Home / Rumah Tangga / Upik Abu Mertua / Bab 84. Rasa Takut Kehilangan

Share

Bab 84. Rasa Takut Kehilangan

Author: Rifat Nabilah
last update Last Updated: 2025-05-03 22:20:20

"Aku tidak terpaksa, aku hanya ingin membahagiakan Putri. Dia ingin kamu menjadi ibunya," bisik Hafidz kepada Hafizah.

Hafizah merasa keberatan jika Hafidz menikahinya hanya karena permintaan anak itu. Baginya, itu berarti Hafidz tidak benar-benar menginginkannya sebagai istri.

"Cukup! Aku yang tidak mau menikah denganmu! Lagipula, kamu tidak perlu bersikap seperti itu padaku, dan Putri juga tidak memaksamu jika kita bisa berbicara baik-baik dengannya."

Hafizah mendekati Putri dan berkata, "Maafkan Tante cantik, sayang. Tolong pahami Tante, ya. Tante tidak bisa menikah sebelum kamu sembuh. Tante tidak ingin merayakan hari bahagia dalam keadaan sakit, sementara kamu juga sakit."

Hafidz menggenggam tangan Hafizah untuk menghentikannya berbicara, tetapi Putri mulai berbicara lagi.

"Tante memang sangat cantik. Putri juga ingin mengenakan baju yang indah dan mahkota di kepalanya. Putri tidak mau memakai baju pasien seperti ini. Ayah, tidak apa-apa, biarkan aku sembuh dulu. Aku berjanji aka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Upik Abu Mertua   Bab 85. Pembahasan Yang Sensitif

    "Tentang ibu kandungmu, sepertinya Tante pernah bertanya kepada Ayahmu, tetapi Ayahmu masih enggan membicarakannya. Kamu tahu bagaimana sikap Ayahmu selama ini. Tante tidak bisa memaksanya untuk berbagi, karena Ayahmu pasti merasakan sakit saat mengingat masa lalunya. Ada sesuatu yang dia sembunyikan untuk menutupi lukanya. Kamu juga tahu bahwa Ayahmu selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kamu, bahkan tanpa memikirkan dirinya sendiri."Putri mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan Hafizah. Seperti yang telah disebutkan, Hafidz memang sangat tertutup mengenai hal ini."Iya, Tante. Tapi Putri tetap ingin tahu siapa ibu kandung Putri," jawabnya.Hafizah menggenggam tangan Putri dengan lembut agar dia merasa lebih tenang. Putri menatap mata Hafizah, menyadari bahwa tidak ada yang bisa dilakukan lagi mengenai ibu kandungnya."Kamu tahu, pasti ibu kandungmu cantik seperti dirimu dan sangat menyayangimu. Hanya saja, ibumu memiliki banyak pekerjaan. Kamu harus ingat bahwa suatu

    Last Updated : 2025-05-04
  • Upik Abu Mertua   Bab 86. Penyesalan Hafizah Menunda Pernikahan

    Hafidz berlari setelah selesai mandi, tanpa sempat mengenakan pakaian. Dia sangat khawatir tentang anaknya, hanya handuk yang melilit setengah tubuhnya terlihat oleh Hafizah dan para bodyguard."Putri!" Pria itu segera masuk ke dalam kamar dan mendapati Hafizah yang masih panik dan menangis, dipenuhi rasa penyesalan."Bagaimana bisa terjadi, Hafizah? Kamu tahu betapa pentingnya menjaga anak ini, tapi sekarang lihatlah apa yang terjadi!"Hafidz tampak kecewa pada Hafizah yang tidak mampu menjaga anak mereka dengan baik."Aku sudah berusaha menjaga dia semalaman, tapi tiba-tiba dia seperti ini. Aku tidak ingin dia dalam keadaan seperti ini. Ayo, cepat bawa dia ke rumah sakit!"Hafidz menggendong anaknya dengan kedua tangan, tanpa memikirkan pakaiannya yang belum dikenakan. Sementara itu, Hafizah yang menyaksikan semua itu segera berbisik kepada bodyguard yang ada di sampingnya."Segera ambil pakaian bos kalian, aku tidak

