Beranda / Rumah Tangga / Upik Abu Mertua / Bab 83. Membiasakan Diri

Share

Bab 83. Membiasakan Diri

Penulis: Rifat Nabilah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 22:00:52

Setelah Hafidz memesan makanan untuk kami berdua, kami langsung menyantapnya tanpa ragu. Namun, Putri masih belum sadar, sementara Hafizah menunggu agar bisa makan bersama kami. Suster yang menjaga juga memastikan asupan makanan yang diperbolehkan untuk Hafizah, mengingat dia baru saja keluar dari rumah sakit.

"Hafizah, kamu pasti menunggu Putri datang ke sini. Tenang saja, aku tidak akan membiarkan hal buruk menimpa Putri lagi. Biarkan dia beristirahat, aku yakin dia akan sadar dengan sendirinya."

"Aku mengerti, Hafidz. Aku hanya berharap dia ada di sini. Tidak ada yang salah, kan?"

"Tidak ada, kamu benar. Aku juga mengizinkanmu tidur bersama Putri jika kamu mau, meskipun aku sedikit khawatir luka kamu belum sepenuhnya aman jika terpegang oleh anakku saat dia bangun nanti."

Hafidz merenung sejenak dan kemudian mendapatkan ide yang bisa membuat Hafizah tidur satu kamar dengan anaknya.

"Aku akan meminta orang-orang kepercayaan ku untuk men
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Upik Abu Mertua   Bab 84. Rasa Takut Kehilangan

    "Aku tidak terpaksa, aku hanya ingin membahagiakan Putri. Dia ingin kamu menjadi ibunya," bisik Hafidz kepada Hafizah.Hafizah merasa keberatan jika Hafidz menikahinya hanya karena permintaan anak itu. Baginya, itu berarti Hafidz tidak benar-benar menginginkannya sebagai istri."Cukup! Aku yang tidak mau menikah denganmu! Lagipula, kamu tidak perlu bersikap seperti itu padaku, dan Putri juga tidak memaksamu jika kita bisa berbicara baik-baik dengannya."Hafizah mendekati Putri dan berkata, "Maafkan Tante cantik, sayang. Tolong pahami Tante, ya. Tante tidak bisa menikah sebelum kamu sembuh. Tante tidak ingin merayakan hari bahagia dalam keadaan sakit, sementara kamu juga sakit."Hafidz menggenggam tangan Hafizah untuk menghentikannya berbicara, tetapi Putri mulai berbicara lagi."Tante memang sangat cantik. Putri juga ingin mengenakan baju yang indah dan mahkota di kepalanya. Putri tidak mau memakai baju pasien seperti ini. Ayah, tidak apa-apa, biarkan aku sembuh dulu. Aku berjanji aka

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Upik Abu Mertua   Bab 85. Pembahasan Yang Sensitif

    "Tentang ibu kandungmu, sepertinya Tante pernah bertanya kepada Ayahmu, tetapi Ayahmu masih enggan membicarakannya. Kamu tahu bagaimana sikap Ayahmu selama ini. Tante tidak bisa memaksanya untuk berbagi, karena Ayahmu pasti merasakan sakit saat mengingat masa lalunya. Ada sesuatu yang dia sembunyikan untuk menutupi lukanya. Kamu juga tahu bahwa Ayahmu selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kamu, bahkan tanpa memikirkan dirinya sendiri."Putri mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan Hafizah. Seperti yang telah disebutkan, Hafidz memang sangat tertutup mengenai hal ini."Iya, Tante. Tapi Putri tetap ingin tahu siapa ibu kandung Putri," jawabnya.Hafizah menggenggam tangan Putri dengan lembut agar dia merasa lebih tenang. Putri menatap mata Hafizah, menyadari bahwa tidak ada yang bisa dilakukan lagi mengenai ibu kandungnya."Kamu tahu, pasti ibu kandungmu cantik seperti dirimu dan sangat menyayangimu. Hanya saja, ibumu memiliki banyak pekerjaan. Kamu harus ingat bahwa suatu

