memilih bunga ternyata disukai istriku." Jim mengecup pipi Silvya.

"Semua pemberianmu aku suka. Jadi jangan berpikir yang tidak-tidak." Silvya membalikkan badannya menatap ke dalam mata Jim yang berwarna coklat hazel.

"Emh! Ayo! Sebaiknya kita pergi." Jim berusaha mengalihkan tatapannya. Ditatap Silvya seperti itu membuatnya merasa tidak nyaman.

"Apakah ini sekedar makan malam biasa?" tanya Silvya ketika tangannya digandeng Jim.

"Nanti juga kamu tau." 

Dalam hitungan menit, pasangan pengantin baru itu sudah berada di jalan raya yang padat. Mobil sport Lamborghini yang dikendarai oleh Jim tidak bisa dengan leluasa berlari. Wajah Jim terlihat sebal dan gelisah. Berkali-kali ia melirik arloji rolexnya. 

Dan setelah berkutat dengan kemacetan yang menyita waktu hampir satu jam. Sampailah mereka di sebuah restaurant bergaya international. Jim menggunakan jasa valley parking. Ia menggandeng Silvya menuju restaurant lantai atas.

Pengunjung restaurant di lantai atas didominasi oleh orang-orang yang berpenampilan seperti Jim. Sangat formal sementara para wanitanya juga mengenakan gaun mewah berbagai model seperti buatan seorang designer ternama. Menurut pengamatan Silvya, keliatannya ini bukan sekedar acara makan malam biasa.

"Hey! Jim, how are you?" Seorang pria menyapa Jim dan mereka berpelukan sambil menepuk bahu masing-masing.

"I'm fine, Max. And how are you?" balas Jim sambil menggenggam erat jabatan tangan Max.

"Haha! As you can see, I'm still single and become a better person everyday," jawab Max sambil tertawa.

"Who is this?" Max menatap Silvya yang hanya tersenyum melihat percakapan antara Jim dengan temannya.

"Oh! This is Silvya. She is my wife." Jim menatap Silvya dengan bangga.

"Oh, really? Finally, you find someone, huh?" Max menyenggol bahu Jim.

"Haha! Yes, I am!" 

"Silvya, kamu silahkan ambil apapun yang kamu suka, aku akan menemui teman-temanku sebentar ya?" Jim melepaskan gandengannya dari tangan Silvya dan tanpa menunggu persetujuan Silvya, ia merangkul bahu Max dan berlalu dari sana.

Silvya mengerjapkan matanya sesaat lamanya, Jim meninggalkannya di acara megah seperti ini sendirian? Yang benar saja!! Silvya tertegun sesaat lamanya, tidak tau apa yang harus dilakukan. Pesta ini didominasi oleh orang asing. Kebanyakan dari mereka keliatannya bukan orang Indonesia. Bahasa yang bertebaran di sekeliling Silvya adalah bahasa asing. Sebenarnya ini acara apa? Silvya jadi bingung sendiri.

Acara pesta diadakan dengan konsep standing party. Jadi banyak orang berlalu lalang dengan membawa gelas dan minuman di tangan.

"Please, Miss." Seseorang yang berseragam menyodorkan nampan berisi minuman dan penganan di atas nampan. Namun Silvya hanya membalasnya dengan senyuman dan gelengan kepala.

Ia merasa sangat asing dengan lingkungannya bahkan ia tidak tau harus duduk di mana? Akhirnya, Silvya lebih memilih untuk pergi ke balkon dan berdiri di sana, menunggu keajaiban. Siapa tau Jim datang dan segera membawanya pergi dari tempat ini. 

Harapannya untuk makan malam romantis dengan sang suami buyar sudah! Ia kira Jim akan memberinya kejutan yang lebih heboh malam ini, seperti makan malam berdua sambil bercengkerama menikmati keindahan alam. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, dia harus terdampar dengan sekelompok orang asing yang sama sekali tidak dikenalnya! Oh! Kejutan dari Jim memang luar biasa!

Silvya menunggu sekitar beberapa menit, sebelum seorang pria asing mendatanginya dengan dua buah minuman berwarna merah di tangannya.

"Hey, I'm Bill. Wanna drink?" Sapa pria asing tersebut

"Ehm, No thanks," tolak Silvya.

"Hmm ... Why? I deliberately provide this wine for you," ujar Bill.

"Wine? I don't like wine." Silvya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"This wine is sweet, just like you. It won't make you drunk," bujuk Bill.

Silvya tersenyum kecil mendengar ucapan Bill yang terdengar seperti gombalan klasik itu.

"Oh C'mon. Don't dissapoint me, please!" Wajah Bill terlihat memohon.

Melihat itu, mau tidak mau Silvya menerima gelas yang disodorkan. 

"Thanks," jawab Silvya akhirnya. Ia menatap penuh keengganan dengan anggur yang sedang dipegangnya. Seumur hidup baru kali ini ia memegang gelas berisi minuman yang memabukkan.

