Share

Pemaksaan

Dalam sekejap mata, Erlan sudah membuat Laura berada di atas meja kerjanya, tanpa mempedulikan lagi punggung Laura yang sakit akibat terkena lampu meja yang langsung terjatuh ke lantai dan pecah menjadi beberapa bagian.

Dengan sekuat tenaga Laura mencoba melepaskan diri dari Erlan, meski ia tahu Erlan yang sudah seperti kesetanan itu tidak akan melepaskannya sebelum apa yang Erlan inginkan tercapai, dalam hal ini menyetubuhi Laura.

Karena jika Erlan memang sangat menginginkannya, maka pria itu akan selalu mendapatkannya, seperti sebelum-sebelumnya. Dan pada akhirnya, Laura hanya dapat merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya, terutama di area pribadinya.

Membayangkan akhirnya akan seperti apa, Laura semakin keras berontak, namun semakin keras juga Erlan menahannya di atas meja, hingga Laura tidak dapat bergerak sedikitpun, bahkan untuk menggerakkan kakinya sekalipun.

"Aku menginginkanmu sekarang! Hari ini masa suburmu kan? Itu bagus supaya segera hadir buah hati kita ke dunia ini."

"Lepaskan aku sialan! Aku akan menuntutmu dengan pasal pemerkosaan, sekaligus KDRT. Apa kamu pikir suami memperkosa istrinya sendiri tidak akan mendapatkan hukuman?" ancam Laura.

"Silahkan laporkan saja, maka video yang aku perlihatkan tadi juga video lainnya akan menjadi trending topik di media sosial nantinya."

"Sebarkan saja aku tidak takut! Sebarkan kalau memang kamu mau terkena undang-undang ITE!"

Laura menyesali dirinya yang memilih rok di atas lutut sebagai pakaian kerjanya hari ini. Karena mempermudahkan tangan Erlan yang mengusap paha Laura, dan mulai menyelinap masuk ke area pribadi Laura.

"Jauhkan tanganmu dari sana!" teriak Laura, ia kembali memberontak lagi dan seperti yang sebelumnya, hanya kesia-siaan saja yang ia dapatkan.

"Apa kamu yakin akan menjauhkan tangan yang akan memberikanmu kenikmatan?"

Kenikmatan? Bukan kenikmatan yang akan Laura dapatkan, tapi rasa sakit yang teramat sangat pastinya. Laura kembali memekik saat dengan kasar Erlan menarik lepas pakaian dalamnya, lalu melempar benda segitiga itu dengan asal sambil menyeringai puas pada Laura,

"Apa kamu mau memegang milikku?" tanyanya.

"Aku akan mematahkannya!" geram Laura.

Kalau perlu Laura ingin sekali menghancurkannya, agar ia tidak perlu merasakan milik Erlan lagi yang selalu berhasil membuatnya kesakitan itu. Seringaian Erlan seketika menghilang dari wajahnya, berganti dengan wajah bengisnya yang biasa pria itu perlihatkan jika ingin menyakiti Laura.

Dan tanpa banyak berkata-kata lagi, Erlan pun segera menurunkan resleting celananya lalu menurunkannya hingga batas lututnya.

Takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, terutama kemungkinan besar ia akan mengandung anak Erlan, Laura pun mencoba bernegosiasi dengan Erlan, ia akan memberikan apa yang sangat pria itu inginkan, 

"Aku akan menyerahkan seluruh sahamku padamu, jika kamu membatalkan niatmu itu dan bersedia menceraikanku!"

"Umm, tawaran yang menggiurkan. Siapa yang akan menolak saham sebesar itu. Tapi jika harus dibayar dengan menceraikanmu ... Aku tidak mau! Aku belum puas menghukummu! Aku masih ingin terus menyiksamu! Percuma aku memiliki segalanya kalau aku tetap tidak bisa bersama dengan Tiara! Karena aku tidak bisa bersama dengan wanita yang sangat aku cintai itu lagi, maka aku tidak akan pernah melepaskanmu begitu saja!" tolak Erlan sebelum mendorong masuk miliknya dengan kasar,

"Arrgghhh!" pekik kesakitan Laura. Airmatapun tanpa diminta terus mengalir ke pipi Laura, terutama tiap kali Erlan bergerak kasar di dalam dirinya, rasanya ia ingin menyudahi saja hidupnya saat itu juga, daripada harus terus menerima penghinaan itu.

