Share

Pemaksaan

Penulis: Si Nicegirl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-14 01:08:07

Dalam sekejap mata, Erlan sudah membuat Laura berada di atas meja kerjanya, tanpa mempedulikan lagi punggung Laura yang sakit akibat terkena lampu meja yang langsung terjatuh ke lantai dan pecah menjadi beberapa bagian.

Dengan sekuat tenaga Laura mencoba melepaskan diri dari Erlan, meski ia tahu Erlan yang sudah seperti kesetanan itu tidak akan melepaskannya sebelum apa yang Erlan inginkan tercapai, dalam hal ini menyetubuhi Laura.

Karena jika Erlan memang sangat menginginkannya, maka pria itu akan selalu mendapatkannya, seperti sebelum-sebelumnya. Dan pada akhirnya, Laura hanya dapat merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya, terutama di area pribadinya.

Membayangkan akhirnya akan seperti apa, Laura semakin keras berontak, namun semakin keras juga Erlan menahannya di atas meja, hingga Laura tidak dapat bergerak sedikitpun, bahkan untuk menggerakkan kakinya sekalipun.

"Aku menginginkanmu sekarang! Hari ini masa suburmu kan? Itu bagus supaya segera hadir buah hati kita ke dunia ini."

"Lepaskan aku sialan! Aku akan menuntutmu dengan pasal pemerkosaan, sekaligus KDRT. Apa kamu pikir suami memperkosa istrinya sendiri tidak akan mendapatkan hukuman?" ancam Laura.

"Silahkan laporkan saja, maka video yang aku perlihatkan tadi juga video lainnya akan menjadi trending topik di media sosial nantinya."

"Sebarkan saja aku tidak takut! Sebarkan kalau memang kamu mau terkena undang-undang ITE!"

Laura menyesali dirinya yang memilih rok di atas lutut sebagai pakaian kerjanya hari ini. Karena mempermudahkan tangan Erlan yang mengusap paha Laura, dan mulai menyelinap masuk ke area pribadi Laura.

"Jauhkan tanganmu dari sana!" teriak Laura, ia kembali memberontak lagi dan seperti yang sebelumnya, hanya kesia-siaan saja yang ia dapatkan.

"Apa kamu yakin akan menjauhkan tangan yang akan memberikanmu kenikmatan?"

Kenikmatan? Bukan kenikmatan yang akan Laura dapatkan, tapi rasa sakit yang teramat sangat pastinya. Laura kembali memekik saat dengan kasar Erlan menarik lepas pakaian dalamnya, lalu melempar benda segitiga itu dengan asal sambil menyeringai puas pada Laura,

"Apa kamu mau memegang milikku?" tanyanya.

"Aku akan mematahkannya!" geram Laura.

Kalau perlu Laura ingin sekali menghancurkannya, agar ia tidak perlu merasakan milik Erlan lagi yang selalu berhasil membuatnya kesakitan itu. Seringaian Erlan seketika menghilang dari wajahnya, berganti dengan wajah bengisnya yang biasa pria itu perlihatkan jika ingin menyakiti Laura.

Dan tanpa banyak berkata-kata lagi, Erlan pun segera menurunkan resleting celananya lalu menurunkannya hingga batas lututnya.

Takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, terutama kemungkinan besar ia akan mengandung anak Erlan, Laura pun mencoba bernegosiasi dengan Erlan, ia akan memberikan apa yang sangat pria itu inginkan, 

"Aku akan menyerahkan seluruh sahamku padamu, jika kamu membatalkan niatmu itu dan bersedia menceraikanku!"

"Umm, tawaran yang menggiurkan. Siapa yang akan menolak saham sebesar itu. Tapi jika harus dibayar dengan menceraikanmu ... Aku tidak mau! Aku belum puas menghukummu! Aku masih ingin terus menyiksamu! Percuma aku memiliki segalanya kalau aku tetap tidak bisa bersama dengan Tiara! Karena aku tidak bisa bersama dengan wanita yang sangat aku cintai itu lagi, maka aku tidak akan pernah melepaskanmu begitu saja!" tolak Erlan sebelum mendorong masuk miliknya dengan kasar,

"Arrgghhh!" pekik kesakitan Laura. Airmatapun tanpa diminta terus mengalir ke pipi Laura, terutama tiap kali Erlan bergerak kasar di dalam dirinya, rasanya ia ingin menyudahi saja hidupnya saat itu juga, daripada harus terus menerima penghinaan itu.

