Share

7

-Seseorang mungkin tak pernah jujur akan perasaannya, hanya biarkan saja dia berbicara melalui tatapan mata-

Hari ini adalah hari dimana murid kelas 10 akan melakukan study tour. Mereka terlihat antusias untuk memulai perjalanan. Ada yang membawa alat musik, novel, dan bekal makanan yang banyak untuk mengisi waktu di bus agar tidak bosan.

Ziya duduk di kursi bagian tengah tepat di samping jendela. Ia duduk bersama teman sekelasnya yang paling pendiam. Temannya tersebut lebih memilih mendengarkan musik dengan headphone  yang dibawanya daripada ngobrol bersama Ziya. Ziya juga memilih mengeluarkan ponselnya dan menyibukkan diri berkirim pesan dengan Nanda yang berbeda bus dengannya. Ternyata Nanda merasakan kegabutan yang sama sepertinya.

Pembagian bus memang berdasarkan kelas. Satu bus berisi dua kelas. Kelas Ziya bersama dengan kelas IPS 5 yang sangat ramai. Sementara kelas Nanda satu bus dengan kelas IPA 2, kelasnya Regar. Jujur saja Ziya sangat bosan di bus ini meskipun dengan teman sekelasnya sendiri. Ia pun memilih untuk memejamkan mata karena terlalu mengantuk.

Setelah kira-kira menempuh perjalanan selama tiga jam, bus yang dinaiki Ziya berbelok ke sebuah SPBU untuk mengisi bahan bakar. Bagi siswa yang ingin ke toilet pun diperbolehkan untuk turun. Waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi hari karena mereka tadi berangkat dari sekolah pukul 12 malam. Ziya turun untuk melaksanakan shalat Subuh di masjid dekat SPBU bersama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika turun dari bus, Nanda sudah menunggu Ziya di luar busnya. Mereka berjalan ke masjid sambil bersenda gurau. Sesekali Nanda menyindir penampilan Ziya yang semaki hari semakin cantik.

“Gila sih Zee, kamu cantik banget, aku tadi hampir tidak ngenalin.” Ziya mendorong pelan lengan Nanda sambil tertawa-tawa.

“Lebay banget kamu Nan, biasanya kan aku juga cantik hehehe.” Nanda menyinyiri ucapan Ziya tersebut.

“Tapi beda banget tauk kalau pakai OOTD kaya gini, biasanya kan pakai seragam. Lihat tuh banyak cowok-cowok yang ngelirik kamu.” Ziya tersenyum. Ia memang tidak pernah keluar dengan teman-temannya di hari libur sekolah, makanya mereka hanya mengetahui Ziya ketika memakai seragam. Ia pun ke rumah Nanda juga dari sekolah langsung tanpa pulang terlebih dahulu.

“Itu bukan ngelirik aku, lihat dong samping kita siapa.” Nanda terbahak. Ternyata mereka berdampingan dengan Yumna, si cantik jelita dari sekolahnya. Kalau ada bunga yang sangat indah, rumput memang terkadang kalah.

Mereka shalat berjamaah dengan diimami oleh salah satu guru yang mendampingi perjalanan ini. Selesai shalat, Nanda selalu menyayangkan mengapa ia tak satu bus dengan Ziya saja. Mereka kembali ke SPBU untuk naik bus lagi. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang selalu memperhatikan mereka sejak tadi.

Bus Ziya dan Nanda terparkir berdampingan. Mereka berpisah masuk ke bus masing-masing. Nanda duduk agak di depan sehingga tidak sejajar dengan Ziya yang duduk di tengah. Ziya tidak memperhatikan letak tempat duduk mereka sedetail itu seperti Nanda. Ia langsung duduk di kursinya sesampainya di dalam bus. Berbincang sebentar dengan temannya lalu mengeluarkan novel yang dibawanya.

Suara guru pendamping menginterupsinya. Guru pendamping memastikan apakah murid yang berada di bus tersebut sudah lengkap atau belum. Ziya yang namanya sudah terpanggil pun mengedarkan pandangannya mengamati sekeliling. Sampai pandangannya terhenti di bus sebelahnya, tepat sejajar dengannya, tatapan matanya bertemu dengan mata seseorang.

Regar tersenyum memandang Ziya. Ada sedikit kerinduan tersirat di tatapan matanya. Sejak tadi ia sudah mengamati sahabatnya itu yang kini tampil sangat cantik. Ziya tidak bisa melepas tatapan matanya meskipun ia tahu itu salah. Jujur saja ia sangat merindukan Regar karena akhir-akhir ini ia berusaha menghindar dari Regar.

Regar mengucapkan sesuatu yang tak dapat didengar oleh Ziya, tetapi dapat dimengerti dari gerak bibirnya. Kamu cantik. Ziya memalingkan wajahnya yang memerah, bersamaan dengan bus yang mulai berjalan. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ini pertama kalinya ada seorang laki-laki yang menyebut dirinya cantik. Terlebih lagi orang itu adalah orang yang dicintainya.

Nanda yang tak sengaja melihat hal tersebut tersenyum. Ia tidak menyangka, temannya ternyata bisa malu-malu juga di hadapan laki-laki. Terlebih lagi orang yang membuat sahabatnya malu-malu itu ada dalam satu bus dengannya. Selama ini ia hanya mendengar mengenai kedekatan Ziya dan Regar melalui gosip yang beredar. Ziya juga sangat tertutup dengannya masalah perasaan terhadap lawan jenis. Sahabatnya itu juga tak pernah menunjukkan kedekatannya dengan Regar.

Ziya merasakan ponselnya bergetar, ada pesan dari Nanda yang sukses membuatnya ternganga.

Nanda : Oh wow ada yang malu-malu tadi abis disenyumin seseorang

Me : Siapa?

Nanda : Gak tau namanya tadi di bus sebelah hahaha

Ziya memilih untuk tidak membalasnya. Ia tersenyum membayangkan kebawelan Nanda nanti setelah bertemu langsung. Ia memang tidak pernah menceritakannya pada Nanda karena sudah bertekad akan memendamnya sendiri. Tetapi Nanda malah sudah mengetahui dengan sendirinya. Memang benar kata pepatah, serapat apapun menyimpang bangkai, baunya pasti akan tercium.

Murid-murid di bus Ziya sangatlah ramai. Mereka mulai memainkan alat musik yang dibawa. Ada juga yang sedari tadi teriak-teriak meminta kejelasan jam berapa mereka akan sarapan. Memang sudah saatnya sarapan. Perut Ziya juga sudah mulai keroncongan. Ia membuka roti cokelat yang dibawanya. Tak lupa menawarkan pada teman di sampingnya. Lumayan untuk mengganjal perut sebelum sarapan yang sebenarnya. Perut orang Indonesia kan memamng begitu, kalau belum sarapan nasi, belum kenyang dan puas rasanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status