Home / Mafia / Untuk Diriku yang Pernah Mencintaimu / Bab 3: Apa Kau Nggak Keberatan?

Share

Bab 3: Apa Kau Nggak Keberatan?

Author: KarenW
POV Sienna.

Makan malam telah usai. Tuan Donni sudah menyelesaikan acara bersulang . Lalu, seperti yang sudah kuduga, Estella menatapku dan memberi anggukan singkat.

Waktunya tiba. Dia menyerahkan mikrofon padaku dengan senyum yang begitu terang, sampai nyaris bisa membakar.

Aku melangkah ke atas panggung. Menegakkan punggung dan menghadap kerumunan yang berkilau di bawah cahaya lampu kristal.

"Aku merasa terhormat bisa berdiri di sini malam ini." Aku mulai berbicara, suaraku tenang. "Aku sudah mengenal Axel dan Estella hampir sepanjang hidupku. Melihat mereka akhirnya menemukan jalan pertemuan satu sama lain … itu keajaiban yang langka. Estella, nggak perlu diragukan lagi, adalah wanita yang sempurna untuk Axel. Mereka saling tertarik dan nggak terelakkan. Seolah memang sudah ditakdirkan."

Aku baru saja menyelesaikan kalimat itu ketika suara mengejek terdengar dari antara tamu.

"Kalau begitu kenapa kamu masih di sini, Sienna? Nggak usah cemburu deh."

Tawa lain menyusul lebih keras. "Bukankah dia seharusnya sudah pergi? Padahal alasan dia bertahan di Keluarga Valerio hanya untuk mendapatkan Axel."

"Aku yakin dia hanya nggak mau kehilangan gaya hidup mewahnya," sahut seorang wanita di barisan depan, suaranya dipenuhi kebencian. "Ayahnya sudah mati, ibunya lumpuh. Siapa lagi yang akan membiayainya?"

Tawa menggema di ruangan seperti gelombang racun.

Aku menoleh sedikit, cukup untuk menangkap ekspresi Estella. Dia tampak berseri-seri dan sangat puas.

Jadi itu rencananya. Membawaku ke sini, memberiku panggung, berpura-pura menghormatiku … hanya untuk menyaksikanku jatuh. Bahkan di malam pesta pertunangannya sendiri.

Aku menegakkan tubuh. Acuh tak acuh, tenang dan teguh.

"Untuk kalian yang sepertinya khawatir padaku..." Aku lanjut, suaraku pelan tapi tajam. "Aku lulus dari Universitas Cakra Buana, sarjana dan pascasarjana dengan beasiswa penuh. Semua SKS aku lewati. Aku nggak butuh siapa pun dan nggak akan pernah membutuhkan orang untuk menanggung hidupku."

Ruangan mulai sedikit hening.

"Aku sangat berterima kasih pada Keluarga Valerio atas kepercayaan dan pelatihan yang diberikan. Tapi aku juga nggak datang ke sini dengan tangan kosong. Aku yang memimpin negosiasi untuk kemitraan paling menguntungkan di kasino Keluarga Valerio. Aku yang menangani seluruh perjanjian di pihak Utara. Aku rasa banyak di antara kalian pernah berkunjung ke kasino Valerio, entah untuk mencari hiburan … atau urusan lain."

Aku menatap tajam seorang wanita elegan di barisan depan. "Nyonya Salma, aku membantumu dalam transaksi itu. Kamu mungkin nggak ingat jumlah pastinya, tapi aku ingat. Jujur saja, itu bukan bantuan yang bisa diberikan sembarang orang."

Beberapa tamu mulai gelisah di kursinya.

"Dan sejak aku turun tangan, nggak ada satu pun kesepakatan di Kasino Valerio yang gagal. Aku hanya berharap, Estella..." lanjutku lembut sambil menoleh padanya. "Kamu bisa meminjamkan kekuatanmu pada Axel sekarang. Tentu saja, kalau kamu nggak terlalu sibuk dengan … hal-hal lain."

Aku mengangkat gelas, senyumku tak pernah pudar. "Maaf, aku agak terbawa suasana. Mari kita kembali pada alasan kita berkumpul malam ini."

Aku menatap para hadirin.

"Untuk Estella dan Axel. Semoga masa depan kalian seindah malam ini."

Tepuk tangan mereka terdengar ragu, itu hanya formalitas.