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-04
  • Upik Abu Mertua   Bab 86. Penyesalan Hafizah Menunda Pernikahan

    Hafidz berlari setelah selesai mandi, tanpa sempat mengenakan pakaian. Dia sangat khawatir tentang anaknya, hanya handuk yang melilit setengah tubuhnya terlihat oleh Hafizah dan para bodyguard."Putri!" Pria itu segera masuk ke dalam kamar dan mendapati Hafizah yang masih panik dan menangis, dipenuhi rasa penyesalan."Bagaimana bisa terjadi, Hafizah? Kamu tahu betapa pentingnya menjaga anak ini, tapi sekarang lihatlah apa yang terjadi!"Hafidz tampak kecewa pada Hafizah yang tidak mampu menjaga anak mereka dengan baik."Aku sudah berusaha menjaga dia semalaman, tapi tiba-tiba dia seperti ini. Aku tidak ingin dia dalam keadaan seperti ini. Ayo, cepat bawa dia ke rumah sakit!"Hafidz menggendong anaknya dengan kedua tangan, tanpa memikirkan pakaiannya yang belum dikenakan. Sementara itu, Hafizah yang menyaksikan semua itu segera berbisik kepada bodyguard yang ada di sampingnya."Segera ambil pakaian bos kalian, aku tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Upik Abu Mertua   Bab 1. Pembunuh!

    "Aku bukan pembunuh!" seru seorang wanita yang mulai bangkit di dekat batu nisan yang selesai di peluknya, air matanya pun masih belum mengering karena peristiwa yang baru dialaminya bersama mendiang suaminya yang baru meninggal dunia. "Bagiku kamulah pembunuh Hamid! Perempuan pembawa sial!" pekiknya berteriak lantang menunjukkan kemarahan di depan menantunya yang menurutnya menjadi penyebab anak laki-lakinya meninggalkan dunia ini. "Bukan! Aku tidak pernah membunuh Mas Hamid. Ibu salah paham padaku," balas Hafizah membela dirinya dari tuduhan mertua. "Tutup mulutmu! Jelas-jelas anakku yang sekarang meninggal, kuburannya masih belum kering dan kamu masih mengelak? Aku tidak akan memaafkan kamu, Hafizah! Sekarang kamu ikut aku ke kantor polisi." Hafizah mencoba melepaskan diri dari tangan Lestari yang menariknya sangat kuat, tetapi Lestari tidak terkalahkan menarik tangan Hafizah sampai bisa menjauh dari kuburan Hamid. "Lepas, Bu!" "Diam!" Lestari tetap pada pendiriannya un

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Upik Abu Mertua   Bab 2. Lima Tahun Kemudian

    "Di mana anakku, Bu?" Suara Hafizah terdengar oleh Lestari dan Dera yang duduk di sofa karena baru menghabiskan satu hari dengan membelanjakan uang Hamid sesuka hati mereka. "Hafizah?" Lestari kaget tidak percaya ada Hafizah di dalam rumah mewah anaknya Hamid. Begitupun Dera sama kagetnya kakak iparnya sudah ada di dalam rumah bahkan di ruang keluarga. "Iya, ini aku, sekarang aku sudah bebas. Jadi, apa boleh aku mengetahui di mana panti asuhan itu? Aku merindukan anakku." Hafizah tidak mungkin melupakan pengakuan ibu mertuanya yang telah membuang anaknya. Lima tahun menjadi penantian untuk bisa bertemu kembali dengan buah hatinya. Lestari dan Dera berdiri mendekati Hafizah yang tidak membawa apa-apa ditangannya, karena Hafizah memang tidak membawa barangnya ketika masuk penjara. "Enak saja mau tau anakmu! Kamu pikir aku bodoh sembarangan cerita di mana panti asuhan itu? Jangan harap, Hafizah!" "Bu, aku mohon. Anakku tidak bersalah sama sekali. Sekarang aku bebas, biarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Upik Abu Mertua   Bab 3. Kematian Dera

