Share

7. The Thing is

Serish tidak memiliki tujuan.

Dia hanya berjalan mengintari taman bunga lavender di dekat kastil, lalu berhenti di sebuah paviliun terbuka yang sering dilewatinya, tapi tak pernah disinggahi perempuan itu.

Kesendirian semacam ini membawa perasaan asing yang terasa familiar baginya.

Dia adalah seorang putri duke yang selalu memiliki pendamping di sisinya sejak dia lahir, namun dulu sekali, di sebuah dimensi yang berbeda, Serish adalah seorang nerd yang dikucilkan. Dia merasa memiliki keluarga yang sangat dekat dan disayanginya, tapi detailnya seperti apa, Serish tidak ingat. Hanya perasaan sendu yang samar yang sesekali mengelitiknya, layaknya kapas tipis yang menggores ujung hatinya.

Rindu.

Perasaan asing lainnya yang untuk pertama kali diucapkan Serish sejak lahir di dunia ini.

Bahkan Serish tidak pernah merindukan ibunya, yang meninggal secara sepihak karena pemikiran pengkhianatan sang suami. Ibu yang tidak berpikir kalau dia juga telah menjadi pengkhianat bagi Serish ketika meninggalkan putrinya sendirian menghadapi skandal itu.

Serish mengetuk siku di tangan yang berlawanan sembari bersandar pada salah satu pilar putih yang menyangga atap paviliun.

Dia lelah.

Dia ingin tidur, namun matanya tak dapat lagi terpejam nyenyak sejak mimpi buruk mengenai kematiannya terus berputar layaknya rekaman rusak.

Mati itu meyakitkan dan menakutkan.

Serish bergidik, merasakan setiap sel dalam tubuhnya menggigil.

Dia tahu bahwa setiap yang hidup akan mati, tapi jika bisa, dia akan tetap hidup selama mungkin.

Ah, berapa kali Serish mengulangi kalimat itu?

Dia sungguh takut.

“Yang Mulia.”

Seorang prajurit datang dan menampilkan sikap hormat sempurna. Lelaki itu membelakangi cahaya hingga membentuk siluet yang menarik. Rambut biru mudanya bergerak sedikit karena tertiup angin, semakin membuatnya terlihat menarik.

Serish tidak pernah memperhatikan orang-orang yang bekerja pada posisi rendahan di dukedom, dan dia tidak berniat berubah secara ekstrim hanya karena ingatannya. Jadi dia hanya mengangkat alis, memerintahkan prajurit itu bicara.

Mata cokelat lembut si prajurit melengkung bersamaan dengan senyuman yang memberikan penekanan pada setiap detail superior di wajah lelaki itu.

“Yang Mulia, kehadiran anda diharapkan oleh perwakilan faksi bangsawan.”

Ucapan lelaki itu yang tenang seharusnya membuat Serish tersinggung, karena dengan lancangnya memosisikan Serish di bawah para bangsawan itu. Namun gadis itu tahu jika dia tidak lagi memiliki energi untuk melampiaskan emosinya seperti dulu.

Hati dan jiwanya kini seakan tertutup rapat, khawatir menampilkan gejolak sekecil apapun karena takut rahasianya akan terbaca.

Dia menatap lama pada wajah yang cukup rupawan di hadapannya, lalu menghembuskan nafas dengan tenang.

“Berapa lama kau bekerja di sini?”

Lelaki itu mengubah postur tubuhnya menjadi sikap sempurna, kemudian menjawab tanpa ragu.

“Tiga bulan, Yang Mulia.”

Serish mengangguk dalam hati. Waktu yang tanggung untuk memahami segala tata krama kekaisaran yang berlaku di dukedom. Kekasaran yang ditampilkan prajurit itu adalah sesuatu yang umum, namun di sisi lain, itu berarti penghormatan yang diberikannya tidak terlalu buruk.

“Temui Kaptenmu dan katakan bahwa aku ingin kau mendapatkan pelajaran tata krama intensif.” Mata Serish bergerak naik-turun, menilai setiap detail dalam tubuh masif lelaki itu, berikut perubahan ekspresi tegang di wajahnya. “Aku menginginkanmu menjadi anggota pasukan pengawalku. Waktumu 3 bulan.”

Kemudian Serish melangkah mendekat, mengangkat alisnya kepada prajurit yang kini terlihat lucu dengan ekspresinya. Lelaki itu menekan emosi apapun yang sebenarnya dia rasakan, tersenyum dan berlutut dengan satu kaki di hadapan Serish.

“Saya, Rowellyn Adrian, menerima titah Yang Mulia dan berterima kasih atas kesempatan ini.”

Serish menyemburkan tawa, lirih dan sinis.

“Kau sadar, kan, aku sedang merendahkanmu?” ujarnya dingin. Tatapannya tertuju pada puncak kepala lelaki yang tertunduk di bawahnya tanpa bergeming sedikitpun. “Sebentar lagi aku akan dikenal sebagai bangsawan yang menjual diriku pada seorang tiran. Yang Mulia Kaisar tidak mencintaiku, jadi masa depan terbaik bagiku adalah istana dingin yang terabaikan. Kau tidak memiliki harapan apapun ketika mendampingiku.”