"So, tell me your name!" Bill memulai percakapannya.

"I'm Silvya."

"Silvya? Wow! It's a beautiful name. Your name sounds like a princess," ucap Bill sambil menatap Silvya dengan tatapan menggoda.

"Haha! No! I'm Silvya, not Sophia." sahut Silvya sambil tersipu.

"Ow, yeah! You're right!" Bill ikut tersenyum mendengar Silvya merespon candaannya.

"So, did you come here alone?" Bill menyeruput minumannya.

"No, I'm with my husband."

"Oh really? But, where is he? Why he leaves you alone?" Bill menoleh ke sana kemari untuk memastikan bahwa suami Silvya tidak berada di sekitar mereka. 

"I don't know, he has some business to discusses with his friend." Silvya mengangkat bahunya.

"Oh I see." Bill menganggukkan kepalanya.

"Hey, let's drink Silvya." Bill mengangkat gelasnya mengajak Silvya untuk bersulang. 

Silvya tersenyum kecut mendengar ajakan Bill. Namun keliatannya ia harus menghargai usaha Bill membawakannya minuman. Jadi Silvya pun hanya menurut saja ketika Bill menempelkan gelas anggur mereka sampai berbunyi 'Ting!'

Bill menenggak habis minumannya dan ia menatap Silvya yang hanya menempelkan ujung bibirnya ke cairan berwarna merah.

"No, no! You should empty your glass, Silvya." Bill melarang Silvya menahan bibirnya di ujung gelas.

"No, Bill. I can't drink!" Silvya mulai tidak senang dengan cara Bill mengaturnya.

"Oh, trust me! It won't make you drunk!" Bill terus berusaha membuat Silvya menghabiskan minumannya.

"Bill!! Don't force me to do something I don't like!" Silvya mulai berkata tegas.

"Oh okay, okay! I don't wanna make you mad, I'm so sorry Silvya." Bill mulai melunak.

Ponsel Silvya tiba-tiba berdering. Dan muncul nama Jim di sana.

"Halo, Jim? Kamu dimana?" Silvya langsung bernafas lega. Ia ingin sesegera mungkin pergi dari hadapan Bill.

"Sayang, aku masih ada urusan sebentar, kamu tunggu dulu ya?" Silvya seketika merasa lemas mendengar ucapan Jim.

"Jim, aku membutuhkanmu sekarang!" Silvya berkata setengah berbisik. Matanya masih menatap ke arah Bill dengan was-was.

"Oh! Kamu ada di mana? Aku akan ke sana sekarang!" 

"Aku sedang di balkon. Datanglah kemari cepat!" Silvya membalikkan tubuhnya membelakangi Bill yang menatapnya dengan intens.

"Ok, I'm on my way, sweetie!" Panggilan pun di tutup.

Tapi Silvya masih q meletakkan gagang ponselnya di telinga. Berbuat seolah-olah ia masih berbicara dengan Jim dan tidak ingin memberi kesempatan pada Bill untuk mengajaknya bercakap-cakap.

"Sayang!" Silvya segera membalikkan badannya ketika mendengar suara Jim.

"Jim!" Silvya memasukkan ponselnya ke dalam clutch bagnya lalu menghampiri Jim dengan wajah lega.

"Jim?" Bill pun terlihat senang ketika bertemu dengan Jim.

"Bill? Hai!!" Kedua pria itu saling berpelukan sambil menepuk bahu masing-masing.

"So, is she your wife?" Bill menatap Jim dengan tatapan tak percaya.

"Yeah! Of course!" Jim menjawab dengan bangga.

"Oh!" Bill kembali menatap ke arah Silvya.

"Jim, sebaiknya kita pulang," ajak Silvya sambil melingkarkan lengannya ke lengan Jim.

"Sayang, aku masih ada urusan. Beri aku waktu 30 menit lagi, okay! Bill akan menemanimu. Kamu tidak perlu takut padanya. Dia adalah temanku." Jim berkata dengan nada yang menenangkan.

"Tapi, aku tidak suka minum anggur, Jim. Dan dia selalu memaksaku!" Silvya merajuk berharap Jim mengerti posisinya.

"Hey! Itu hanya anggur biasa, tidak akan membuatmu mabuk jika kamu hanya habis segelas ...!" Jim meraba dagu Silvya. Tatapannya begitu meyakinkan. Membuat Silvya semakin frustrasi dibuatnya. Jim ini kenapa sama sekali tidak membelanya? Bahkan semua keberatannya tidak ada yang dihiraukan!! 

"Bill! I'll leave my wife for a while, okay? I'd rather entrust my wife with you than anyone else." Jim mengerlingkan matanya ke arah Bill sambil menepuk bahunya.

Dan ia pun berlalu pergi! 

'Ya Tuhaaaan!' Silvya hanya bisa mengerang dalam hati

******

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status