    "Lepas!" Tangan Hafidz melepaskan cengkraman tangan Lestari yang menyakiti Putri. "Menantu tidak tau diri! Sudah miskin, menumpang di rumahku. Sekarang kamu membela anak haram ini! Aku mau anakmu pergi dariku!" Mendengar anaknya diusir oleh ibu mertuanya membuat Hafidz geram ingin sekali bertindak kasar pada Lestari yang dari empat tahun yang lalu selalu merendahkan dan menghinanya habis-habisan. "Jaga bicara Anda!" Hafidz sangat marah pada ibu mertuanya, tetapi Lestari tidak mau kalah dari menantu laki-laki yang tidak bisa menguntungkan baginya ini. "Apa? Kamu yang harus jaga bicara! Pantas kamu membentak aku yang sudah memberikan kamu kehidupan mewah?" Lestari tidak takut pada Hafidz yang sedang marah, dia serius ingin mengusir Putri dari rumahnya karena Dera yang memintanya. Dera selalu mengeluh kalau anak Hafidz pembawa masalah. "Cukup!" Hafizah berteriak ke mereka berdua untuk menghentikan pertengkaran yang terjadi, karena masih ada mayat Dera yang masih tergeletak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Upik Abu Mertua   Bab 4. Menyiksa Menantu

    Ketika semua mata tertuju pada pemakanan yang hampir selesai, ternyata Lestari baru datang dengan tangan kosong berdiri tanpa air mata. "Pulang!" Lestari menarik tangan Hafizah agar menjauh dari tempat peristirahatan terakhir anaknya, membiarkan Hafidz yang akan mengurus semuanya. "Tapi, Bu ...." "Jangan tapi-tapi! Sekarang pulang kerjakan tugas rumah, kamu lupa kalau jadi pembantu? Kamu keluar rumah seenaknya tanpa menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu. Aku tidak akan biarkan!" Bisa-bisanya ibu mertuaku masih memikirkan pekerjaan rumah di saat pemakaman anak perempuan satu-satunya yang dia selalu bangga-banggakan. "Bu, dia anakmu, apa Ibu tidak sedih Dera tiada? Aku saja sedih, Bu." Belum pernah Hafizah menemui seorang ibu yang tidak sedih anaknya tiada. Namun, berbeda dengan ibu mertuanya yang tidak menangis sedikitpun. "Diam kamu, Hafizah! Jangan mencoba mengatur aku bagaimana. Sudah aku bilang kamu harus panggil, Nyonya! Sekarang aku mau kamu pulang dan kerjakan tug

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Upik Abu Mertua   Bab 5. Rahasia Hafizah

    "Aku tidak tau bisa atau tidak untuk membantumu, setidaknya handuk ini bisa menutupi pakaianmu yang basah," ucap seseorang yang tiba-tiba datang menyodorkan handuk. Hafizah menoleh, "Hafidz, sejak kapan kamu di situ?" tanyanya. "Eum, dari tadi, sama Putri juga menyaksikan kamu diguyur air, ini sudah malam, sebaiknya dilanjutkan besok, aku rasa Ibu Lestari juga tidak akan keluar kamar lagi." Hafidz mengetahui kebiasaan ibu mertuanya yang mengunci diri di dalam kamar dengan alkoholnya. "Terima kasih," balas Hafizah mengambil handuk tersebut. Tiba-tiba matanya tertuju pada Putri yang menarik-narik pelan handuk yang dikenakan Hafizah. "Tante cantik, ini aku bawakan minuman hangat," ucapnya. Hafizah tersenyum, rasa sedihnya menghilang seketika menatap senyuman Putri, seperti ada magnet yang begitu luar biasa membuatnya bisa semangat lagi. "Terima kasih anak baik." Diambilnya minuman hangat yang dibawakan Putri padanya, setidaknya sudah menjadi obat penawar rasa sakit sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26

