Share

Ayunda Hebat

Penulis: AgilRizkiani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-25 12:31:15

Dina masih terdiam di kamar tamu, tapi pikirannya tak bisa tenang. Kata-kata Ayunda terus terngiang di telinganya—tenang, tajam, namun bermakna dalam. Rasa penasaran menguasainya. Ia segera mengambil ponselnya, lalu mulai mencari nama “Ayunda” di internet, ditambah beberapa kata kunci yang sempat disebut tadi: perusahaan kosmetik, merger, dan bisnis.

Apa yang ia temukan membuat matanya membelalak.

“Ma, Mama harus lihat ini.” gumamnya pelan, kemudian menyerahkan ponsel itu kepada ibunya.

Sang ibu mendekat dan melihat layar ponsel. Wajahnya perlahan berubah, dari raut ketus menjadi terperangah.

Di hadapan mereka terpapar sederet artikel, profil bisnis, serta wawancara dari media nasional—semuanya tentang Ayunda: CEO dan pendiri merek kosmetik ternama, pemegang saham utama di dua perusahaan besar, serta mantan istri dari Ardan, seorang pengusaha muda sukses yang sudah lama dikenal luas di kalangan pebisnis nasional.

"Ini ... ini benar Ayunda
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Usai Bangun dari Koma   Kejadian di Sekolah

    Pagi itu, seperti biasa, Aluna sudah siap lebih dulu. Rambut panjang hitamnya diikat rapi. Ia dan Elvano memang memanggil ibunya dengan sebutan Bunda.Namun pagi ini Aluna merasa kesal, sebab Elvano lagi-lagi sangat lambat. Bangunnya pun selalu kesiangan.“Van, kamu tuh lama banget sih!” gerutu Aluna, sambil melirik jam tangannya.Ayunda, yang sejak tadi juga sudah habis kesabaran, ikut menegur, “Elvano! Ayo cepat, Nak! Sudah jam berapa ini?”Namun Ayah mereka, Dipta, hanya tertawa kecil. “Nggak apa-apa, Bunda. Anak SMA kan masih masa pertumbuhan, masuknya juga belum terlalu pagi.”“Ah, Ayah ini terlalu memanjakan Elvano,” keluh Bunda sambil menggeleng.Tak lama kemudian, Elvano akhirnya muncul, meski dasinya masih miring. Bunda segera merapikan dasinya, lalu menyerahkan bekal untuk Aluna dan Elvano. Meskipun keluarga mereka kaya raya, Bunda selalu menekankan untuk hidup sederhana dan tidak boros.“Ini bekalnya, makan ya di sekolah. Jangan jajan yang aneh-aneh,” pesan Bunda.“Iya, Bun

  • Usai Bangun dari Koma   Elea

    Seperti biasa, Elvano sudah berdiri di depan kelas Aluna saat bel pulang berbunyi. Begitu Aluna keluar, Elvano langsung mengambil tas dan cardigan milik Aluna, membawakannya tanpa banyak bicara.Mereka berjalan berdampingan sambil mengobrol kecil. Suasana sore terasa hangat, meskipun keduanya terlihat sedikit lelah setelah seharian belajar.“Lun, nanti di rumah bantuin aku, ya,” kata Elvano. “Ada soal fisika yang aku masih nggak paham.”Aluna melirik kakaknya malas-malasan. “Ya… nanti kalau aku lagi mood, aku ajarin. Kalau nggak, ya kapan-kapan aja,” jawabnya santai.Ekspresi Elvano langsung berubah kesal. “Ih, nyebelin banget!” katanya sambil menjambak rambut Aluna pelan.“Hei! Sakit tau!” protes Aluna, menepis tangan Elvano.Mereka pun berlarian kecil sambil saling menggoda, hingga akhirnya sampai di gerbang depan sekolah.Di sana, ternyata sudah ada Dipta yang menjemput mereka dengan mobil hitamnya. Begitu melihat ayahnya, Aluna langsung mengadu.“Ayah! Tuh, Elvano nakal! Dia jamba