    Last Updated : 2025-05-05
  • Upik Abu Mertua   Bab 87. Kekecewaan Hafizah Yang Kesekian Kalinya

    Hafidz berusaha menghubungi Hafizah, namun tidak ada jawaban dari wanita itu. Kini, ia merasa bahwa Hafizah mungkin marah padanya dan merasa terluka karena telah disalahkan sebelumnya."Apakah aku sudah berlebihan terhadap Hafizah? Aku harus segera meminta maaf padanya sebelum semuanya terlambat."Hafidz masih menunggu kabar dari dokter yang berada di dalam ruangan, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan permintaan Putri. "Kamu tetap di sini, jangan lupa kabari aku jika ada informasi dari dokter. Aku akan segera kembali.""Jangan, Pak Hafidz. Saya khawatir akan ada tindakan serius. Sebaiknya Pak Hafidz tetap di sini, takutnya mereka meminta persetujuan untuk operasi seperti sebelumnya, dan saya tidak bisa melakukannya."Hafidz terdiam. Ia tidak akan pergi setelah mengingat apa yang terjadi pada anaknya, dan ia tidak mungkin meminta bodyguard untuk mengambil alih tanggung jawabnya di sini."Kamu benar. Sekarang, hubungi bodyguard yang ada di rumah untuk membawa Hafizah ke sini. Jangan

    Last Updated : 2025-05-06
  • Upik Abu Mertua   Bab 88. Pengobatan Untuk Putri

    Hafizah menangis sepanjang perjalanan, menyadari bahwa malam ini ia akan menghadapi sesuatu yang jauh lebih menyakitkan daripada pengkhianatan, yaitu terpaksa memenuhi harapan yang tidak diinginkannya. "Aku tidak menyangkal perasaanku, tetapi mengapa Hafidz tidak bisa melihat dengan jelas konsekuensi dari memaksakan pernikahan seperti ini? Aku tidak mau, dan dia juga tidak mau memahami semua ini."Hari yang seharusnya menjadi momen bahagia bagi Hafizah, Hafidz, dan Putri justru berubah menjadi kesedihan, bahkan bagi Hafidz yang masih menunggu anaknya di luar ruang ICU. "Aku bodoh! Aku salah karena membiarkan Hafizah pergi dariku, tetapi aku hanya ingin melihat Putri sembuh dari sakitnya. Permintaan Putri sangat berarti bagiku. Apa salahnya? Dia mencintaiku, dan aku juga mencintainya."Hafidz merenungkan dengan dalam tindakan yang telah dilakukannya terhadap Hafizah. Sementara itu, Hafizah yang telah tiba di rumah merasakan kehilangan yang mendal

    Last Updated : 2025-05-07
  • Upik Abu Mertua   Bab 89. Masih Tentang Putri

    Hafidz telah memberi tahu dokter yang merawat Putri bahwa anak tersebut memerlukan pengobatan terbaik. Namun, keterbatasan fasilitas di rumah sakit itu tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien dengan penyakit langka seperti yang diderita Putri.Segera, Hafidz meminta rumah sakit untuk merujuk Putri ke luar negeri, memilih rumah sakit yang direkomendasikan oleh seorang teman lamanya yang tinggal di luar negeri.Hari itu juga, Hafidz terbang ke Thailand, di mana banyak orang menjalani operasi plastik dan berbagai prosedur medis lainnya. Thailand juga dikenal memiliki pengobatan yang canggih, termasuk untuk penyakit langka seperti yang dialami Putri."Ayah akan melakukan segalanya untukmu, sayang. Jadi, semangat lah untuk sembuh. Di sini, Ayah akan menemanimu sampai kamu membuka mata lagi," kata Hafidz saat berada di dalam mobil ambulans yang menuju bandara.Hafidz memilih untuk menggunakan pesawat pribadinya agar tidak perlu lama-lama membawa anaknya.