Bab terbaru

  • Upik Abu Mertua   Bab 86. Penyesalan Hafizah Menunda Pernikahan

    Hafidz berlari setelah selesai mandi, tanpa sempat mengenakan pakaian. Dia sangat khawatir tentang anaknya, hanya handuk yang melilit setengah tubuhnya terlihat oleh Hafizah dan para bodyguard."Putri!" Pria itu segera masuk ke dalam kamar dan mendapati Hafizah yang masih panik dan menangis, dipenuhi rasa penyesalan."Bagaimana bisa terjadi, Hafizah? Kamu tahu betapa pentingnya menjaga anak ini, tapi sekarang lihatlah apa yang terjadi!"Hafidz tampak kecewa pada Hafizah yang tidak mampu menjaga anak mereka dengan baik."Aku sudah berusaha menjaga dia semalaman, tapi tiba-tiba dia seperti ini. Aku tidak ingin dia dalam keadaan seperti ini. Ayo, cepat bawa dia ke rumah sakit!"Hafidz menggendong anaknya dengan kedua tangan, tanpa memikirkan pakaiannya yang belum dikenakan. Sementara itu, Hafizah yang menyaksikan semua itu segera berbisik kepada bodyguard yang ada di sampingnya."Segera ambil pakaian bos kalian, aku tidak

  • Upik Abu Mertua   Bab 85. Pembahasan Yang Sensitif

    "Tentang ibu kandungmu, sepertinya Tante pernah bertanya kepada Ayahmu, tetapi Ayahmu masih enggan membicarakannya. Kamu tahu bagaimana sikap Ayahmu selama ini. Tante tidak bisa memaksanya untuk berbagi, karena Ayahmu pasti merasakan sakit saat mengingat masa lalunya. Ada sesuatu yang dia sembunyikan untuk menutupi lukanya. Kamu juga tahu bahwa Ayahmu selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kamu, bahkan tanpa memikirkan dirinya sendiri."Putri mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan Hafizah. Seperti yang telah disebutkan, Hafidz memang sangat tertutup mengenai hal ini."Iya, Tante. Tapi Putri tetap ingin tahu siapa ibu kandung Putri," jawabnya.Hafizah menggenggam tangan Putri dengan lembut agar dia merasa lebih tenang. Putri menatap mata Hafizah, menyadari bahwa tidak ada yang bisa dilakukan lagi mengenai ibu kandungnya."Kamu tahu, pasti ibu kandungmu cantik seperti dirimu dan sangat menyayangimu. Hanya saja, ibumu memiliki banyak pekerjaan. Kamu harus ingat bahwa suatu

  • Upik Abu Mertua   Bab 84. Rasa Takut Kehilangan

    "Aku tidak terpaksa, aku hanya ingin membahagiakan Putri. Dia ingin kamu menjadi ibunya," bisik Hafidz kepada Hafizah.Hafizah merasa keberatan jika Hafidz menikahinya hanya karena permintaan anak itu. Baginya, itu berarti Hafidz tidak benar-benar menginginkannya sebagai istri."Cukup! Aku yang tidak mau menikah denganmu! Lagipula, kamu tidak perlu bersikap seperti itu padaku, dan Putri juga tidak memaksamu jika kita bisa berbicara baik-baik dengannya."Hafizah mendekati Putri dan berkata, "Maafkan Tante cantik, sayang. Tolong pahami Tante, ya. Tante tidak bisa menikah sebelum kamu sembuh. Tante tidak ingin merayakan hari bahagia dalam keadaan sakit, sementara kamu juga sakit."Hafidz menggenggam tangan Hafizah untuk menghentikannya berbicara, tetapi Putri mulai berbicara lagi."Tante memang sangat cantik. Putri juga ingin mengenakan baju yang indah dan mahkota di kepalanya. Putri tidak mau memakai baju pasien seperti ini. Ayah, tidak apa-apa, biarkan aku sembuh dulu. Aku berjanji aka

