Beranda / Rumah Tangga / Unperfect Marriage / 05. Cerai karena Irasya hamil?

Share

05. Cerai karena Irasya hamil?

Penulis: bigelbul
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-19 18:00:56

“Mas, pulangnya masih lama?”

“Ini udah di mobil, Bigel. Mas bawain ikan laut pedas yang Bigel pesan. Sabar, ya?”

“Aku hari ini pamit pergi ya, Mas. Kedepannya kalau mau antar surat cerai, Mas bisa telepon aku. Kalau anak kita udah lahir, aku juga bakal kasih tau Mas.”

Hasbi mengerem secara mendadak karena rasa terkejutnya yang bukan main. “Bigel! Apa-apaan? Apa yang kau katakan barusan! Kau mau kemana? Jangan main-main begini. Aku tidak suka, Bigel!” kecam Hasbi karena rasa marahnya mulai tersulut.

“Aku mau pulang ke kampung halaman ibuku.”

Hasbi mengusap wajahnya dengan kasar, heran dengan sikap Bigel yang seperti ini. “Kau mau pulang untuk apa? Bukannya sudah tidak ada lagi keluarga disana? Kenapa tiba-tiba minta cerai? Jika memang ingin kesana, kita akan kesana. Bukan cerai seperti ini, Bigel.”

“Intinya, aku ingin keluar dari rumah sore ini. Aku akan membawa semua barang-barangku.”

“Bigel, apa yang terjadi? Lima bulan pernikahan kita dan sudah dua bulan kita berusaha untuk saling memahami dan menerima satu sama lain. Aku sudah mengatakan jika aku sedang berusaha untuk hubungan kita, tapi ini ....”

“Serahkan saja surat cerainya jika sudah siap. Posisiku disini hanya menggantikan Irasya yang menghilang saat pernikahan itu. Mas sendiri yang bilang, jika Irasya kembali maka Mas akan menceraikanku, kan?”

Dug!

Irasya kembali? Secepat ini? Di saat Hasbi berusaha memberikan sepenuh hatinya untuk ditata Bigel sebaik mungkin?

“Irasya ada d-disini?”

“Dia pulang kesini, lebih tepatnya rumah ini. Jadi, tugasku sudah selesai, Mas Hasbi,” ucap Bigel. Terdengar suara pintu lemari dibuka dan Bigel menurunkan baju-bajunya dengan satu tangan yang lain.

Hasbi meremat kemudi setirnya dan mulai terasa keringat dingin mengalir dari kepalanya turun membahasi punggungnya. Dia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya mendengar fakta bahwa Irasya kembali dan mencarinya.

“Mas Hasbi?”

“Bigel,” balas Hasbi.

“Mas tidak salah.”

“Aku akan pulang dan jangan pergi sampai aku datang. Kita akan membicarakan ini. Jangan mengatakan apapun lagi, aku tidak ingin mendengarnya.”

“T-tapi ....”

Hasbi menutup percakapan dengan mematikan ponselnya lebih dulu. Dia kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

***

“Hasbi!”

Seperkian detik Hasbi membeku di tempat, lalu badannya berbalik sembari mengepalkan kedua tangannya. Dia hapal, itu suara khas milik Irasya yang dulu adalah favoritnya.

“Irasya?” Rasa campur aduk yang tidak Hasbi mengerti, ada rasa bahagia bisa melihat wajah gadis yang dulu sangat ia cintai.

“Hasbi, ini aku.”

“Kau kembali?”

Mata Irasya tidak pernah bohong, dia sangat merindukan sosok Hasbi dan segera berlari untuk memeluk pria yang ia cintai itu. Adegan pelukan sepihak yang dilakukan Irasya, justru ditonton Bigel dari dalam rumah.

Hasbi memilih diam dan tidak membalas pelukan Irasya karena dia bingung pada arah hatinya. Jika ditanya apa dia rindu pada Irasya? Jawabannya adalah iya. Tapi, bersamaan dengan itu dia tidak tega membuat Bigel kembali terluka.

“Hasbi, aku sendirian ....”