    Last Updated : 2025-05-07
  • Upik Abu Mertua   Bab 90. Kembali Menghantui Kehidupan Hafizah

    Setelah selesai makan, Hafizah segera pergi untuk mencari kebutuhan bulanan yang akan disimpan di lemari es, setidaknya untuk persediaan selama seminggu."Baiklah, ini adalah pengalaman pertamaku melakukan ini. Aku sudah menyiapkan daftar belanja seperti ibu-ibu pada umumnya, dan sekarang saatnya untuk membeli semua yang aku butuhkan," ujarnya.Hafizah mulai menjelajahi toko, mencari barang-barang yang diperlukan, didampingi oleh para bodyguard yang setia mengawalnya tanpa lelah. Mereka sudah tidak merasa lapar, terutama karena Hafizah telah menyediakan minuman untuk mereka selama bertugas."Aku tidak mengerti, semua bahan makanan harganya sudah naik, dan aku harus menyesuaikan anggaran meskipun uangku tidak akan habis," keluhnya, sama seperti wanita pada umumnya.Hafizah mengambil sayuran yang ada di depannya ketika tiba-tiba dia mendengar suara seseorang menepuk bahunya."Ibu Hafizah, ada telepon dari Pak Hafidz."Wanita itu en

    Last Updated : 2025-05-08
  • Upik Abu Mertua   Bab 1. Pembunuh!

    "Aku bukan pembunuh!" seru seorang wanita yang mulai bangkit di dekat batu nisan yang selesai di peluknya, air matanya pun masih belum mengering karena peristiwa yang baru dialaminya bersama mendiang suaminya yang baru meninggal dunia. "Bagiku kamulah pembunuh Hamid! Perempuan pembawa sial!" pekiknya berteriak lantang menunjukkan kemarahan di depan menantunya yang menurutnya menjadi penyebab anak laki-lakinya meninggalkan dunia ini. "Bukan! Aku tidak pernah membunuh Mas Hamid. Ibu salah paham padaku," balas Hafizah membela dirinya dari tuduhan mertua. "Tutup mulutmu! Jelas-jelas anakku yang sekarang meninggal, kuburannya masih belum kering dan kamu masih mengelak? Aku tidak akan memaafkan kamu, Hafizah! Sekarang kamu ikut aku ke kantor polisi." Hafizah mencoba melepaskan diri dari tangan Lestari yang menariknya sangat kuat, tetapi Lestari tidak terkalahkan menarik tangan Hafizah sampai bisa menjauh dari kuburan Hamid. "Lepas, Bu!" "Diam!" Lestari tetap pada pendiriannya un

    Last Updated : 2024-11-26
  • Upik Abu Mertua   Bab 2. Lima Tahun Kemudian

    "Di mana anakku, Bu?" Suara Hafizah terdengar oleh Lestari dan Dera yang duduk di sofa karena baru menghabiskan satu hari dengan membelanjakan uang Hamid sesuka hati mereka. "Hafizah?" Lestari kaget tidak percaya ada Hafizah di dalam rumah mewah anaknya Hamid. Begitupun Dera sama kagetnya kakak iparnya sudah ada di dalam rumah bahkan di ruang keluarga. "Iya, ini aku, sekarang aku sudah bebas. Jadi, apa boleh aku mengetahui di mana panti asuhan itu? Aku merindukan anakku." Hafizah tidak mungkin melupakan pengakuan ibu mertuanya yang telah membuang anaknya. Lima tahun menjadi penantian untuk bisa bertemu kembali dengan buah hatinya. Lestari dan Dera berdiri mendekati Hafizah yang tidak membawa apa-apa ditangannya, karena Hafizah memang tidak membawa barangnya ketika masuk penjara. "Enak saja mau tau anakmu! Kamu pikir aku bodoh sembarangan cerita di mana panti asuhan itu? Jangan harap, Hafizah!" "Bu, aku mohon. Anakku tidak bersalah sama sekali. Sekarang aku bebas, biarkan

