 LOGIN
LOGIN
“Kamu marah padaku.”“Hah?”Sophie yang sejak tadi hanya memainkan alat makannya tanpa benar-benar menyuap apa pun, mengangkat wajahnya dengan bingung saat mendengarkan perkataan Lucas.“Aku sudah begitu sering melihatnya.” Lucas menyandarkan tubuhnya ke kursi, kedua tangannya ia lipat di dada. “Kalau ada sesuatu yang mengganggumu, kamu cenderung diam dan menolak makan.”Sophie meletakkan alat makannya di atas piring dan meletakkan kedua tangannya di bawah meja, tangannya mengepal dengan kuat tanpa sadar. Sejak Lucas memberinya ponsel baru tadi, suasana hatinya mulai memburuk. Ia memang berusaha bersikap wajar selama mereka melanjutkan kencan, tapi semangatnya menguap begitu saja. Hingga Sophie tidak lagi bisa berpura-pura bahwa dirinya tidak terganggu.Sophie sebenarnya tidak ingin merusak suasana. Bagaimanapun, ini pertama kalinya Lucas mengajaknya keluar bersama, makan malam, berbelanja, tertawa di tengah keramaian. Bagaimana jika Lucas jadi menyesali kencan mereka hari ini? Soph
“Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi, hingga para orang kaya itu mencarimu hingga seperti ini, atau aku akan menghubungi orang yang memberikan kartu nama ini.”Marie, sahabat Anna yang tadi menemui Ryan berbicara sambil mengangkat satu tangannya yang memegang kartu nama milik pria itu ke hadapan wajah Anna. Wajahnya menunjukkan ketidak senangan yang jelas atas permainan apapun yang sedang dimainkan oleh sahabatnya itu.“Sudah kukatakan padamu.” Anna membuang wajahnya, menolak menunjukkan wajahnya pada Marie. “Tidak semua hal bisa kukatakan padamu.”“Omong kosong.” Marie memukul meja dengan tangan yang memegang kartu nama milik Ryan, saat kerta berbentuk kotak kecil itu berada di atas meja, Anna mencoba meraihnya, tapi gagal begitu Marie menarik kartu nama itu menjauh.“Apa yang kamu lakukan? Apa kau mencuri dari mereka? Atau kau menipu mereka? Atau jangan-jangan…” Marie menyipitkan matanya, sedikit tidak yakin dengan apa yang keluar dari mulutnya sendiri selanjutnya. “Ini bukan
Sophie menyusuri deretan pakaian di butik mewah yang hanya diiringi alunan musik lembut. Lucas yang berdiri di sampingnya, mengamati wajah Sophie yang tampak serius memilih.“Berapa usiamu?”Pertanyaan Lucas yang tiba-tiba membuat Sophie menoleh perlahan, ekspresi tak percaya terpancar jelas di wajahnya.“Kamu sungguh tidak tahu usiaku, atau ini cuma lelucon?” Sophie menatapnya dengan mulut setengah terbuka. “Tolong katakan kamu hanya bercanda.”Lucas mengerutkan kening, seolah pertanyaan itu wajar saja. “Untuk apa aku bercanda soal itu?”“Wah, luar biasa sekali,” Sophie mendengus, kembali fokus pada pakaian di tangannya. “Suamiku bahkan tidak repot-repot memeriksa usia calon istrinya sebelum menikah. Apa yang kamu cek waktu itu, Lucas? Hanya jumlah saham yang akan kamu dapat?”“Sophie,” nada suara Lucas terdengar tenang namun tegas, mencoba memberi peringatan tanpa terlihat memarahi.“Serius, Lucas. Bagaimana kalau ternyata aku di bawah umur? Kamu sadar kamu bisa masuk penjara, kan?”
Setelah Maya pergi, Ryan terus berusaha untuk kembali memfokuskan diri pada pekerjaannya, tapi semua usahanya itu berujung gagal. Pikirannya terus dipenuhi oleh satu nama yang sama.Sophie. Dan semua kemungkinan buruk yang bisa terjadi jika Sophie benar-benar mulai bisa mengingat semuanya.Kaki Ryan bergerak gelisah, menghentak lantai dengan ritme cepat. Sebuah kebiasaan lama yang selalu muncul setiap kali pikirannya kacau. Sebuah kebiasaan yang dulu selalu dihentikan Sophie dengan cara yang sederhana, meletakkan tangannya di atas lutut Ryan, memberikan sentuhan lembut untuk menenangkannya.Sial. Ryan menunduk dan meremas rambutnya sendiri dengan frustasi. Apa sebenarnya yang dulu ia pikirkan sampai Sophie bisa menangkap basah dirinya seperti itu?Ia seharusnya lebih hati-hati dan menyembunyikan semuanya dengan benar. Lagipula, dia sudah mempermainkan permainan yang sama selama bertahun-tahun.Padahal dulu ia sudah bersumpah, setelah ia dan Sophie menikah nantinya, ia akan meninggal
“Apa? Kenapa?” Sophie bertanya bingung. “Apa aku kenal dengan tamunya?” Tiba-tiba ia merasa gelisah. Apa keluarganya? Seseorang dari Elman?Lucas hanya menyentuh dagunya, berpikir sejenak sebelum menjawab, “Mungkin. Kamu pernah bertemu dengannya di rapat komisaris waktu itu.”“Oh.” Sophie menghela napas, tidak yakin apakah ia merasa lega atau justru kecewa. Bagaimanapun, sudah lama sejak ia mendengar kabar dari Elman Corp. Apa Matthew sudah bisa mengendalikan semuanya dengan baik?Lucas memperhatikan perubahan ekspresi di wajah istrinya. “Apa lagi yang kamu pikirkan?” tanyanya pelan.“Lucas,” Sophie menatapnya ragu, “bagaimana dengan Elman Corp?”“Apanya yang bagaimana?” Lucas berpura-pura tidak tahu, meski ia sudah menebak arah pertanyaan Sophie.“Semuanya,” jawab Sophie. “Mereka tidak pernah menghubungiku lagi.”“Bagus kalau begitu,” ujar Lucas santai sambil mengangkat bahu. “Mungkin akhirnya mereka sadar dan berhenti memanfaatkanmu.”“Mereka keluargaku, Lucas!” nada suara Sophie se
“Apa kamu sudah merasa lebih baik?”Lucas langsung bertanya saat Sophie keluar dari toilet untuk mencuci wajahnya. Ia benar-benar bersyukur pria itu memiliki toilet pribadi di ruangannya, kalau tidak, seluruh gedung pasti sudah melihat wajah Sophie dengan riasan yang rusak karena air mata.“Ya…” Sophie menjawab sambil mengeluarkan pouch make-up dari dalam tasnya. “Tapi aku harus memperbaiki riasanku sebelum ada yang melihat.”Ia memperhatikan bayangannya di cermin kecil dari bedak yang ia pegang. Ia harus terlihat rapi, jika tidak, seluruh gedung akan punya bahan baru untuk bergosip tentang hubungannya dengan Lucas.Sophie berniat duduk di sofa tempat Lucas biasa menerima tamu, tapi tangan pria itu lebih cepat menangkap pergelangan tangannya, membawanya ke kursi kerja miliknya.“Akan lebih nyaman kalau kamu duduk di sini.”Sophie duduk dengan canggung saat Lucas berhasil membuatnya duduk di kursi itu.“Kamu tahu aku tidak harus duduk di sini, kan?” Sophie mencoba berdiri, tapi tangan