"Hentikan Erlan, hentikan!" pinta Laura putus asa. Ia sama sekali tidak dapat bergerak di bawah tekanan pria itu.

"Aahhh ... Dengan kamu yang pasiv saja sudah seenak ini, bagaimana kalau kamu aktif juga berhubungan badan denganku. Bersama kita akan mencapai puncak kenikmatan.”

'Jangan mimpi!' Laura hanya dapat menggerutukan kata-kata itu di dalam hatinya, karena bibirnya yang tidak dapat mengucapkannya akibat menahan rasa sakit yang teramat sangat hingga Laura menggigit bibir bawahnya sendiri.

Waktu terasa berjalan lambat saat itu. Karena Erlan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda akan mencapai puncaknya. 

"Erlan! Arghhh hentikan!"

Airmata Laura kembali mengalir, ia teramat sangat kesakitan. Merasa memohon dan berontak tidak akan berhasil mengetuk hati Erlan, maka Laura hanya bisa pasrah saja. Satu hal yang tidak akan pernah ia ragukan lagi, kebenciannya pada Erlan semakin meningkat. Keinginan untuk bercerai darinya pun semakin kuat.

Entah berapa lama proses menyakitkan itu terus berlangsung, hingga akhirnya Erlan menggeram keras saat ia mencapai pelepasannya. Rahang Laura mengencang, ia hanya bisa berdoa semoga saja Tuhan masih berbaik hati padanya dengan tidak membiarkan dirinya hamil.

Dan ia pun akan memastikan ini kali terakhirnya Erlan melakukan itu. Lain kali, ia tidak akan membiarkan dirinya hanya berdua saja dengan Erlan. Ia akan mempekerjakan bodyguard untuk mengamankannya, untuk menjauhkannya dari pria itu.

"Jaga baik-baik calon anakku!" tegas Erlan sambil mencabut milknya. Laura meringis pelan karena rasa nyeri yang menyertainya. Ia masih terdiam pada posisinya. Merutuki Erlan di dalam hatinya, serta mengasihani dirinya sendiri yang cukup sial bersuamikan pria tak berperasaan itu.

Setelah merapikan dirinya kembali, Erlan menunduk hingga wajahnya sejajar dengan Laura. Matanya menatap penuh mata Laura, meski Laura tidak sudi melihatnya.

"Pikirkan kembali niatmu itu! Atau aku akan memberikan hukuman padamu yang jauh lebih menyakitkan dari sekarang. Dengan bukti-bukti yang kamu punya sekarang ini, kamu tidak akan bisa mengalahkanku. Apalagi dengan pengacara konyolmu itu!"

Seolah Erlan tahu saja bukti-bukti yang telah Laura kumpulkan selama ini. Dan Laura yakin betul kalau Erlan hanya sedang menggertaknya saja. ia akan tetap pada pendiriannya untuk menuntut cerai.

Tidak mendapatkan respon dari Laura, apalagi mata wanita itu tidak tertuju padanya, Erlan pun dengan kasar menekan dagu Laura, hingga mau tidak mau tatapan Laura tertuju padanya,

"Tatap aku kalau aku sedang bicara!" geramnya namun Laura tetap membisu. Untung saja airmata Laura sudah berhenti mengalir, Laura berjanji untuk tidak akan pernah memperlihatkan kelemahannya lagi di depan pria itu.,

"Inilah yang aku benci darimu, kamu yang keras kepala dan tidak pernah mengakui kesalahanmu! Baiklah, untuk saat ini aku tidak akan mengganggu waktumu lagi. Tapi nanti malam, aku tunggu kamu di kamar kita!"  Setelah mengatakan itu, Erlan bergegas pergi dari ruang kerja Laura. Sambil menahan sakit, Laura bergerak turun namun kakinya yang lemah tidak dapat menopang dirinya, hingga ia terjatuh ke lantai.

