Share

5

Tiga hal yang penuh kejutan yang akan kita temui nantinya, yaitu jodoh, rezeki, dan maut. Entah nanti yang datang pada kita lebih dahulu yang mana, jodoh dahulu, rezeki dahulu, atau bahkan malah maut terlebih dahulu. Kita harus benar-benar mempersiapkannya, jangan terlalu fokus mengejar jodoh, persiapkan juga untuk bekal kematian.

Ziya tergugu. Terkadang ia ingin sekali fokus mempersiapkan bekal akhirat, tetapi ternyata banyak sekali godaan duniawi, termasuk godaan dengan perasaannya. Jika ia benar-benar berniat untuk melupakan perasaannya, apakah bisa? Hah. Ziya menggelengkan kepalanya, kita tidak akan pernah tahu hasilnya jika tak pernah mencoba. Selesai Tausiyah, Ziya dan teman-temannya kembali ke ruangan.

 “Zee, aku juga pengen deh punya banyak hafalan Al-Qur’an, gimana kalau kita saling membantu, aku satu juz aja belum hafal, kalau minta tolong kakakku males banget, galak banget dia,” kata Nanda sambil berjalan berdampingan dengan Ziya ke ruang istirahat.

“Boleh, boleh banget malah, aku seneng banget ada temennya. Emang kakakmu cewek apa cowok, kalau cewek bisa sekalian diajak aja, justru malah kalau partnernya galak bukannya lebih termotivasi ya biar cepet hafal dan gak dimarah-marahi hehehe.” Nanda memutar bola matanya malas.

“Tuh kakakku,” tunjuk Nanda pada salah satu orang yang sedang bercanda dengan teman-temannya. Ziya membelalakkan matanya.

“Ketua Rohis?” Nanda mengangguk. Ziya memandang Nanda takjub. Sungguh mencengangkan. Setelah dilihat-lihat pun mereka cukup mirip. Batin Ziya tertawa bodoh.

“Hah pantes aja, emang galak sih, ya sudah tiap hari apa aja kamu bisanya? Aku bisa menyesuaikan, soalnya hanya ikut Rohis ini hehehe.” Nanda tersenyum sumringah lalu menggandeng Ziya. Ia tidak menyangka menemukan teman baik di kegiatan ini. Tadinya Nanda ragu ikut acara ini kalau bukan karena dipaksa oleh kakaknya. Di kelasnya yang perempuan tidak ada yang tertarik untuk ikut kegiatan Rohis.

***

Setelah acara malam bina iman dan taqwa, Nanda dan Ziya menjadi teman akrab. Mereka sering menghabiskan waktu bersama-sama. Bergantian ke rumah Nanda atau Ziya untuk mengulang hafalan Al-Qur’an. Tak jarang ketika Ziya pergi ke rumah Nanda, ia ketemu Farhan, Ketua Rohis sekaligus kakak kandung Nanda. Tetapi Ziya hanya menyapanya sekilas dan hampir tidak pernah ngobrol secara intens karena meskipun ada Nanda, Farhan tidak pernah nimbrung obrolan adik dan temannya itu.

Semakin lama, Ziya semakin menjauh dari Regar. Karena setiap Regar mengajaknya menghabiskan waktu bersama, ia selalu memiliki alasan yaitu pergi dengan Nanda. Regar cukup heran, tetapi bersyukur juga akhirnya sahabatnya itu memiliki teman dekat perempuan. Meskipun ia sedikit tidak rela karena dengan begitu persahabatannya semakin renggang.

Kisah asmara Regar sendiri sudah kandas semenjak mengikuti lomba bulutangkis bersama dengan Yumna. Sebenarnya ia ingin menceritakan semuanya pada Ziya, tetapi ia urungkan saja. Regar tidak mau mengganggu kebahagiaan Ziya saat ini.