    Last Updated : 2024-11-26

Latest chapter

  • Upik Abu Mertua   Bab 90. Kembali Menghantui Kehidupan Hafizah

    Setelah selesai makan, Hafizah segera pergi untuk mencari kebutuhan bulanan yang akan disimpan di lemari es, setidaknya untuk persediaan selama seminggu."Baiklah, ini adalah pengalaman pertamaku melakukan ini. Aku sudah menyiapkan daftar belanja seperti ibu-ibu pada umumnya, dan sekarang saatnya untuk membeli semua yang aku butuhkan," ujarnya.Hafizah mulai menjelajahi toko, mencari barang-barang yang diperlukan, didampingi oleh para bodyguard yang setia mengawalnya tanpa lelah. Mereka sudah tidak merasa lapar, terutama karena Hafizah telah menyediakan minuman untuk mereka selama bertugas."Aku tidak mengerti, semua bahan makanan harganya sudah naik, dan aku harus menyesuaikan anggaran meskipun uangku tidak akan habis," keluhnya, sama seperti wanita pada umumnya.Hafizah mengambil sayuran yang ada di depannya ketika tiba-tiba dia mendengar suara seseorang menepuk bahunya."Ibu Hafizah, ada telepon dari Pak Hafidz."Wanita itu en

  • Upik Abu Mertua   Bab 89. Masih Tentang Putri

    Hafidz telah memberi tahu dokter yang merawat Putri bahwa anak tersebut memerlukan pengobatan terbaik. Namun, keterbatasan fasilitas di rumah sakit itu tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien dengan penyakit langka seperti yang diderita Putri.Segera, Hafidz meminta rumah sakit untuk merujuk Putri ke luar negeri, memilih rumah sakit yang direkomendasikan oleh seorang teman lamanya yang tinggal di luar negeri.Hari itu juga, Hafidz terbang ke Thailand, di mana banyak orang menjalani operasi plastik dan berbagai prosedur medis lainnya. Thailand juga dikenal memiliki pengobatan yang canggih, termasuk untuk penyakit langka seperti yang dialami Putri."Ayah akan melakukan segalanya untukmu, sayang. Jadi, semangat lah untuk sembuh. Di sini, Ayah akan menemanimu sampai kamu membuka mata lagi," kata Hafidz saat berada di dalam mobil ambulans yang menuju bandara.Hafidz memilih untuk menggunakan pesawat pribadinya agar tidak perlu lama-lama membawa anaknya.

  • Upik Abu Mertua   Bab 88. Pengobatan Untuk Putri

    Hafizah menangis sepanjang perjalanan, menyadari bahwa malam ini ia akan menghadapi sesuatu yang jauh lebih menyakitkan daripada pengkhianatan, yaitu terpaksa memenuhi harapan yang tidak diinginkannya. "Aku tidak menyangkal perasaanku, tetapi mengapa Hafidz tidak bisa melihat dengan jelas konsekuensi dari memaksakan pernikahan seperti ini? Aku tidak mau, dan dia juga tidak mau memahami semua ini."Hari yang seharusnya menjadi momen bahagia bagi Hafizah, Hafidz, dan Putri justru berubah menjadi kesedihan, bahkan bagi Hafidz yang masih menunggu anaknya di luar ruang ICU. "Aku bodoh! Aku salah karena membiarkan Hafizah pergi dariku, tetapi aku hanya ingin melihat Putri sembuh dari sakitnya. Permintaan Putri sangat berarti bagiku. Apa salahnya? Dia mencintaiku, dan aku juga mencintainya."Hafidz merenungkan dengan dalam tindakan yang telah dilakukannya terhadap Hafizah. Sementara itu, Hafizah yang telah tiba di rumah merasakan kehilangan yang mendal