Barulah saat itu ia mengizinkan airmatanya kembali mengalir dalam isakannya yang memilukan. Dan tanpa sadar, ia memukuli perutnya sendiri agar benih Erlan yang sudah masuk ke dalam dirinya mengalir keluar lagi, meski ia tahu hal itu tidak akan banyak membantu.

"Aku tidak sudi mengandung anak Erlan! Aku tidak mau!" teriaknya disela isakannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Unperfect Marriage Revenge   Rencana Balas Dendam

    "Jangan pergi Ra, pria itu hanya akan memanfaatkan kepolosan kamu saja, setelah dia puas kamu akan dibuang begitu saja seperti sampah!" cegah Rendra saat adik perempuan satu-satunya itu berniat melarikan diri dengan kekasihnya yang sama sekali tidak direstui keluarganya karena skandalnya dengan banyak wanita."Erlan mencintaiku dengan tulus, Rendra. Dia tidak akan menyakiti aku! Kenapa kamu dan Papa tidak mempercayainya sama sekali?""Karena aku dan Papa kenal betul pria seperti apa Erlan itu! Apa kedua mata kamu itu buta, Ra? Berapa banyak wanita yang sudah menjadi korbannya?""Aku tahu itu. Tapi denganku berbeda, Erlan sendiri yang memberitahuku. Jika kami menikah nanti, Erlan sudah berjanji akan berubah. Dia hanya akan menjadi milikku untuk selamanya.""Kamu menerimanya begitu saja setelah banyak wanita yang tersakiti olehnya?""Mereka hanya akan menjadi masa lalu Erlan, sementara aku masa depannya. Aku hanya akan peduli pada yang terjadi kedepannya, bukan di belakangnya, bukan pad

  • Unperfect Marriage Revenge   Kekerasan Fisik

    "Lan, aku tidak mau!" Laura menepis tangan Erlan yang ingin menarik lepas dressnya. Sekuat tenaga ia menolak keinginan Erlan yang ingin bercinta dengannya. Selain karena Laura tidak membawa pil kontrasepsinya, ia juga terlalu jijik untuk bersentuhan lagi dengan pria itu.Namun bukan Erlan namanya kalau tidak memaksakan kehendaknya, pria itu seketika geram dengan penolakan Laura, tampara keras pun mendarat di pipi Laura,"Berani kamu menolakku!""Aku sedang datang bulan, Lan!" elak Laura sambil mengusap pipinya yang luar biasa nyeri. Ia melangkah mundur saat Erlan perlahan maju semakin mendekatinya."Alasan! Aku tahu benar ini bukan tanggalnya."Laura mengelak saat Erlan bersiap meraih tangannya, ia berlindung di balik sofa panjang kamar suite itu,"Tanggalnya memang bisa maju bisa mundur juga, Lan. Untuk apa aku membohongimu.""Untuk apa? Bukannya kamu sudah sering membohongiku? Aku tidak akan pervaya sebelum aku melihatnya langsung dengan mata kepala aku sendiri!" desisnya. Laura m

  • Unperfect Marriage Revenge   Suasana Hati Yang Bagus

    "Apa aku tidak tahu kado itu juga palsu?" desisnya dengan penuh kebencian.Laura terkulai lemah, bukan karena cengkraman tangan Erlan di lehernya yang menyebabkan Laura sulit bernapas. Tapi karena satu-satunya tempat Laura menggantungkan harapan kini telah punah. Dan ia harus menghadapi Erlan seorang diri lagi.'Rendra, kenapa kamu setega ini padaku?' tanyanya dalam hati, dan ia menitikkan airmata untuk satu lagi pria yang menyakiti dan mengecewakannya.Laura memejamkan kedua matanhya dengan pasrah. Apakah tidak ada satu pun yang menyayanginya dengan tulus selain dari sahabat-sahabatnya? Tidak orangtuanya, tidak juga seseorang yang baru saja masuk ke dalam kehidupannya.JIka Laura memang harus ditakdirkan mati saat itu juga di tangan Erlan, maka itu akan jauh lebih baik untuknya. Persetan dengan balas dendamnya."Untuk siapa sebenarnya kamu siapkan kado itu? Karena aku sudah tahu pasti, kamu tidak akan peduli dengan hari Anniversary kita, apalagi peduli padaku hingga membelikanku jam