Hari ini Regar melihat Ziya berada di perpustakaan sendirian. Regar tersenyum lalu ia memutuskan untuk menghampiri Ziya. Langkahnya terhenti ketika ada seseorang yang menghampiri Ziya. Regar mengetahui kalau itu adalah kakak kelasnya kelas 12 yang cukup terkenal karena prestasinya. Farhan. Regar melihat Farhan dan Ziya saling melempar senyum dan berbicara sesuatu yang tak dapat di dengar oleh Regar. Setelah itu Farhan terlihat berpamitan pada Ziya yang hanya dibalas anggukan oleh Ziya. Ada perasaan aneh yang dirasakan Regar.

Regar meneruskan langkahnya dan berpapasan dengan Farhan yang melempar senyum padanya. Regar menghampiri Ziya langsung terduduk di kursi sampingnya. Ziya melirik sekilas sambil terus meneruskan aktivitasnya membaca buku.

“Heh, tadi aja Kak Farhan yang kesini kamu senyum-senyum, giliran aku yang dateng dicuekin, kamu suka ya sama Kak Farhan?” cecar Regar. Ziya memutar bola matanya malas.

“Ya kan aku harus sopan sama kakak kelas, lagian dia juga kakaknya Nanda, udah kaya kakak aku sendiri.” Regar tersenyum puas. Kakak. Tetapi ia lalu tersadar, kenapa ia sebahagia ini mengetahui fakta bahwa Ziya hanya menganggap Farhan sebagai kakak? Regar lalu menggelengkan kepalanya. “Eh ngomong-ngomong, gimana pertandingan bulutangkismu?” Sebenarnya Ziya sudah tahu bahwa Regar menyumbangkan piala bergilir juara 1 Kabupaten dan hadian uang tunai untuk sekolahnya. Tetapi daripada ia bingung membahas apa.

“Menanglah, aku... Perasaanku aja yang nggak menang.” Ziya sudah menyiapkan hatinya. Ia tahu bahwa setelah ini, cerita akan mengalir lancar dari mulut Regar.

“Gimana gimana?” tanya Ziya sambil menutup buku yang tadi dibacanya pertanda ia siap mendengarkan cerita sahabatnya itu.

“Aku ditolak sama Yumna. Udah kaya gak punya harga diri lagi aku tuh. Bayangkan dia nolaknya kebangetan banget, berasa aku ini benar-benar sampah yang sudah selayaknya dibuang. Dia punya pacar, dan pacarnya wow levelnya udah jauh diatasku. Nggak tahu aja pacarnya itu buaya, aku udah nggak mau lagi berurusan dengannya, udah gak lagi-lagi deh. Nyesel banget, kukira dia cewek yang baik banget, ternyata kejam. Apa sih raut mukamu gitu amat. Semenyedihkan itu ya hidupku?” Ziya mengangguk-angguk seolah mengiyakan kata-kata Regar.

“Ini kalau fans-fansmu tau kamu abis ditolak Yumna, pasti rame, pasti Yumna bakal diserang habis-habisan sama fans-fans kamu,” kata Ziya sambil tertawa kecil, takjub dengan pemikirannya. Regar menghela napasnya.

“Ya kan yang tau kamu doang, masa iya kamu bakal tega ngebocorin ini semua.” Ziya tersenyum. Ya tidak mungkinlah.

“Ya udah sih, umur juga masih 16 tahun, fokus sekolah dulu aja. Masih panjang perjalanannya broo.” Regar mengangguk-angguk, tetapi dari SMP memang ia sudah mulai pacaran, jadi hal seperti ini sudah seperti hal yang biasa baginya.

Bel masuk kelas menginterupsi mereka. Ziya mewanti-wanti sahabatnya itu untuk tidak terlalu patah hati. Regar hanya menjawab sekenanya. Patah hati sih mungkin tidak terlalu berpengaruh baginya, tetapi ia adalah orang yang sama sekali tidak bisa memendam perasaan untuk orang yang disukai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status