Aku pun berbalik untuk turun dari panggung.

Namun, Estella menghampiriku, pipinya memerah oleh sesuatu yang kelihatannya bukan karena sampanye.

"Sienna," katanya dengan suara cukup keras untuk didengar oleh orang di separuh ruangan. "Kalau kamu nggak butuh Keluarga Valerio, lalu bagaimana dengan kalung berlian di lehermu itu? Apa kamu akan bilang kalau kamu membelinya dari uang beasiswamu juga? Dan gaun adibusana yang kamu pakai, bukankah itu dibayar oleh Nyonya Tiana?"

Aku tidak langsung menjawab. Hanya menoleh menatap Axel yang berdiri di pinggir panggung, diam seperti batu. "Axel," tanyaku tenang, "Apa kamu nggak keberatan?"

Responnya yang hanya diam saja sudah memberiku jawaban. Dia tidak akan menghentikan pertunjukan kecil Estella.

Aku tertawa pelan, pahit. Kupikir, cukup dengan menyingkir dari dia dan Estella, dengan membiarkan kisah keduanya seindah dongeng, mereka akan membiarkanku pergi dengan tenang.

Ternyata tidak. Beberapa orang tidak akan bisa melepaskanmu tanpa mencabik-cabikmu lebih dulu

Tatapanku menyapu ruangan, lalu kembali pada Estella. Bahkan dibalik riasan yang berlapis-lapis itu, dia tidak bisa menyembunyikan kecemburuan yang membara di matanya.

"Terus kenapa?" kataku dingin. "Nyonya Tiana pikir aku tampak cantik dengan gaun ini dan memberikannya padaku sebagai hadiah kelulusan. Apa itu salah?"

Bibir Estella melengkung sinis. "Kamu bilang nggak butuh dukungan Keluarga Valerio. Jadi buktikan. Lepas semua yang mereka berikan padamu sebelum kamu menyebut dirimu rendah hati. Kalau nggak, bukankah sama saja kamu munafik?"

Tanpa bicara, aku meraih kalung di leherku, membuka kaitnya dan menyerahkannya padanya.

Lalu, tanpa ragu, aku menarik ritsleting gaunku. Kain itu meluncur turun dari bahuku dan jatuh ke lantai.

Semua orang terkejut.

Di balik gaun adibusana itu, aku mengenakan gaun dalam sewarna kulit. Aku khawatir gaun itu terlalu terbuka jadi kuputuskan untuk memakainya agar nyaman, tapi sekarang terasa seperti baju zirah.

"Yang ini," kataku pelan. "Kubeli sendiri. Aku rasa ini boleh tetap kupakai, 'kan?"

Mata Estella menyipit, tapi dia mengangkat bahu. "Tentu saja."

Lalu dia menunjuk ke arah kakiku. "Bagaimana dengan sepatu hak tinggi itu?"

Aku melepaskannya. Melangkah ke tepi panggung dan menendangnya lembut ke arahnya.

"Puas sekarang?"

"Puas sekali," katanya lalu melingkarkan lengannya di lengan Axel. "Sayang, aku lelah. Kita pulang, ya?"

Axel menatapku sejenak. Tatapannya tidak terbaca.

Lalu mengangguk. "Tentu, sayang."

Tuan rumah menghilang. Para tamu mulai bubar dengan bisik-bisik rendah.

Aku berdiri tanpa alas kaki di atas panggung dengan kepala tegak.

Estella mungkin mengira dia telah menang kalau penghinaan seperti ini saja akan menghancurkanku.

Tapi kenyataannya? Aku merasa … bebas. Estella boleh memiliki mahkotanya. Lagipula, mahkota itu tidak pernah cocok untukku.

Di depan semua orang, aku telah memutus ikatan terakhirku dengan Keluarga Valerio dan itulah satu-satunya penutupan yang kubutuhkan.

Saat aku melangkah keluar ke udara malam yang hangat, sebuah mobil hitam mengilap berhenti di tepi jalan. Jendela penumpang turun perlahan.

"Sienna Michael?" Sebuah suara memanggil. Suaranya rendah dan halus. Wajahnya setengah tersembunyi oleh cahaya lampu jalan.

"Aku Erlang Kavindra," katanya. "Bisakah aku bicara sebentar denganmu?"

Aku mengerjap. Erlang Kavindra? Mafia Selatan itu?