  • Usai Bangun dari Koma   Masa SMA

    Aluna dan Elvano turun dari mobil mewah berwarna hitam yang harganya tentu saja di atas 2 miliar. Meski terbiasa dengan kemewahan, sikap mereka tetap sederhana—hasil didikan Ayunda dan Dipta yang selalu menekankan pentingnya kerendahan hati.Mereka berjalan memasuki area sekolah internasional tempat mereka kini menempuh pendidikan SMA. Sejak SMP, nama Elvano sudah cukup terkenal berkat kemampuannya di bidang olahraga, terutama basket dan karate. Banyak yang mengaguminya, baik karena prestasi maupun pembawaannya yang ramah.Sementara itu, Aluna dikenal karena kepintarannya. Sejak dulu ia selalu menjadi juara umum, tak hanya karena rajin belajar, tetapi juga karena rasa ingin tahunya yang besar. Keduanya menjadi kebanggaan bagi Dipta dan Ayunda—bukan hanya soal prestasi, tetapi juga karena sikap santun dan rasa tanggung jawab yang mereka miliki.Sebagai siswa baru di kelas 1 SMA, Aluna sengaja tampil sederhana. Ayunda selalu mengingatkannya untuk tidak memakai barang-barang mewah saat d

  • Usai Bangun dari Koma   Oma Kembali

    11 tahun berlaluAyunda dan Dipta menjalani kehidupan rumah tangga yang begitu bahagia. Tentu saja, ada saja duri-duri kecil yang mereka hadapi di sepanjang jalan, tetapi begitulah pernikahan: saling melengkapi, belajar memahami, dan tetap setia mendampingi.Elvano dan Aluna kini sudah duduk di bangku SMA. Rumah pun selalu ramai oleh suara candaan dan perdebatan kecil mereka.“Ayah, kemarin Aluna dikasih cokelat sama cowok!” seru Elvano sambil tertawa nakal.“Ih, El! Ngapain sih cerita-cerita begitu!” protes Aluna, wajahnya memerah menahan malu.Seperti biasa, suasana sarapan menjadi ramai. Kadang membuat Ayunda sedikit kesal, tapi dalam hatinya ia merasa bersyukur. Anak-anaknya begitu dekat satu sama lain, saling menggoda dan saling melindungi.“Elea, ayo sarapan, Nak,” panggil Ayunda. Si bungsu, Elea, kini duduk di kelas 6 SD.“Iya, Bunda,” jawab Elea sambil menarik kursi, duduk di samping Aluna.Sementara itu, Dipta masih sibuk membaca koran. Banyak berita tentang perkembangan bisn

  • Usai Bangun dari Koma   Hamil

    Setelah badai demi badai mengguncang keluarga mereka, akhirnya mereka memutuskan pergi menjauh sejenak dari hiruk pikuk kota. Bukan ke tempat mewah atau luar negeri seperti kebanyakan pasangan mapan. Mereka memilih tempat yang sederhana: sebuah vila kayu di dataran tinggi, di mana embun pagi jatuh tanpa terganggu, dan matahari terbenam tenggelam perlahan di balik siluet gunung.Di sanalah, mereka berjalan berdua menyusuri padang hijau, menertawakan tingkah si kembar, dan menikmati keheningan yang sudah lama tak mereka rasakan. Bukan keheningan karena jarak, melainkan ketenangan setelah berhasil melewati semua luka bersama.Sore itu, ketika langit berubah jingga keemasan dan angin gunung menerpa lembut pipi mereka, Ayunda menyandarkan kepalanya di bahu Dipta. Suaranya lirih, hampir kalah oleh desir daun dan gemerisik senja.“Aku tahu kita sudah bahagia dengan Aluna dan Elvano,” bisiknya. “Tapi ada bagian dari hati kita yang ingin melengkapi. Bukan karena kurang tapi karena cinta kita m

  • Usai Bangun dari Koma   Akhirnya

    Beberapa minggu berlalu. Proses hukum Aryo berjalan cukup lancar. Berkat itikad baik dan bantuan dari Dipta serta Ayunda, masa penahanan Aryo kemungkinan besar akan dipersingkat. Ia masih harus bertanggung jawab, tentu saja, namun kini ia melaluinya dengan kepala tegak—bukan karena tidak bersalah, tapi karena ia mulai belajar menerima dan memperbaiki kesalahan.Di rumah, suasana sudah jauh berbeda. Dina mulai membuka diri. Ia kembali menulis—kegiatan lamanya sebelum semua masalah datang. Sebuah catatan harian kecil kembali mengisi meja kamarnya. Catatan itu bukan sekadar pelampiasan rasa, tapi cara dirinya memaafkan dan bertumbuh.Sementara itu, anak-anaknya perlahan kembali ceria. Mereka sudah mulai mengikuti les online, bersosialisasi lagi, dan paling sering—bermain bersama Aluna dan Elvano. Bahkan kini mereka menyebut rumah Ayunda sebagai rumah kedua mereka.Suatu malam, ketika langit begitu cerah dan bintang terlihat jelas, Ayunda duduk di balkon kamar, menggendong Aluna yang belu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status