Hasbi melepaskan pelukan Irasya secara perlahan dengan mendorong pelan bahu wanita itu. “Irasya, aku sudah menikah. Aku tidak mengerti kenapa kau pergi sebelum acara pernikahan. Aku ingin tahu alasannya, tapi tidak sekarang karena aku belum siap dengan jawabannya. Pulanglah, aku—“

“Mama. Itu mama,” potong Irasya langsung. Wanita itu memilih menggenggam kedua tangan Hasbi dengan erat. “Aku sangat mencintaimu, tapi mama tidak suka padaku. Dia hanya i-ingin wanita pilihannya yang menjadi istrimu.”

“Begitu, ya,” balas Hasbi sambil memperhatikan tangannya yang digenggam oleh Irasya. “D-dari awal alasannya pasti mama. Waktu itu, aku mengatakan untuk jangan mendengarkan omongan mama. Kalau begini, aku merasa kau yang tidak siap menikah denganku,” tambahnya. Lalu, melepaskan tangan Irasya begitu saja.

“Maafkan aku, Mama mengancam akan membuat kehidupanku benar-benar hancur. Kau t-tidak mengerti dengan posisiku, Hasbi ...,” lirihan Irasya membuat Hasbi sedikit meluluh. “A-aku benar-benar takut karena aku sendirian ....” Air matanya jatuh karena tidak tahan.

Hasbi memejamkan matanya sebentar, laru menatap lembut pada Irasya. Rasa itu, kian hancur dan menjadi hambar. “Pulanglah, kepalaku sedang pusing untuk mencerna semuanya. Kita bicarakan nanti saja. Ada yang lebih penting untuk aku urus saat ini.”

Ketika Hasbi hendak berbalik, Irasya menahan lengannya lagi dengan kuat. “I-itu Bigel, kan? S-sesuatu yang penting?”

Tanpa ragu, Hasbi mengangguk sebagai jawaban.

“A-aku hamil, anakmu.”

Bagai dikejutkan dengan petir, mata Hasbi membola sempurna dan aliran darahnya berdesir seperti mendidih. Apa yang diucapkan Irasya adalah pukulan terberat untuk beban pundaknya.

“H-hamil?”

Irasya mengangguk dengan isak tangis yang keluar pecah. “Aku kembali u-untuk ini. Satu bulan sebelum pernikahan, aku sudah telat datang bulan. H-hasbi ... enam bulan.”

“Kenapa baru sekarang mengatakannya?”

“A-aku baru tahu, Hasbi. K-kau tidak akan meninggalkannya sendiri, kan? Setidaknya, ingat jika ini darah dagingmu,” pinta Irasya dengan penuh harap.

Lagi, Hasbi menepis pelan tangan Irasya yang menggenggam erat tangannya. “Pulanglah, aku akan bertanggung jawab jika menyangkut darah dagingku. Jangan kesini lagi, Bigel juga sedang hamil,” ucap Hasbi dan benar-benar melangkahkan kakinya menjauh dari Irasya.

“H-hasbi.”

Seolah menulikan telinganya, Hasbi benar-benar tidak menoleh lagi untuk sekedar melihat Irasya yang masih menangis disana.

Kret.

Bunyi pintu yang dibuka oleh Hasbi, Bigel sudah berdiri di ruang tamu dengan dua tas besar berisi bajunya dan perlengkapannya yang lain.

“Tidak, aku tidak mengizinkanmu keluar dari rumah ini, Bigel.”

“Aku tidak ingin tinggal di rumah ini lagi. Bukannya Mas harus senang karena Irasya kembali?”

Hasbi berjalan ke arah Bigel dan menarik paksa tangan Bigel untuk dibawa masuk ke dalam kamar. “Aku tidak akan menceraikanmu. Kau dan anak kita adalah tanggung jawabku.”

“Dia bilang ini rumah yang telah Mas siapkan untuknya. Apa Mas tidak paham rasanya jadi aku dituduh merebut posisi orang lain dan menikmati rumah yang seharusnya menjadi hak orang lain?”

“Jadi perkara rumah ini? Kau ingin rumah ini menjadi atas namamu? Hah?” Hasbi hampir melukai pergelangan tangan Bigel dengan kukunya.

“Bukan itu! Aku ing— Akh—“

Hasbi membungkam mulut Bigel dengan bibir, mencium secara paksa agar wanita itu menjadi luluh. Bigel berusaha menolak, tapi ia kalah karena tenaganya tidak mampu melawan Hasbi. Untuk itu, Bigel memilih meremat kemeja Hasbi dan menangis dalam ciuman tersebut.

