Share

Chapter 7

Aвтор: Viallynn
last update Последнее обновление: 2021-01-12 12:29:47

Bagi Rezal, hari minggu adalah waktu yang tepat untuk bersantai di rumah. Di jam 8 pagi seperti ini, biasanya dia masih bergelung di bawah selimut. Namun kali ini berbeda, dia harus meluangkan waktunya untuk mengantarkan Ibunya ke rumah Naya. Ingin menolak pun percuma. Ibunya memiliki banyak cara untuk membuatnya tetap ikut.

"Aku tunggu di mobil ya, Ma." ucap Rezal memundurkan kursi mobilnya. Mulai mencari posisi yang nyaman untuk tidur.

"Mana bisa! Nggak sopan tau."

Rezal berdecak, "Ya udah, aku pulang aja. Nanti Mama telepon kalau udah selesai."

"Hemat bensin, Zal! Kamu ini nggak cinta alam banget sih. Mama mau nangis liat Jakarta yang udah kaya gini."

"Lebay!"

Dengan malas, Rezal keluar dari mobil dan menatap rumah sederhana di hadapannya. Tampak asri dengan banyaknya tanaman hijau di halaman rumah. Bahkan Rezal melihat ada sepetak tanaman sayuran yang segar.

"Lagian kenapa kita harus dateng langsung? Kan Mama udah punya nomernya Naya," tanya Rezal saat mereka sudah berdiri di depan pintu rumah.

"Jalin silaturahmi, Zal. Jadi manusia itu jangan individualis, nanti nggak dapet jodoh nangis."

Rezal tidak ingin membantah ucapan Ibunya yang semakin aneh. Jika dilihat, lama-lama Ibunya dan Naya tidak ada bedanya. Sama-sama aneh.

Cukup lama mereka menunggu sampai akhirnya pintu terbuka dan mucul gadis yang membuat Rezal dan Ibunya terkejut. Detik berikutnya Ibu Rezal tertawa melihat Naya yang menurutnya lucu. Sedangkan Rezal masih menatap gadis di depannya dengan tatapan tidak percaya.

Bagaimana tidak terkejut jika Naya muncul dengan tampilan yang berbeda. Buang jauh-jauh tentang penampilan rapinya selama magang, karena Rezal tidak melihat itu sekarang. Naya dengan rambut kusutnya membuka pintu dengan mata yang terpejam. Baju bali tipisnya yang sudah robek-robek pun semakin menambah kesan aneh. Lihat wajah polos tanpa make-up itu, Rezal masih tidak percaya jika Naya yang di hadapannya adalah Naya yang sama ketika di kantor.

Mendengar suara tawa di depannya, mata Naya mulai terbuka dengan sempurna. Dia terkejut saat melihat dua orang yang sangat dia kenal tengah berdiri di depannya. Dengan cepat Naya kembali masuk dan menyembunyikan tubuhnya di balik pintu, hanya memperlihatkan wajahnya yang sudah tidak lagi mengantuk.

"Naya belum mandi ya?" tanya Ibu Rezal masih dengan tawanya.

"Aduh Tante, jadi malu. Kenapa nggak bilang kalo mau dateng?"

"Tante udah kasih tau Ibu kamu kok."

Naya meringis mendengar itu. Jatuh sudah harga dirinya. Dia tidak menyangka jika Rezal akan melihat tampilannya yang seperti gembel ini. Percuma dia susah-susah berdandan rapi dan wangi setiap magang jika ujung-ujungnya Rezal akan melihatnya dengan pakaian yang sobek di sana-sini. Memalukan!

"Ya udah, Tan. Masuk dulu." Naya membuka pintunya lebar.

"Maaf ya Pak.. Tante. Saya baru bangun makanya kayak gini." Naya kembali meringis dan memeluk lengannya sendiri, untuk menutupi lubang ventilasi di bagian ketiaknya.

"Nggak papa, Nay. Tante maklum kok. Rezal juga suka bangun siang."