  • Unperfect Marriage Revenge   Hadiah Palsu

    Sama halnya dengan Laura, Rendra pun tidak kalah kagetnya dengan pesta yang sangat tiba-tiba itu. Dengan Erlan yang tidak memberitahunya perihal pesta kejutan yang pria itu siapkan untuk Laura, itu berarti Erlan belum sepenuhnya percaya pada Rendra. Dan akan sulit bagi Rendra menyelidiki kebusukan Erlan jika ia belum sepenuhnya menjadi orang kepercayaan Etlan.Setelah Laura turun, Rendra kembali melajukan mobilnya untuk parkir di tempat biasanya. Ia menarik salah seorang bodyguard Rendra untuk bertanya,"Kenapa banyak sekali tamu? Ada pesta apa? Kenapa aku tidak diberitahu?""Aku juga baru tahu setelah kalian pergi tadi. Tuan Erlan meminta kami mendekor rumah ini dalam waktu singkat," jawab pria itu dengan keringat yang masih terlihat membasahi keningnya."Dalam rangka apa pesta ini?""Menurut yang aku dengar, hari ini adalah Anniversary Tuan Erlan dan Bu Laura. Tuan ingin memberikan kejutan untuk Bu Laura, manis sekali bukan? Nampaknya Tuan Erlan memang tergila-gila dengan Bu Laura."

  • Unperfect Marriage Revenge   Pesta Kejutan

    "Kenapa ramai sekali mobil yang parkir? Apa aku melupakan pesta yang Erlan buat?" Laura bertanya pada dirinya sendiri, namun Rangga tetap menjawabnya,"Saya juga baru mengetahuinya, Bu Laura. Pasti ada sesuatu yang menyebabkan Tuan Erlan mengadakan pesta dadakan.""Panggil saja Laura, ketika kita sedang berdua.""Saya masih belum berani, Bu Laura. Apalagi masih di lingkungan rumah, dindingnya saja memiliki telinga.""Terserahmu lah!"Setelah mengatakan itu Laura bergegas turun setelah salah satu pengawal membukakan pintu untuknya. Sementara itu Rendra langsung melajukan lagi mobilnya ke area parkir khusus."Nah, bintang pesta hari ini telah tiba, mari kita sambut kehadirannya dengan tepuk tangan yang super meriah!" seru Erlan saat Laura baru saja memasuki rumah disusul dengan biltz beberapa media yang tertuju padanya.Di hadapan banyak tamu dan juga awak media, mau tidak mau Laura pun menyunggingkan senyumannya dan membiarkan Erlan mengecup mesra keningnya sambil melingkarkan lenganny

  • Unperfect Marriage Revenge   Malaikat Pelindung

    "Jadi kesepakatanmu dengan Chintya batal hanya karena kamu mengikuti saran Rendra?" tanya Vanya dengan nada dongkol. Tidak mudah membujuk Chintya untuk mau membantu Laura mengingat betapa selektifnya Chintya jika menyangkut pria."Rendra memiliki alasan yang cukup masuk akal, untungnya aku belum menjalankan rencana kita," desah Laura sambil menyandarkan punggungnya di sofa, sudut matanya menangkap gerakan tangan Erlan saat pria itu menyeruput kopinya. Seperti biasa, mereka duduk di meja terpisah.Vanya menyondongkan tubuhnya ke LLaura saat bertanya, "Kamu percaya begitu saja padanya?""Percaya tidak percaya, Van. Tapi aku percaya satu hal, Rendra memiliki alasan tersendiri saat memutuskan bekerja dengan Erlan. Pria itu ... Tidak sesederhana kelihatannya.""Yeah i know. Termasuk juga rencananya untuk membawamu ke tempat tidurnya!" sungut Vanya."Ya Tuhan! Itu tidak mungkin," sangkal Laura, sekali lagi ia melirik Rendra yang masih asik menikmati kopinya seolah tidak peduli dengan pemb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status