  • Upik Abu Mertua   Bab 83. Membiasakan Diri

    Setelah Hafidz memesan makanan untuk kami berdua, kami langsung menyantapnya tanpa ragu. Namun, Putri masih belum sadar, sementara Hafizah menunggu agar bisa makan bersama kami. Suster yang menjaga juga memastikan asupan makanan yang diperbolehkan untuk Hafizah, mengingat dia baru saja keluar dari rumah sakit."Hafizah, kamu pasti menunggu Putri datang ke sini. Tenang saja, aku tidak akan membiarkan hal buruk menimpa Putri lagi. Biarkan dia beristirahat, aku yakin dia akan sadar dengan sendirinya.""Aku mengerti, Hafidz. Aku hanya berharap dia ada di sini. Tidak ada yang salah, kan?""Tidak ada, kamu benar. Aku juga mengizinkanmu tidur bersama Putri jika kamu mau, meskipun aku sedikit khawatir luka kamu belum sepenuhnya aman jika terpegang oleh anakku saat dia bangun nanti."Hafidz merenung sejenak dan kemudian mendapatkan ide yang bisa membuat Hafizah tidur satu kamar dengan anaknya."Aku akan meminta orang-orang kepercayaan ku untuk men

  • Upik Abu Mertua   Bab 82. Pengertian

    "Aku akan bersikap adil. Setidaknya, aku tahu mana yang benar untukku dan mana sikap mereka yang bisa aku perbaiki. Jika aku benar-benar menikah denganmu, itu berarti aku akan menjadi seorang ibu. Maka, aku akan mencintai dengan tindakan, bukan?"Hafidz tersenyum mendengar pernyataan Hafizah, calon istrinya yang sangat berbeda dari wanita yang pernah dicintainya sebelumnya."Baiklah, aku percaya padamu. Kita akan segera sampai di rumah."Hafidz merasa tenang mendengar jawaban Hafizah, terutama karena perlakuannya terhadap anaknya dan dirinya sendiri yang selama ini ia kenal.Setelah lima menit, mereka tiba di depan rumah Hafidz. Mobil pun berhenti karena pagar tertutup rapat. Hafidz menghubungi penjaga rumahnya di dalam menggunakan ponselnya. Ini tampaknya sudah menjadi kebiasaan, karena Hafidz melarang siapa pun untuk membuka pintu gerbang kecuali jika ia yang menghubungi terlebih dahulu.Saat pintu dibuka, Hafizah tiba-tiba keluar dari mobil

  • Upik Abu Mertua   Bab 81. Sebuah Kejujuran

    Pada malam hari, saat Hafidz tiba di rumah sakit, ia mendapati Hafizah sudah menunggunya dengan senyuman. Di sampingnya, terdapat beberapa makanan dan selimut yang disiapkan untuk Hafidz jika ia ingin menunggu di sana."Selamat datang, Hafidz," sapa Hafizah."Ada apa ini? Kenapa kamu menyambut ku dengan begitu meriah?" tanya Hafidz."Saya hanya ingin menghargai kamu yang kemarin menunggu saya tanpa makanan dan selimut. Sekarang, karena saya sudah sadar, saya ingin memberikan semua ini. Anggap saja ini sebagai latihan saya sebagai calon istrimu. Meskipun kemarin kita tidak jadi menikah, bukan berarti kita tidak bisa bersatu, kan?" Hafidz mendekati Hafizah yang terbaring di tempat tidurnya dan menggenggam tangannya."Tentu, kita akan bersatu dan menjelajahi samudera yang luas bersama. Selain itu, kamu akan bersama Putri, yang akan menjadi anakmu."Hafizah tersenyum, terharu mendengar kata-kata itu. Ia merasa bahagia melihat orang