"Ya udah, saya panggil Ibuk dulu ya." Naya dengan cepat berlari masuk ke dalam rumah, meninggalkan tamunya yang menampilkan ekspresi yang berbeda.

Ibu Rezal menatap anaknya yang masih terpaku pada Naya. Perlahan dia menyenggol lengan Rezal dan menyeringai, "Kok diem sih, Zal. Kaget ya liat paha mulus Naya?"

"Ma!" Rezal memijat keningnya pelan. Jujur saja, dia juga sempat melirik kaki Naya tadi.

Dasar pria!

***

Naya berjalan ke dapur saat mendengar suara ramai dari sana. Benar saja, dia melihat Ibunya dan Ibu Rezal tengah tertawa dengan tumpukan buku kue milik Ibunya.

"Ini enak banget, Jeng. isi gula merah ya?" tanya Ibu Rezal.

Naya mendekat dan duduk di samping Ibu Rezal. Kapan lagi dia bisa sedekat ini dengan calon mertua? Untuk masalah tadi, Naya sudah melupakannya, hitung-hitung memperkenalkan bagaimana dirinya yang sebenarnya jika berada di rumah.

"Udah seger, Nay? Wangi lagi."

"Baru mandi, Tan." Naya terkekeh, "Oh ya, Pak Rezal ke mana?" tanya Naya saat tidak mendapati pria itu di dapur.

"Masih di depan kayanya. Kamu buatin minum dulu sana." Minta Ibunya yang langsung dia lakukan.

"Pak Rezal biasanya minum apa, Tante?"

"Rezal sukanya kopi."

Naya mengangguk dan mulai mengambil cangkir.

"Kopinya tanpa gula ya, Nay. Kayanya mulai dari sekarang kamu harus tau deh kesukaan anak Tante." Ibu Rezal tersenyum menggoda.

"Jadi malu." Wajah Naya memerah.

"Kamu tenang aja, Tante restuin!"

"Alhamdulillah." Kali ini Ibu Naya yang berbicara.

Mereka tertawa saat menyadari betapa nyambungnya mereka ketika berbicara. Tidak ada keraguan pada diri Ibu Rezal. Dia hanya ingin anaknya segera menikah. Lagi pula dia juga menyukai Naya dan keluarganya. Begitu sederhana dan berwarna.

Naya berjalan ke luar rumah saat tidak mendapati Rezal di ruang tamu. Dia melihat pria itu sedang berada di halaman rumah dan memperhatikan beberapa sayuran yang dia tanam bersama Ibunya. Dengan nampan di tangannya, Naya keluar dan menghampiri Rezal.

"Ngapain, Pak?" tanya Naya membuat Rezal berbalik. Dia cukup lega saat melihat Naya sudah rapi dengan celana dan baju panjangnya.

"Siapa yang nanem?" tanya Rezal menerima kopi dari tangan Naya.

"Saya sama Ibuk, Pak. Saya prihatin sama Jakarta yang makin panas tiap harinya. Jadi sedih."

Rezal mengerutkan keningnya mendengar itu. Lagi-lagi dia mendegar adanya kesamaan antara Naya dengan Ibunya.

"Kamu mirip sama Mama saya."

"Jodoh kali, Pak." Naya tertawa mendengar ucapannya sendiri.

"Bukannya kamu takut sama saya?"

"Bapak terlalu manis buat ditakutin."

Rezal menggelengkan kepalanya mendengar itu, "Jangan sampai Mama saya denger. Bercandaan kamu ekstrim."

Nggak ada yang bercanda, Pak. Ini hati cuma bisa cenat-cenut sama Bapak! batin Naya berteriak.

"Ini kenapa nggak ada ikannya?" tanya Rezal menunjuk kolam buatan yang tampak kering. Bahkan diisi beberapa pot bunga yang besar.

Naya tersenyum kecut melihat itu, "Ayah saya yang suka melihara ikan, Pak."

"Di mana Ayah kamu?"

