Share

Sadar

Aku terus berjalan menyusuri jalanan kampus yang entah akan membawaku kemana. Pikiranku jadi kusut dari sehabis menemui Bang Fahmi. Pesan dari kata-katanya membuatku gila untuk memikirkan nasibku depannya. Akupun memilih untuk pulang saja, jadi ku langkahkan kaki menuju ke tempat parkir. Sialnya aku bertemu Dea sedang termenung di bangku taman. Niatku tidak ingin memperdulikannya tetapi hati ini tidak tega. Akhirnya akupun menemuinya.

“Ngapain?”tanyaku yang tiba-tiba muncul.

“Eh Bimo?”ucapnya membuka tangkupan tangan dari wajahnya. Aku tau dia habis menangis terlihat jelas di matanya yang sembab.

“Eh-enggak”Dea menggeleng kaku.

“berarti iya”aku mencoba duduk di sampingnya.

“Abis ngadep Bang Fahmi nih saya”

“Dimarahin ya?”tanyanya penasaran sambil menghadapku dan menatapku intens.

“Cuma dikasih peringatan supaya gak bawa pegi ceweknya sembarangan lagi”jawabku santai tapi memojok.

Dea menghela nafas gusar. “Dia jadi tempramen banget akhir-akhir ini”

“Mukul kamu?”tanyaku menyelidik.

“Ya enggak. Cuma agak keras, jadi suka marah-marah padahal cuma masalah sepele. Tadi aja aku dimarahin habis-habisan sampe malu diliatin orang. Dia jadi gak tau sikon kalo lagi emosi”

Aku ikut menghela nafas gusar “Namanya juga cowok, itu cara dia buat nunjukin rasa cemburu ke pasangannya. Semua cowok emang gitu, gak cuma Bang Fahmi aja atau mungkin kekhawatiran yang lebih ke kamu yang nyebabin dia kek gitu. Lagi pula Bang Fahmi akhir-akhir ini lagi sibuk mungkin karna capek jadi lampiasinnya ke kamu udah itu kamunya buat masalah lah cocok”jelasku mencoba menenangkan hatinya.

“Kok kamu malah belain Bang Fahmi sih rese deh”kesalnya.

“Gak bermaksud belain, cuma liat kenyataan aja”

“Diperingatin apa tadi sama Bang Fahmi”

“Rahasia lah”

“Ih sok-sok rahasia, belagu”

 “Yeee terserah saya”

Senang rasanya melihat Dea bisa tertawa lagi. “Yaudah deh saya mau balik”

“Eh kok buru-buru amat”

“Mau ngamen bund biasa”

“Sa ae u hahaha. Eh Bim kabar Miku gimana?”

“Dicolong sama tikus keknya”ucapku sambil beranjak meninggalkannya

“Ehhhhh Bimmmmm becandaaa kan? BIMOOOOO!”teriaknya yang sudah samar ku dengar karna aku sudah berjalan jauh darinya. Aku tertawa puas. Tolong aku bahagia.

---

#POVAdiraDealova

Aku masih di sini. Di tempat yang sama saat keluar dari ruang kuliah menunggu kekasihku selesai menjalankan tugas. Iya benar, pacarku adalah orang yang sangat sibuk dia orang yang paling di cari di kampus ini. Jabatannya menjadi ketua BEM Universitas yang membuatnya jadi orang paling berpengaruh di kampus jadi aku harus tegar selalu menjadi yang kedua di samping pekerjan-pekerjaanya. Hal itu juga yang sering membuatku kesepian berada di kampus ini.

Aku tipe orang yang tidak mudah akrab dengan orang. Pacarku orang yang pertama kali mendekatkan diri padaku sekaligus teman pertamaku di kampus, setelah itu aku tidak punya teman lagi dan tidak berniat juga mencari teman akrab di kampus. Entah rasanya tidak selera untuk mengakrabkan diri dengan orang baru karna aku tidak suka terlalu banyak basa-basi. Aku juga punya teman akrab di masa SMA, kita berpisah karna masing-masing dari kami punya jalan hidupnya sendiri sesudahnya aku jadi malas mencari teman lagi.