Hasbi melepaskan pagutan ciuman tersebut dan menangkup wajah Bigel dengan kedua tangannya. “Aku mencintaimu,” ucapnya pelan, lalu mencium dahi Bigel dengan hati-hati. “Aku mencintaimu, Elruby Abygael.”

Bigel memberanikan diri untuk mendongak menatap Hasbi, tidak ada pancaran kebohongan karena hanya ada wajah lelah Hasbi yang berkeringat penuh. Pertama kalinya, raut wajah Hasbi begitu cemas dan tidak ingin Bigel pergi darinya.

“I-irasya, dia—“

“Aku juga akan bertanggung jawab.”

“B-bertanggung jawab, menikahinya juga?”

•••

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Unperfect Marriage   21. Hasbi bingung

    "Mas, air dinginnya mana?"Hasbi memilih diam di tempat setelah berhasil menutup pintu kamarnya. Bahkan, sama sekali tidak menjawab pertanyaan Bigel karena isi kepalanya sedang berkecamuk."Mas Hasbi?" panggil Bigel sekali lagi. Suaminya itu mendadak berubah menjadi tatapan kosong dan tidak membawa air dingin pesanannya."Bigel," katanya pelan."M-mas, kenapa?"Hasbi mengepalkan kedua tangannya, terlihat lengannya penuh urat kekar yang menonjol. Untuk itu, Bigel tidak berani bersuara lagi. Apa dia melakukan kesalahan sampai suaminya marah? Apa Hasbinya tersinggung saat Bigel meminta tolong untuk mengambil air dingin? Tapi, rasanya bukan itu alasannya."Nanti Mas ambilin air dinginnya, ya. Sebentar saja, biarin Mas berdiri disini dulu. Jangan kemari, Bigel disana saja ... jangan banyak bergerak.""Mas Hasbi ...," lirih Bigel, tanpa sengaja sebulir air matanya jatuh. Ya, ibu hamil yang terlalu sensitif dan berpikir suaminya sedang membencinya.Hasbi memejamkan matanya sebentar, berusaha

  • Unperfect Marriage   20. Bigel kurang peka

    Senyum Bigel mengembang saat dari jauh ia menemukan sosok Hasbi yang baru saja landing dari Bali. Beberapa hari tidak bertemu Hasbi dan dia benar-benar merindukan sosok suaminya itu."Itu Mas Hasbi," gumam Bigel. Kini, tangannya melambai-lambai agar sang suami melihat ke arahnya.Tentu, Hasbi tersenyum bahagia saat melihat wajah Bigel. Dirinya pun bergegas mempercepat langkah sambil menarik kopernya."Istri Mas paling cantik sedunia, kangen banget ga ketemu beberapa hari.""Bigel juga kangen, hehe."Hasbi mencium dahi Bigel lamat-lamat dan turun mencium kandungan Bigel. "Makin gemoy kesayangan Mas ini. Sama siapa kesini, Sayang?""Sendiri, soalnya Mama ada kerjaan yang enggak bisa ditinggal. Bigel kan libur kerja, tadi mau dianter mas Endrico, tapi Bigel enggak mau. Takut ....""Dia ga ngapai-ngapain kamu, kan?" Bigel menggeleng. "Enggak, kok. Kayaknya yang Mas bilang dia suka aku tuh kayaknya bukan aku deh.""Dia suka kak Freya?""Bingung, kayaknya akunya yang salah lihat," tutur Big

  • Unperfect Marriage   19. Freya × Endrico

    "Egh— Jangan disini, nanti ketahuan," pinta Freya sembari mencoba melepaskan tangan Endrico yang tengah memainkan kedua gundukan kembarnya. Merasa tidak enak karena tidak di dalam unit dan takut orang lain akan melihat kelakuan mereka.Endrico menuruti dan mengikuti Freya masuk ke dalam unit apartemennya. Tanpa disadari, Bigel melihat kejadian barusan dengan perasaan yang syok berat. Pasalnya Endrico dan Freya adalah saudara ipar dan telah menghianati kepercayaan Arsenio.Ketika pintu unit apartemen tertutup, Endrico kembali menarik tubuh Freya dan mencium bibir wanita itu dengan ugal-ugalan. Keduanya sama-sama terlena hingga membawa mereka masuk ke dalam kamar Freya.Keduanya sama melepas baju masing-masing dan Freya yang sengaja berbaring terlentang di atas kasur. Menggoda Endrico dengan lekuk tubuhnya agar kakak iparnya tersebut segera menindihnya."Tubuhmu, cantik," gumam Endrico.Freya hanya tersenyum tipis dan membalas dengan menciumi dada kekar milik Endrico. "Foto itu rahasia,

  • Unperfect Marriage   18. Skandal hubungan terlarang?