Prajurit itu, Rowellyn, mengangkat wajahnya, menatap Serish melalui mata cokelat lembutnya tanpa sedikitpun keraguan.

Tatapan ini persis seperti yang ditampilkannya tadi; lurus dan tanpa rasa takut.

“Apakah saya melakukan kesalahan yang membuat Yang Mulia marah hingga menghukum saya?”

Angin yang membekukan menyentuh gaun rumah yang dikenakan Serish, menembus hingga kulitnya dan membuatnya sedikit kedinginan. Namun dia sudah lama menjadi seorang bangsawan yang dapat menyembunyikan apapun lewat ekspresi wajahnya. Jadi Serish menampilkan senyuman tipis pada lelaki bodoh di depannya, menunduk sedikit hingga wajah mereka berdekatan.

Yang membuatnya tidak siap adalah aroma mawar segar yang muncul secara mengejutkan dari tubuh lelaki itu. Serbuan aroma itu menyerang indera penciumannya dengan lembut, meninggalkan efek membingungkan karena kemaskulinan yang sangat bertentangan dengan stigma mawar yang feminim.

Serish mengerenyitkan kening.

Rambut keemasannya terlepas dari ikatan dan jatuh bagaikan air terjun.

“Kau akan memahami kesalahanmu setelah mendapatkan pelajaran tata kramamu.”

Mata cokelat terang itu tidak menunjukkan riak sedikitpun, melengkung tipis bersama senyuman khasnya. “Kalau begitu, saya berterima kasih karena Yang Mulia memberikan kesempatan kepada saya sebelum menjatuhi hukuman yang lebih berat.”

Serish membatalkan niatnya untuk menyerang prajurit itu dengan kalimat-kalimat tajam yang sudah disiapkan otaknya. Aroma lelaki itu membuat Serish kehilangan minat dan kembali pada masalah utamanya. Selain itu, sulit untuk marah pada kombinasi sempurna kebodohan dan kenaifan seperti yang dimiliki orang semacam dia.

“Dimana mereka?”

Rowellyn berdiri, bahkan tanpa meminta izin kepada Serish, lalu membungkuk kecil dengan sebelah tangan di dada. “Para perwakilan ada di Aula Mathilda.”

Aula termewah di dukedom ini.

“Betapa mubazir,” gumam Serish pada dirinya sendiri. Para manusia menyedihkan itu semakin tidak tahu diri hingga berani menemuinya di sini lagi setelah Serish memastikan pada mereka, tidak ada pertemuan kedua setelah penetapannya sebagai calon permaisuri. Dan kini pelayan bodohnya memberikan fasilitas yang terlalu baik kepada orang-orang itu.

Mata birunya menatap Rowellyn sekilas, lalu bibirnya menipis.

“Apa yang kau tunggu? Pandu aku.”

“Ah,” seakan mendengar hal yang paling membingungkan, Rowellyn tersentak. Hanya sedetik, syukurlah, karena kemudian dia dengan sigap menawarkan tangannya yang tertutupi oleh sarung tangan putih tak bercela.

Well, bagus. Setidaknya lelaki ini memahami kebersihan.

Serish meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan Rowellyn, mengabaikan fakta kalau saat itu dia tidak mengenakan sarung tangan.

Gadis itu membalas tatapan aneh dari Rowellyn dengan tantangan yang sama sekali tidak ditutupi. Artinya jelas, proteslah dan perhatikan apa yang terjadi.

Secara mengejutkan, ujung bibir lelaki itu tertarik dengan menawan. Dia menggeleng sedikit, lalu mulai melangkah dan memandu Serish.

Gadis itu tidak pernah berniat melakukan tindakan di luar nalar semacam ini. Dia bukan orang yang peduli mengenai siapa yang ada di sekitarnya, karena dia tahu, pada suatu titik, semua orang akan menjadi musuhnya.

Namun ketika melihat Rowellyn, sebuah ide yang absurd muncul di kepalanya.

Skandal.

Dia akan menciptakan skandal yang membuat seluruh dunia semakin membencinya dan Edward semakin jijik kepadanya hingga segera membuangnya setelah pernikahan berlangsung. Edward mungkin seorang misoginis, tapi dia lebih menghargai orang yang bodoh dan tak menghalangi kepentingannya dibandingkan seorang mencurigakan yang menjual kata ‘cinta’ untuk mendapatkan kekuasaan yang susah payah diraihnya.

Serish akan menjadi orang bodoh itu.

Selama ini, kakak lelakinya adalah penanggung jawab keamanan di sekitarnya, termasuk penentu siapa saja prajurit yang mengawalnya. Serish diperkenankan untuk membawa beberapa pendamping masuk ke istana, tapi mengenal karakter Edward, lelaki itu akan mencurigai semua orang di sekeliling Serish.

Namun jika orang itu adalah seorang yang tampan dan minim pengalaman seperti Rowellyn yang diangkat langsung oleh Serish, orang-orang akan memikirkan betapa superfisial dan dangkalnya dia.

Tidak, sebenarnya Serish tidak yakin dengan rencana impulsif ini.

Dia hanya ingin menenangkan dirinya sendiri bahwa masih ada hal yang bisa dikontrol.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status