Rezal melihat Naya hanya bisa tersenyum. Seolah menyadari sesuatu, dia mulai menyentuh bahu Naya. "Maaf. Saya nggak tau dan nggak maksud untuk—"

"Ayah saya belum meninggal kok, Pak." Naya terkekeh pelan. "Dulu Ayah saya suka melihara ikan di sini, tapi semenjak punya istri baru ikannya ikut pindah rumah."

Rezal menatap Naya tidak percaya. Dia bisa melihat ada pancaran kesedihan dari mata itu, tapi yang tidak dia percayai adalah Naya masih bisa terlihat tegar dengan candaan khasnya.

"Maaf, saya nggak maksud buat ungkit masa lalu kamu."

Naya menatap Rezal dengan mata yang berbinar, "Nggak papa kok, Pak. Anggap aja lagi pendekatan."

"Nay.." Rezal memperingati Naya untuk tidak terlalu jauh menggodanya. "Jadi Ibu kamu jualan kue?" tanya Rezal lagi saat teringat dengan Ibunya yang akan memesan kue. Dia ingin mengalihkan pembicaraan.

"Iya, Pak. Ibuk saya keren ya, cuma jualan kue tapi bisa nyekolahin anaknya sampe kuliah."

Rezal tersenyum tipis melihat wajah berbinar Naya yang tengah membicarakan Ibunya. "Kalau gitu kamu harus belajar yang bener. Jangan buat usaha Ibu kamu sia-sia."

"Iya, Pak. Saya juga bantu Ibuk jualan kok. Saya juga cari uang buat jajan sendiri."

"Dari hobi kamu?" tanya Rezal memastikan. Naya mengangguk.

"Cita-cita kamu apa?"

"Cuma mau cepet lulus, cari kerja, terus nabung biar bisa buka toko kue buat Ibuk." Naya kembali tersenyum dengan pandangan menerawang. Dalam hatinya, dia mengamini semua ucapannya.

"Bagus."

Naya menatap Rezal dan tersenyum jahil, "Ada satu lagi cita-cita saya, Pak."

"Apa?" tanya Rezal penasaran.

"Nikah sama Bapak."

Detik itu juga Rezal meminum habis kopinya dan masuk ke dalam rumah, mengabaikan Naya yang tertawa terbahak di belakangnya. Dia mulai jengah dengan rayuan Naya yang tidak ada hentinya. Sempat Rezal bertanya-tanya, ke mana perginya Naya yang takut dan sungkan padanya?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (4)
goodnovel comment avatar
Junaedi Juna
kalo orangnya kocak gitu kadang suka ngga ngeh lagi ngomong becanda ato serius
goodnovel comment avatar
Gusty Ibunda Alwufi
lucu sama naya.cuek kyknya kesannya tomboy deh
goodnovel comment avatar
Rahayu Hikmayanti
dari awal baca sampai sini sumpah bikin sakit perut ke tawa ma tingkah kocak Naya... 🤣🤣🤣
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Untouchable Man   Special Chapter : Keluarga Bahagia

    Menjadi seorang istri di usia muda tidak pernah Naya pikirkan sebelumnya. Meskipun usianya sudah menginjak 21 tahun, tetap saja di jaman sekarang usia tersebut masih terbilang cukup muda untuk membina rumah tangga.Berbeda dengan kebanyakan anak muda lainnya, Naya memilih untuk mengambil jalannya sendiri. Dia rela mengorbankan masa mudanya untuk menikah dengan Rezal. Bersyukur pria itu juga mengerti dirinya.Selama empat bulan ini, Rezal berperan sebagai suami yang bijaksana. Dia sadar akan usia Naya yang masih muda.