  • Upik Abu Mertua   Bab 87. Kekecewaan Hafizah Yang Kesekian Kalinya

    Hafidz berusaha menghubungi Hafizah, namun tidak ada jawaban dari wanita itu. Kini, ia merasa bahwa Hafizah mungkin marah padanya dan merasa terluka karena telah disalahkan sebelumnya."Apakah aku sudah berlebihan terhadap Hafizah? Aku harus segera meminta maaf padanya sebelum semuanya terlambat."Hafidz masih menunggu kabar dari dokter yang berada di dalam ruangan, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan permintaan Putri. "Kamu tetap di sini, jangan lupa kabari aku jika ada informasi dari dokter. Aku akan segera kembali.""Jangan, Pak Hafidz. Saya khawatir akan ada tindakan serius. Sebaiknya Pak Hafidz tetap di sini, takutnya mereka meminta persetujuan untuk operasi seperti sebelumnya, dan saya tidak bisa melakukannya."Hafidz terdiam. Ia tidak akan pergi setelah mengingat apa yang terjadi pada anaknya, dan ia tidak mungkin meminta bodyguard untuk mengambil alih tanggung jawabnya di sini."Kamu benar. Sekarang, hubungi bodyguard yang ada di rumah untuk membawa Hafizah ke sini. Jangan

  • Upik Abu Mertua   Bab 86. Penyesalan Hafizah Menunda Pernikahan

    Hafidz berlari setelah selesai mandi, tanpa sempat mengenakan pakaian. Dia sangat khawatir tentang anaknya, hanya handuk yang melilit setengah tubuhnya terlihat oleh Hafizah dan para bodyguard."Putri!" Pria itu segera masuk ke dalam kamar dan mendapati Hafizah yang masih panik dan menangis, dipenuhi rasa penyesalan."Bagaimana bisa terjadi, Hafizah? Kamu tahu betapa pentingnya menjaga anak ini, tapi sekarang lihatlah apa yang terjadi!"Hafidz tampak kecewa pada Hafizah yang tidak mampu menjaga anak mereka dengan baik."Aku sudah berusaha menjaga dia semalaman, tapi tiba-tiba dia seperti ini. Aku tidak ingin dia dalam keadaan seperti ini. Ayo, cepat bawa dia ke rumah sakit!"Hafidz menggendong anaknya dengan kedua tangan, tanpa memikirkan pakaiannya yang belum dikenakan. Sementara itu, Hafizah yang menyaksikan semua itu segera berbisik kepada bodyguard yang ada di sampingnya."Segera ambil pakaian bos kalian, aku tidak

  • Upik Abu Mertua   Bab 85. Pembahasan Yang Sensitif

    "Tentang ibu kandungmu, sepertinya Tante pernah bertanya kepada Ayahmu, tetapi Ayahmu masih enggan membicarakannya. Kamu tahu bagaimana sikap Ayahmu selama ini. Tante tidak bisa memaksanya untuk berbagi, karena Ayahmu pasti merasakan sakit saat mengingat masa lalunya. Ada sesuatu yang dia sembunyikan untuk menutupi lukanya. Kamu juga tahu bahwa Ayahmu selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kamu, bahkan tanpa memikirkan dirinya sendiri."Putri mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan Hafizah. Seperti yang telah disebutkan, Hafidz memang sangat tertutup mengenai hal ini."Iya, Tante. Tapi Putri tetap ingin tahu siapa ibu kandung Putri," jawabnya.Hafizah menggenggam tangan Putri dengan lembut agar dia merasa lebih tenang. Putri menatap mata Hafizah, menyadari bahwa tidak ada yang bisa dilakukan lagi mengenai ibu kandungnya."Kamu tahu, pasti ibu kandungmu cantik seperti dirimu dan sangat menyayangimu. Hanya saja, ibumu memiliki banyak pekerjaan. Kamu harus ingat bahwa suatu