"Hentikan Erlan, hentikan!" pinta Laura putus asa. Ia sama sekali tidak dapat bergerak di bawah tekanan pria itu.

"Aahhh ... Dengan kamu yang pasiv saja sudah seenak ini, bagaimana kalau kamu aktif juga berhubungan badan denganku. Bersama kita akan mencapai puncak kenikmatan.”

'Jangan mimpi!' Laura hanya dapat menggerutukan kata-kata itu di dalam hatinya, karena bibirnya yang tidak dapat mengucapkannya akibat menahan rasa sakit yang teramat sangat hingga Laura menggigit bibir bawahnya sendiri.

Waktu terasa berjalan lambat saat itu. Karena Erlan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda akan mencapai puncaknya. 

"Erlan! Arghhh hentikan!"

Airmata Laura kembali mengalir, ia teramat sangat kesakitan. Merasa memohon dan berontak tidak akan berhasil mengetuk hati Erlan, maka Laura hanya bisa pasrah saja. Satu hal yang tidak akan pernah ia ragukan lagi, kebenciannya pada Erlan semakin meningkat. Keinginan untuk bercerai darinya pun semakin kuat.

Entah berapa lama proses menyakitkan itu terus berlangsung, hingga akhirnya Erlan menggeram keras saat ia mencapai pelepasannya. Rahang Laura mengencang, ia hanya bisa berdoa semoga saja Tuhan masih berbaik hati padanya dengan tidak membiarkan dirinya hamil.

Dan ia pun akan memastikan ini kali terakhirnya Erlan melakukan itu. Lain kali, ia tidak akan membiarkan dirinya hanya berdua saja dengan Erlan. Ia akan mempekerjakan bodyguard untuk mengamankannya, untuk menjauhkannya dari pria itu.

"Jaga baik-baik calon anakku!" tegas Erlan sambil mencabut milknya. Laura meringis pelan karena rasa nyeri yang menyertainya. Ia masih terdiam pada posisinya. Merutuki Erlan di dalam hatinya, serta mengasihani dirinya sendiri yang cukup sial bersuamikan pria tak berperasaan itu.

Setelah merapikan dirinya kembali, Erlan menunduk hingga wajahnya sejajar dengan Laura. Matanya menatap penuh mata Laura, meski Laura tidak sudi melihatnya.

"Pikirkan kembali niatmu itu! Atau aku akan memberikan hukuman padamu yang jauh lebih menyakitkan dari sekarang. Dengan bukti-bukti yang kamu punya sekarang ini, kamu tidak akan bisa mengalahkanku. Apalagi dengan pengacara konyolmu itu!"

Seolah Erlan tahu saja bukti-bukti yang telah Laura kumpulkan selama ini. Dan Laura yakin betul kalau Erlan hanya sedang menggertaknya saja. ia akan tetap pada pendiriannya untuk menuntut cerai.

Tidak mendapatkan respon dari Laura, apalagi mata wanita itu tidak tertuju padanya, Erlan pun dengan kasar menekan dagu Laura, hingga mau tidak mau tatapan Laura tertuju padanya,

"Tatap aku kalau aku sedang bicara!" geramnya namun Laura tetap membisu. Untung saja airmata Laura sudah berhenti mengalir, Laura berjanji untuk tidak akan pernah memperlihatkan kelemahannya lagi di depan pria itu.,

"Inilah yang aku benci darimu, kamu yang keras kepala dan tidak pernah mengakui kesalahanmu! Baiklah, untuk saat ini aku tidak akan mengganggu waktumu lagi. Tapi nanti malam, aku tunggu kamu di kamar kita!"  Setelah mengatakan itu, Erlan bergegas pergi dari ruang kerja Laura. Sambil menahan sakit, Laura bergerak turun namun kakinya yang lemah tidak dapat menopang dirinya, hingga ia terjatuh ke lantai.

Barulah saat itu ia mengizinkan airmatanya kembali mengalir dalam isakannya yang memilukan. Dan tanpa sadar, ia memukuli perutnya sendiri agar benih Erlan yang sudah masuk ke dalam dirinya mengalir keluar lagi, meski ia tahu hal itu tidak akan banyak membantu.

"Aku tidak sudi mengandung anak Erlan! Aku tidak mau!" teriaknya disela isakannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status