  • Upik Abu Mertua   Bab 80. Menjebak Lestari

    Ketika Lestari berusaha melarikan diri dari kamar Hafidz, tiba-tiba tiga orang polisi masuk dan mengepungnya di hadapan Hafidz, yang telah merencanakan semua ini."Menyerah lah, Lestari! Polisi sudah datang untuk menjemputmu, dan aku pastikan kamu tidak akan bisa bebas. Di sana adalah tempatmu," kata Hafidz dengan tegas.Hafidz tidak ingin melihat wajah Lestari lagi, apalagi membiarkannya masuk ke rumahnya. Ini adalah yang terakhir kalinya."Dasar licik, Hafidz! Kamu telah menjebak aku di sini, padahal kamu sendiri yang berniat mencuri barangku," Lestari berusaha memfitnah mantan menantunya."Apa lagi yang ingin kamu lakukan, Lestari? Memfitnah lagi? Itu tidak akan berhasil, karena bukti-buktinya sudah ada. Polisi juga mendengar percakapan kita di luar tadi. Jadi, jika kamu ingin memfitnahku, lebih baik bicarakan semua itu kepada dokter jiwa yang akan memeriksa kejiwaanmu."Lestari tampak sangat ketakutan saat polisi mengarahkan pistol ke

  • Upik Abu Mertua   Bab 79. Kemarahan Hafidz Pada Lestari

    Hafidz menggendong anaknya dan memasuki rumah. Mereka telah tiba dan berencana melanjutkan ke kamar Putri. Saat itu, Hafidz merasa tenang karena rumahnya cukup aman dengan banyak penjagaan di luar.Namun, ia keliru. Seseorang sedang mengendap-endap dari samping, memasuki rumah melalui jendela yang terbuka, dan bergerak di dalam mencari ruangan dengan niat yang tidak baik."Di mana kamar, Hafidz?"Lestari berjalan perlahan di dalam rumah, bertekad untuk mengambil apa yang diinginkannya. Dia tidak melihat Hafidz di sekitarnya, tetapi yakin bahwa Hafidz dan Putri sudah ada di sana.Sementara itu, Hafidz masih sibuk di dalam kamar, memberikan obat kepada anaknya agar bisa beristirahat. Tiba-tiba, dia mendengar suara aneh dari luar kamar, sesuatu jatuh dengan keras, meskipun suara itu tidak akan terdengar dari luar rumah. Hafidz membuka sedikit pintu kamar anaknya dan melihat tidak ada orang di luar. Namun, dia mulai curiga bahwa seseorang telah masuk

  • Upik Abu Mertua   Bab 78. Ketahuan

    "Hafizah, aku harus pulang sekarang. Sepertinya kamu sudah merasa lebih baik. Aku perlu mengganti pakaian, tapi nanti aku akan kembali ke sini. Apakah kamu baik-baik saja jika aku pergi?"Hafidz berusaha mencari kesempatan untuk melihat anaknya di ruangan lain, sementara Hafizah masih berjuang untuk membuka diri."Baiklah, kamu bisa pulang dulu. Aku melihat wajahmu yang sangat lelah. Pergilah sekarang," jawab Hafizah.Meskipun Hafizah tidak ingin menahan Hafidz untuk tetap bersamanya, ada rasa curiga yang menggelayuti pikirannya tentang alasan di balik kepergian Hafidz."Kalau begitu, aku akan pergi. Kamu bisa menghubungiku jika membutuhkan sesuatu, atau aku bisa menugaskan seseorang yang aku percayai untuk menjagamu di sini.""Sepertinya itu tidak perlu, Hafidz. Di sini masih ada dokter dan perawat. Kamu bisa pergi sekarang, tidak perlu berlebihan menjagaku."Hafizah sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan saat sakit, tidak ada yang menemaninya sep

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status