Di kehidupanku yang lalu, aku hanya pernah mendengar namanya sekali. Saat aku mencoba menegosiasikan kesepakatan, aku langsung ditolak mentah-mentah. Kenapa dia ada di sini sekarang?

"Aku … pakaianku sedang nggak cocok untuk urusan bisnis," jawabku enteng. "Mungkin lain kali?"

"Ada gaun baru di kursi belakang," katanya datar. "Gantilah. Ada bar di sudut jalan. Aku akan traktir satu gelas bir."

Pria itu bersikeras.

Jadi aku tersenyum. "Baiklah."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Untuk Diriku yang Pernah Mencintaimu   Bab 8: Kehidupan Baru

    POV Sienna.Tentu saja, Keluarga Valerio pasti sudah mendengar kabar itu.Jadi, aku tidak terkejut ketika melihat Axel di kasino Keluarga Kavindra beberapa hari kemudian.Hal yang mengejutkanku adalah, dia terlihat terpuruk.Dia tidak lagi memancarkan aura seperti saat di kehidupanku dulu, bahkan sangat jauh dari sosok yang dulu kukenal.Aku berjalan melewatinya tanpa sedikit pun menoleh.Namun, saat aku hendak lewat di depannya, dia meraih pergelangan tanganku dengan lembut."Sienna."Aku langsung menarik tanganku. "Jangan sentuh aku."Dia tersentak, seolah aku baru saja menamparnya. Matanya terlihat sedih juga terkejut."Lama nggak bertemu," gumamnya, suaranya lebih lembut dari yang kuingat. "Bagaimana kabarmu?"Aku menatapnya lurus, tenang dan tak tergoyahkan.Bagaimana kabarku? Lebih baik, lebih kuat dan akhirnya bisa bebas."Aku baik," jawabku datar, menaikkan alis. "Kamu?"Rahangnya menegang. "Baik. Keluarga Valerio … mereka juga baik. Ayah dan ibu juga."Lalu hening. Suasananya

  • Untuk Diriku yang Pernah Mencintaimu   Bab 7: Aku Mencintaimu

    POV Sienna.Erlang tidak menyia-nyiakan waktu."Nona Sienna," katanya sambil menampilkan senyum tipisnya yang khasnya yang membuat banyak wanita tergila-gila dalam sekejap. "Kerja kerasmu bersama Keluarga Valerio tidak hanya membuat mereka nomor satu di Noria, tapi juga di seluruh Amarta."Pria itu sedikit mencondongkan tubuhnya, suaranya rendah dan penuh percaya diri. "Aku sedang membangun sesuatu di sini. Sebuah kerajaan kasino dan aku butuh seseorang yang tahu apa yang harus dilakukan. Seseorang sepertimu, aku ingin tahu apakah kamu bersedia bergabung denganku … Aku rasa kita bisa menciptakan kerjasama yang menakjubkan."Erlang memintaku bekerja dengannya. Kalau aku menolak, berarti aku bodoh.Belum lagi, dia punya aura itu. Aura berbahaya sekaligus menarik serta sekelam dosa. Pria yang terlahir untuk urusan gelap dan permainan kekuasaan yang penuh tipu daya.Di akhir pertemuan itu, aku menyetujuinya.Pria itu menawariku tiga kali lipat dari apa yang pernah diberikan Keluarga Valeri

  • Untuk Diriku yang Pernah Mencintaimu   Bab 6: Dia Nggak Salah

    POV Axel.Mata Estella berkaca-kaca. "Kenapa kamu berteriak padaku hanya karena hal sepele seperti ini? Axel, kita baru saja bertunangan dan beginikah caramu memperlakukanku?""Dia hanya... hanya Sienna," ucapnya, suaranya meninggi. "Dia bukan siapa-siapa. Kenapa aku nggak boleh membuang barang milik seseorang yang bukan siapa-siapa? Aku tunanganmu. Aku Nyonya Valerio. Bukankah itu yang penting?"Aku menatapnya lama, getir. "Bukan siapa-siapa?" kataku pelan, kata itu terasa seperti abu di mulutku. "Sienna telah berjasa lebih besar untuk keluarga ini dibanding sebagian besar orang yang menyandang marga Valerio. Dia bukan hanya 'bukan siapa-siapa' bagi Keluarga Valerio. nggak sekarang maupun nanti, jelas?"Estella berkedip cepat, seolah tidak bisa sepenuhnya memahami apa yang baru saja kuucapkan. Suaranya sempat bergetar pelan … kemudian dia menemukan kembali ketegasannya."Axel, kamu yang memilihku. Kamu sendiri yang menyuruh ayahmu mengeluarkan Sienna dari kasino Keluarga Valerio sepen