Oh ya tadi juga aku sempat bertemu dengan Bimo tetapi dia sudah pulang. Bimo adalah teman kedua aku di kampus ini, dia orangnya asik sekali, nyambung kalo diajak ngobrol sebab itu aku jadi senang maen bareng dia. Nunggu Bang Fahmi seperti ini, yang aku lakukan hanya mendengarkan lagu dengan headset sambil bermain handphone sesekali memperhatikan orang yang lalu lalang di hadapanku. Bosan? Tentu saja, tetapi apa boleh buat dari pada dia nanti marah lagi karna aku asik bermain bersama orang lain.

Sebuah tangan menyenggol pundakku sontak aku kaget.

“Ih... ku kira siapa!”kesalku pada pacarku.

“Ya kok belum pulang? malah nungguin kamu”

“Lah kemarin ditinggalin pulang marah, sekarang ditungguin malah nanya”

“Ya ini udah jam berapa kamu belum pulang? Bentar lagi magrib. Ini kamu beneran dari tadi banget di sini? Heh udah makan belum?”tanyanya dengan raut wajah khawatir.

“Ini makan roti tadi”ucapku sambil menunjukkan bungkusan roti yang tadi aku makan.

“Kan aku udah bilang kalo aku lama banget kayak gini kamu boleh pulang duluan”

“Kan aku jaga-jaga dari pada kamu ngomel aku pulang sama siapa dll. Ribet ntarnya”

“Selagi kamu pulang sama gojek atau angkutan umum aku gak bakal marah”

“Selagi ada yang geratis ngapain bayar?”ucapku asal

“Oh kamu masih mau balik bareng Bimo?”tanyanya memicingkan mata ke arahku dengan tatapan tak suka.

“Ya ampun kamu jadi sensitif banget si sama Bimo. Dia udah aku anggep temen sendiri loh sayang. Kan kamu tau aku gak punya temen di kampus ini, dari pada aku kesepian nungguin kamu gak ada salahnya kan?”

“Iya maen sampe seharian gak ada kabar”ucapnya dengan nada kesal.

“Tuh kan dibahas lagi, kamu tuh gitu loh baperan banget”

“Yaudah yang penting tau batasan, lagian bentar lagi Bimo juga bakal sibuk abis soalnya mau aku angkat jadi ketua BEM Fakultas periode tahun ini”

“Ya ampun baru juga punya temen. Terus dianya mau?”tanyaku kesal

“Belum tau sih, semoga aja mau hehe”balasnya sambil menyengir kuda.

“Udah yok aku anter pulang bentar lagi magrib. Udah nelfon bapak kan kalo kamu pulang telat?”

“Belum hehe”sambil beranjak bangun.

“Hih kamu ini kebiasaan, ntar aku malah dicap jelek lagi bawa anaknya balik magrib teus”ucapnya sambil memegang gemas kepala ku dan menuntunku berjalan menuju tempat parkir untuk segera pulang.

---

#POVBimoPrakoso

Aku melihatnya berjalan bersama kekasihnya. Syukurlah kalau mereka sudah baikan sudah mengurangi beban fikiran walau hanya sedikit. Hati ini sebenarnya panas, sedang ku kondisikan untuk tetap di batas normal. Aku tidak ingin terlalu terpacu dengan hal yang memang tidak terlihat bentuk warnanya, samar yang tidak berwujud. Aku benci itu.

“Eh Bim? Kok di sini? Bukannya tadi kamu pulang?”tanya makhluk ilusi itu yang akhirnya melihat keberadaanku baru saja tiba di tempat parkir.

Organisasiku tiba-tiba mengadakan rapat dadakan yang anggotanya diwajibkan untuk hadir. Jadi, mau-tidak mau aku harus ke kampus lagi untuk menghadiri rapat tersebut. Posisiku juga lumayan penting di situ yaitu menjadi ketua pelaksana dalam pengadaan event tahunan di dalam organisasi kampus tersebut,.

“Ada rapat dadakan Bim?”tanya Bang Fahmi yang sepertinya sudah tahu.

“Iya Bang, gebyar pelajar edukatif ngadain rapat dadakan sehabis magrib nanti”

“Owalah oke duluan ya Bim”ucap Bang Fahmi sambil menstarterkan motor gedenya, kemudian Dea menaiki motor tersebut.

“Bimo duluan ya..”ucap Dea sambil melambaikan tangan ke arahku kemudian motor itu membawanya pergi sampai tidak terlihat lagi dari pandanganku.

“Berharap apa sih Bim?”tanyaku pada diri sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status