    "Aku ingin roti ini lagi, tolong semuanya dibungkus."Bigel terkesiap dari lamunannya barusan, bagaimana ia memikirkan perkataan suaminya dua hari yang lalu untuk menyuruh Bigel membalas dendam pada Freya. Jelas, Bigel menolak dengan penuh kesadaran. Balas dendam bukanlah jalan yang akan Bigel sentuh sampai kapanpun."O-oh, datang lagi? roti selai keju coklat? Aku akan membungkusnya. Sebentar, ya ...." Bigel mempersiapkan roti tersebut dan disusun rapi dalam box roti ukuran besar."Sejak tadi aku memperhatikanmu melamun. Ada apa?" tanya pria dengan prawakan tinggi dan badan kekar berisi, mirip dengan ukuran tubuh Hasbi."E-enggak apa-apa, kok. Kau tidak membawa anakmu?""Hari ini ada les tambahan di sekolah, jadi hanya aku sendiri. Berapa usia kandunganmu?""Sudah mau masuk tujuh bulan," jawab Bigel seadanya. Dia cukup akrab dengan pelanggan baru satu ini."Tidak cuti?""A-aku kan baru bekerja beberapa hari lalu."Pria itu tampak terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Bigel. "Maaf

  • Unperfect Marriage   17. Freya nuduh Bigel

    "Masakanku ga seharusnya terhidang disana. Harusnya masakanmu yang ada disana, pasti mama akan senang."Bigel yang sedang membantu mencuci piring pun tercekat dengan pernyataan Freya barusan. Tiba-tiba saja dan Bigel kesulitan untuk merespon dengan jawaban yang tidak menyakiti hati."Mama mungkin lagi capek. Aku minta maaf karena buat Kakak jadi dimarahin," tutur Bigel. Bahkan, untuk sekedar menatap Freya saja dia tidak berani karena rasa bersalahnya itu."Kamu segala-galanya bagi mama. Apa yang aku lakuin pasti salah. Aku ga punya tempat di hati mama. Aku iri atau karena orang tuaku bukan orang yang berada?"Bigel menghembuskan napas dan memberhentikan gerakan tangannya yang tengah menyabuni piring. "Mendiang ayahku cuma sopir dan mendiang ibuku jualan kue. Ga ada hubungannya dengan itu, mungkin Kakak cuma perlu bersabar sampai mama bisa nerima Kakak," ungkap Bigel. Lalu, ia kembali melanjutkan cucian piringnya."Aku kira dengan kehadiran kamu di keluarga Abraham bakal bikin mama jadi

  • Unperfect Marriage   16. Freya

    "Sini, mas belum cium.""Malu. Bigel malu loh ... enggak mau.""Bigel, sini ...." Hasbi berusaha menarik lembut tangan Bigel agar lebih mendekat padanya."I-itu banyak mobil lewat. Nanti, kalau diliatin malu ah, Mas," balas Bigel, masih menolak untuk dicium sang suami."Masnya mau cium ini. Ga ada afeksi loh mau berangkat kerja.""Kau udah tadi di rumah ....""Kurang, yang tadi di rumah ga kerasa.""Nanti diliatin orang, kan malu, is," protes Bigel, tapi ekspresinya begitu lucu dan menggemaskan bagi sang suami.Kali ini, Hasbi menyentuh punggung Bigel dan menariknya sedikit sampai wanita itu benar-benar dekat dengannya.Muah.Hasbi berhasil mencium pipi kiri Bigel dengan sempurna. Tentu, membuat Bigel jadi salah tingkah dengan perlakuan suaminya tersebut."Malu ...," tuturnya lagi sembari celingak-celinguk kiri dan kanan dengan wajah yang sempurna merah merona. Dia berharap tidak ada orang yang melihat keduanya.Muah."Ngapain malu? Kan, dicium suaminya sendiri," celetuk Hasbi dan kemb

  • Unperfect Marriage   15. Aliya?