  • Upik Abu Mertua   Bab 84. Rasa Takut Kehilangan

    "Aku tidak terpaksa, aku hanya ingin membahagiakan Putri. Dia ingin kamu menjadi ibunya," bisik Hafidz kepada Hafizah.Hafizah merasa keberatan jika Hafidz menikahinya hanya karena permintaan anak itu. Baginya, itu berarti Hafidz tidak benar-benar menginginkannya sebagai istri."Cukup! Aku yang tidak mau menikah denganmu! Lagipula, kamu tidak perlu bersikap seperti itu padaku, dan Putri juga tidak memaksamu jika kita bisa berbicara baik-baik dengannya."Hafizah mendekati Putri dan berkata, "Maafkan Tante cantik, sayang. Tolong pahami Tante, ya. Tante tidak bisa menikah sebelum kamu sembuh. Tante tidak ingin merayakan hari bahagia dalam keadaan sakit, sementara kamu juga sakit."Hafidz menggenggam tangan Hafizah untuk menghentikannya berbicara, tetapi Putri mulai berbicara lagi."Tante memang sangat cantik. Putri juga ingin mengenakan baju yang indah dan mahkota di kepalanya. Putri tidak mau memakai baju pasien seperti ini. Ayah, tidak apa-apa, biarkan aku sembuh dulu. Aku berjanji aka

  • Upik Abu Mertua   Bab 83. Membiasakan Diri

    Setelah Hafidz memesan makanan untuk kami berdua, kami langsung menyantapnya tanpa ragu. Namun, Putri masih belum sadar, sementara Hafizah menunggu agar bisa makan bersama kami. Suster yang menjaga juga memastikan asupan makanan yang diperbolehkan untuk Hafizah, mengingat dia baru saja keluar dari rumah sakit."Hafizah, kamu pasti menunggu Putri datang ke sini. Tenang saja, aku tidak akan membiarkan hal buruk menimpa Putri lagi. Biarkan dia beristirahat, aku yakin dia akan sadar dengan sendirinya.""Aku mengerti, Hafidz. Aku hanya berharap dia ada di sini. Tidak ada yang salah, kan?""Tidak ada, kamu benar. Aku juga mengizinkanmu tidur bersama Putri jika kamu mau, meskipun aku sedikit khawatir luka kamu belum sepenuhnya aman jika terpegang oleh anakku saat dia bangun nanti."Hafidz merenung sejenak dan kemudian mendapatkan ide yang bisa membuat Hafizah tidur satu kamar dengan anaknya."Aku akan meminta orang-orang kepercayaan ku untuk men

  • Upik Abu Mertua   Bab 82. Pengertian

    "Aku akan bersikap adil. Setidaknya, aku tahu mana yang benar untukku dan mana sikap mereka yang bisa aku perbaiki. Jika aku benar-benar menikah denganmu, itu berarti aku akan menjadi seorang ibu. Maka, aku akan mencintai dengan tindakan, bukan?"Hafidz tersenyum mendengar pernyataan Hafizah, calon istrinya yang sangat berbeda dari wanita yang pernah dicintainya sebelumnya."Baiklah, aku percaya padamu. Kita akan segera sampai di rumah."Hafidz merasa tenang mendengar jawaban Hafizah, terutama karena perlakuannya terhadap anaknya dan dirinya sendiri yang selama ini ia kenal.Setelah lima menit, mereka tiba di depan rumah Hafidz. Mobil pun berhenti karena pagar tertutup rapat. Hafidz menghubungi penjaga rumahnya di dalam menggunakan ponselnya. Ini tampaknya sudah menjadi kebiasaan, karena Hafidz melarang siapa pun untuk membuka pintu gerbang kecuali jika ia yang menghubungi terlebih dahulu.Saat pintu dibuka, Hafizah tiba-tiba keluar dari mobil

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status