  • Untuk Diriku yang Pernah Mencintaimu   Bab 5: Jangan Percaya Siapapun

    POV Axel.Keheningan lebih lama kali ini, lalu … "Ya. Itu memang dia."Aku terpaku tak bergerak."Ayah juga nggak tahu bagaimana dia bisa menyelamatkanmu," lanjutnya dengan suara rendah, hampir seperti pengakuan. "Saat dia menemuiku, dia nyaris nggak bisa berdiri. Kakinya berlumuran darah. Tapi dia memaksaku berjanji untuk nggak memberitahumu.""Kenapa?" tanyaku, meski dalam hati aku sudah tahu jawabannya."Karena dia ingin semuanya adil," kata Ayah pelan. "Dia tahu bagaimana gadis-gadis di sekitarmu saling bersaing, bahwa satu momen simpati saja bisa mengubah segalanya. Dia nggak ingin penyelamatan itu menjadi kartu kemenangannya. Dia bilang, jika dia terpilih, dia harap alasannya adalah karena siapa dirinya, bukan karena dia telah menyelamatkan hidupmu."Ayah terdiam sejenak sebelum menambahkan dengan suara nyaris berbisik, "Ibumu dan aku … selalu percaya Sienna-lah orang yang tepat. Bukan hanya karena apa yang dia capai di kasino keluarga kita. Tapi karena bahkan sejak kecil, dia su

  • Untuk Diriku yang Pernah Mencintaimu   Bab 4: Terlahir Kembali

    POV Axel.Aku telah terlahir kembali. Entah bagaimana. Satu saat aku sekarat dan di saat berikutnya, aku membuka mata dan mendapati diriku kembali ke tubuhku saat berusia dua puluhan.Dan di sanalah ayahku, menatapku persis seperti dulu. Ucapannya pun sama persis."Pilih antara Sienna atau Estella. Siapa pun yang kamu pilih … dia akan menjadi istrimu."Dulu, aku menuruti keinginannya dan memilih Sienna. Dia pilihan yang masuk akal, tajam, tegas dan baik.Namun … hatiku sudah menjadi milih Estella.Di kehidupan lamaku, aku setiap hari menyesalinya. Estella meninggal dalam sebuah misi sebelum aku sempat memperbaiki segalanya.Kali ini, aku bersumpah akan melakukannya dengan benar. Aku tidak akan lagi menuruti kehendak siapa pun. Aku akan memilih Estella. Aku akan memberinya akhir bahagia yang dulu tak sempat dia dapatkan.Namun yang mengejutkanku, Sienna juga tidak sama seperti dulu.Di masa lalu, dia selalu tersenyum padaku. Bahkan ketika kami bertengkar, kami sih memang sering bertengk

  • Untuk Diriku yang Pernah Mencintaimu   Bab 3: Apa Kau Nggak Keberatan?

    POV Sienna.Makan malam telah usai. Tuan Donni sudah menyelesaikan acara bersulang . Lalu, seperti yang sudah kuduga, Estella menatapku dan memberi anggukan singkat.Waktunya tiba. Dia menyerahkan mikrofon padaku dengan senyum yang begitu terang, sampai nyaris bisa membakar.Aku melangkah ke atas panggung. Menegakkan punggung dan menghadap kerumunan yang berkilau di bawah cahaya lampu kristal."Aku merasa terhormat bisa berdiri di sini malam ini." Aku mulai berbicara, suaraku tenang. "Aku sudah mengenal Axel dan Estella hampir sepanjang hidupku. Melihat mereka akhirnya menemukan jalan pertemuan satu sama lain … itu keajaiban yang langka. Estella, nggak perlu diragukan lagi, adalah wanita yang sempurna untuk Axel. Mereka saling tertarik dan nggak terelakkan. Seolah memang sudah ditakdirkan."Aku baru saja menyelesaikan kalimat itu ketika suara mengejek terdengar dari antara tamu."Kalau begitu kenapa kamu masih di sini, Sienna? Nggak usah cemburu deh."Tawa lain menyusul lebih keras. "B

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status