    "Ulu hati Bigel kaya ditendang. Kesentak, sakit banget ...." "Maaf ... maaf ... pasti gara-gara Mas ya makanya dedek disini rada rewel. Maafin ayah ya, Dek .... ibunnnya jangan dimarahin," bisik Hasbi sembari menciumi perut Bigel."Makanya ayahnya jangan cemburuan gitu, jangan bikin ibunnya dedek makin pusing," celetuk Bigel."Iya, maafin ayahnya dedek ya, Ibun ...."Wajah Bigel tiba-tiba memanas. "Masih malu kalau dipanggil Ibun secara langsung.""Ga apa-apa, biar kebiasa. Maafin Mas ya, Bigel. Masalah kecil malah diungkit lagi ... ngerasa bersalah banget sampai buat kamu begini."Bigel mendekat dan memeluk Hasbi lebih dulu. "Bigel sayangnya cuma sama Mas Hasbi, mungkin ini cara Tuhan buat nyatuin kita, cobaannya ada aja. Tapi, Bigel ga mau kalau kita nyerah sama cobaan ini. Bigel mau terus kasih kepercayaan Bigel ke Mas." "Mas ga akan ngecewain kepercayaan itu, Bigel."Keduanya saling bertatapan cukup lama, hingga tidak menyadari jika bell unit mereka berbunyi. Ada tamu yang datang

  • Unperfect Marriage   14. Hasbi murka

    "Aku pikir istrimu Irasya. Jadi, istrimu si pelacur kampus itu, ya? Kau doyan juga sama si lonteh satu itu. Apa yang kau dapat dari mencicipi bekasku?"BRAK!Botol berbahan stainlis yang cukup tebal tersebut berhasil menghantam wajah milik Arga, sehingga membuat tubuh laki-laki itu terjatuh dan merintih kesakitan."BANGSAT!" maki Arga karena tidak terima diserang oleh Hasbi.BUGH!Hasbi kembali memberikan hentaman di pipi Arga dan duduk di atas tubuh pria itu yang tengah dalam keadaan terlentang.BUGH!"MATI LO SIALAN! GUE HABISIN LO YANG UDAH BERANI MENGHINA ISTRI GUE!" teriak Hasbi sekuat mungkin sampai mencuri perhatian orang banyak.Alhasil, petugas keamanan disana pun langsung turun tangan. Tapi nihil, tenaga Hasbi benar-benar kuat sampai tidak bisa dilerai oleh dua orang petugas keamanan.Arga pun sudah tidak bisa melawan karena gerakan Hasbi benar-benar gesit menindasnya."MATI LO!" Hasbi benar-benar mencekik leher Arga tanpa ampun, hingga beberapa penghuni unit pun ikut membant

  • Unperfect Marriage   13. Hasbi menutupi kelakuannya

    "Mas enggak ngapa-ngapain sama Jevano, Sayang.""Kok bisa ngurusin pekerjaan jam segini, mana resleting celananya enggak ditutup?""Namanya juga buru-buru sampai lupa resleting celana Mas kebuka. Jevano mau kasih berkas buat rapat sama atasan, takut besok enggak keburu," jawab Hasbi, tentu saja apa yang dikatakannya hanyalah kebohongan. Jevano saja mungkin sedang di rumahnya tertidur lelap."Mana berkasnya, kok enggak ada?"Hasbi mengulum bibirnya ke dalam, alias mati kutu dan memikirkan jawaban apa yang akan membuat Bigel berhenti bertanya lagi. "B-berkasnya udah Mas taruh di mobil. Takut, pas mau ke kantor malah ga kebawa."Bigel menyipitkan matanya pada Hasbi. "Kok gugup?"Aduh, Hasbi makin gelagapan sendiri. "Masih ngantuk, S-sayang.""Ya, udah tidur lagi.""Kamu marah?"Bigel menggeleng, dia tidak marah sebenarnya, lebih tepatnya khawatir. "Aku enggak marah, cuma khawatir pas kebangun mas enggak ada. Baru mau nelpon, ternyata hp-ku habis baterai. Sambil nungguin hp-ku hidup, aku n

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status