Share

6

-Kita tidak akan pernah tahu jika ada sebuah keberhasilan apabila tidak berani mencoba-

Rumah merupakan tempat paling menyenangkan bagi Ziya. Memang ia hanya dua bersaudara, adiknya juga baru kelas 6 sekolah dasar. Justru malah itu letak kebahagiaannya. Ia tidak memiliki teman sebaya di lingkungan sekitarnya, jadi hanya melihat-lihat adiknya bermain bersama teman-temannya. Ziya tertawa ngakak setiap adiknya memanggil orang yang menurutnya terkenal lewat di depan rumah. Teringat akan masa kecilnya dulu, kalau pulang sekolah bersama teman-temannya saat SD setiap ada anak SMA yang tampan pasti dipanggil-panggil entah tahu darimana namanya.

“Heh panggil-panggil sok kenal banget. Tau namanya darimana dek?” tanya Ziya pada adiknya sambil tertawa-tawa. Adiknya nyengir menanggapi Ziya.

“Dari temen adek lah kak, dia tetangganya mas Bowo kok.” Ziya tertawa lagi. Sama persis dengannya saat masih SD dulu. Bahkan waktu SD bisa sok dekat dengan siapapun termasuk pedagang cilok dan sopir angkutan. Sekarang boro-boro mau sok dekat, mau menyapa orang duluan saja kadang malu-malu.

Ziya mengamati adiknya dan temannya yang sedang bermain masak-masakan di gazebo rumahnya. Betapa menyenangkannya menjadi anak kecil, belum memikirkan hal-hal yang berat. Tidak merasakan bagaimana menyukai seseorang dalam diam, belum merasakan bagaimana pusingnya memikirkan mata pelajaran yang semakin sulit. Dulu Ziya memiliki beberapa teman dekat saat SD, akan tetapi ketika berpisah sekolah, mereka memiliki kehidupan sendiri-sendiri jadi semakin lama semakin menjauh. Bukankah hal itu normal?

Waktu SMP pun Ziya berpisah dengan teman-teman SDnya karena ia masuk sekolah favorit di kecamatan lain yang termasuk salah satu SMP terbaik di kotanya. Sementara teman-temannya lebih memilih masuk ke sekolah dekat rumah mereka. Ziya masuk ke SMP favorit bukan karena ia termasuk anak yang memiliki ambisi tinggi pada bidang akademik, akan tetapi saat itu ia harus menemani saudaranya yang rumahnya dekat dengan SMP tersebut.

Sebenarnya ia dulu menyesal masuk salah satu SMP favorit di kotanya, karena hampir semua murid berambisi mendapatkan nilai bagus, bahkan ada yang tak tanggung-tanggung dalam mengikuti les, ada yang sehari bisa sampai 3 kali pindah tempat les berbeda. Berbeda dengan Ziya yang tidak mengikuti les sama sekali. Ziya adalah tipe orang yang lebih suka menghabiskan waktu di rumah, jadi ketika pulang sekolah, ia langsung pulang ke rumah. Bagaimana dengan nilai-nilainya di sekolah? Tentu saja ia selalu masuk peringkat sepuluh besar dalam satu angkatan. Di rumah, Ziya sangat pandai membagi waktunya, sehingga tidak pernah merasa keteteran dengan belajarnya.

Ketika SMA Ziya kembali ke rumahnya karena saudaranya telah meninggal dunia sehari setelah kelulusan SMP. Saat itu Ziya sangat terpukul karena saudaranya itu sakit hanya sehari sebelum akhirnya meninggal. Hal itu menyadarkannya bahwa memang maut itu bisa datang kapan saja dan bagaimapun caranya. Mulai dari waktu itu, Ziya akhirnya merubah penampilannya. Ziya yang sebelumnya hanya mengenakan jilbab ala kadarnya, ia mulai melebarkan jilbabnya, juga mulai memperbaiki perilakunya.

“Kak Zee, di sekolahmu emang gak boleh pakai skin care ke sekolah ya?” Ziya mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan ibunya yang baru datang membawa cemilan.

“Emang kenapa sih bunda?” ibunya masuk ke rumah lagi dan kembali membawa satu pouch yang bertuliskan salah satu brand make up dan  skin care yang cukup terkenal. Ziya ternganga, ia memang hampir tidak pernah menggunakan produk-produk untuk merawat wajahnya selain produk pencuci wajah.

“Ini coba kamu pakai, dulu bunda waktu SMA cantik banget loh, masa kamu kalah sama bunda, bunda tuh kasihan sama jerawat kamu itu lho kak yang semakin meradang, bukan apa-apa takutnya nanti bekas jerawatnya susah hilang, bunda lihat juga kamu kurang percaya diri gitu masalah penampilan, ini dipakai ya, kalau habis bunda beliin lagi, jangan terlalu berhemat lah untuk merawat penampilan.” Ziya mengerjapkan matanya tidak percaya. Ya memang selama ini ia malas buang-buang uang untuk membeli hal-hal seperti itu, tapi ternyata terbaca oleh ibunya ya.

“Iya-iya bunda, kalau sempet Ziya pakai deh,” kata Ziya sambil menerima pouch tersebut dari ibunya. Ibunya melotot mendengar ucapan Ziya.

“Ya disempetin lah.” Ziya tertawa. Ibunya itu kalau sudah berkehendak memang agak susah untuk dibantah.

“Kan Ziya masih sibuk UAS ini bunda, paling malem, kalau pagi mah buru-buru.” Ibunya menggelengkan kepala. Anak sulungnya itu memang sedikit susah diberitahu, tetapi masih lebih susah anak bungsunya yang sekarang tengah sibuk mengiris-iris daun padahal sebentar lagi akan menjadi anak pondok. 

***

Ternyata benar apa kata bunda Ziya, penampilan itu harus dirawat. Buktinya kini jerawat-jerawat di wajahnya sudah mulai berkurang. Nanda saja sampai takjub dan minta rekomendasi skincare  apa yang digunakan oleh Ziya. Ziya hanya menanggapi sekenanya saja. Ia kini dan Nanda tengah fokus memilih-milih cemilan di minimarket untuk dibawa study tour.

Di sekolah Ziya mewajibkan mengikuti dua kali study tour selama mengenyam pendidikan di sekolah. Yang pertama pada saat kenaikan kelas ke kelas dua SMA, yang kedua saat kenaikan kelas ke kelas tiga. Menurut Ziya dan Nanda, ini benar-benar study tour karena mereka diberikan tugas oleh setiap guru mata pelajaran. Mereka harus mengamati apapun yang ditemui nantinya. Misalnya mereka ke pantai, mereka harus menuliskan hewan apa saja yang ditemui di pantai, dan menjawab pertanyaan yang telah disiapkan oleh guru masing-masing dalam selembar kertas. Benar-benar study bukan?

Ziya sih senang-senang saja, karena ia adalah tipe orang yang sangat jarang melakukan perjalanan jauh. Terakhir kali ia pergi jauh saat study tour SMP ke Malang. Kali ini, ia dan teman seangkatannya akan pergi ke Jogja. Untuk pertama kalinya ia akan pergi ke Jogja, jadi ia cukup senang.  Berbeda dengan Nanda yang sudah beberapa kali ke Jogja, apalagi Farhan akan berkuliah di Jogja.

Ziya tidak pernah menyangka dan membayangkan sebelumnya jika perjalanannya ke Jogja akan membawa masalah baru.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status