  • Untouchable Man   Special Chapter : Istri Cemburu

    Naya menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan lekat.Dressselutut berwarna hitam yang dia pakai terlihat pas ditubuhnya. Rambutnya juga terurai indah dengan gelombang di bagian ujungnya. Naya melakukan semuanya sendiri, termasukmake-upsederhana di wajahnya.Malam ini Rezal mengajaknya

  • Untouchable Man   Special Chapter : Keturunan Mahesa

    Hari yang panas membuat Naya ingin segera membersihkan diri. Setelah pulang dari kampus dia berniat untuk mengurung diri di kamar. Entah mengerjakan tugas, mengedit video, mengedit foto, atau yang lainnya. Naya hanya ingin bersantai mengingat jika akhir-akhir ini waktunya cukup terkuras untuk tugas kampus. Tentu saja, dia sudah semester atas. Naya tidak bisa lagi berleha-leha seperti saat menjadi mahasiswa baru dulu.Setelah menyalakan AC, Naya menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Tangannya meraih ponsel dan melihat pesan singkat dari Rezal. Hanya sebuah gambar, tidak ada tulisan sebagai penjelas. Begitu singkat dan tidak bisa berbasa-basi.Naya terkekeh saat

  • Untouchable Man   Special Chapter : Bulan Madu Dadakan

    Rezal memasuki rumahnya sambil merenggangkan dasi yang terasa mencekik leher. Hari ini jadwalnya cukup padat tapi sebisa mungkin dia akan pulang tepat waktu. Entah kenapa setelah menikah, Rezal jarang lembur di kantor. Jika memang ada pekerjaan, dia lebih memilih untuk mengerjakannya di rumah sambil menikmati wajah ayu istrinya.Dengan bersiul, Rezal membuka pintu kamarnya. Di kamar, dia melihat Naya tengah mengambil beberapa baju dari lemari. Di sampingnya juga ada koper kecil berwarna hitam."Kamu ngapain?" tanya Rezal bingung.Naya menoleh dan tersenyum melihat kedatangan suaminya. Saat Rezal sudah berada di depannya, Naya segera mencium tangan suaminya. Sebagai tanda hormat, kebiasaan yang tidak pernah ia lupakan sejak masih pacaran."Ini lagi nyiapin baju buat Mas Rezal besok," ucap Naya kembali mem

  • Untouchable Man   Special Chapter : Suami Cemburu

    Pernikahan bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari sebuah kenyataan. Pada tahap ini, tiap pasangan dituntut untuk saling menerima satu sama lain. Baik itu sifat baik dan sifat buruk, baik itu kekurangan ataupun kelebihan.Seperti yang terjadi pada Rezal dan Naya setelah menikah. Masa pendekatan yang begitu singkat membuat mereka sama-sama terkejut dengan kebiasaan masing-masing. Naya yang masih muda cenderung santai dan apa adanya, berbeda dengan Rezal yang lebih disiplin dan bijaksana. Jarak usia juga bisa menjadi faktor perbedaan tersebut. Namun itu tidak mereka jadikan alasan untuk saling menarik diri, justru dengan adanya perbedaan itu mereka saling melengkapi dan jatuh cinta setiap harinya.Di sebuah kamar, Rezal tampak berbaring santai dengan laptop Naya di pangkuannya. Tidak ada yang dia lakukan, hanya melihat-lihat isi folder yang ada. Sedangkan istrinya tengah berada di kama

  • Untouchable Man   Special Chapter : Berdamai dengan Masa Lalu

    Cahaya kilat yang terang membuat Naya menutup matanya erat. Tak lama terdengar suara petir yang membuat semua orang, termasuk dirinya mulai membaca doa dalam hati. Entah kenapa cuaca akhir-akhir ini begitu menakutkan. Naya terpaksa meneduh di pinggir jalan saat hujan turun dengan derasnya.Hari ini memang Naya disibukkan dengan kegiatan kampus sampai malam. Saat dia akan pulang, ternyata Tuhan tidak mengabulkan doanya. Naya sudah berdoa agar hujan tidak turun tapi takdir berkata lain. Di sini lah dia sekarang, meneduh di pinggir jalan bersama dengan pengendara motor lainnya.Pada saat seperti ini Naya hanya bisa mengumpat dalam hati. Dia menyesal tidak siap sedia jas hujan di motornya. Sudah menjadi kebiasaannya melupakan benda penting itu.Saat akan menghubuhi Rezal pun, Naya berdecak kesal. Lagi-lagi dia mengumpati kebodoh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status