Share

BAB 8

Penulis: Rainina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-08 23:55:55

Sophie yang mendengar pernyataan Lucas membalikkan tubuhnya untuk kembali melihat ke arah pria itu yang terlihat sama sekali tidak peduli.

Tapi alih-alih menjawab ia mencoba menelan protesnya, berusaha untuk tidak memperburuk suasana antara dirinya dan Lucas.

Tapi dalam hati ia sudah berjanji ia akan kembali besok. Jika melakukan ini memiliki kemungkinan untuk membuat Lucas merubah pandangannya pada Sophie maka ia akan terus mencobanya.

=

Sophie sama sekali tidak berbohong ketika ia mengatakan bahwa ia akan mencoba kembali. Setelah kejadian kemarin, tekadnya justru semakin kuat. 

Hal pertama yang ia lakukan begitu terbangun pagi itu adalah memastikan dirinya menjadi orang yang mengantarkan sarapan untuk Lucas ke ruang kerjanya.

Nampan berisi roti panggang hangat, telur rebus, dan kopi hitam tanpa gula sudah ditata rapi oleh pelayan. Sophie memandangi nampan itu lama, lalu mengulurkan tangannya.

“Aku saja,” ucapnya pelan.

Pelayan yang semula hendak melangkah terhenti. Tatapannya gugup, seolah tak tahu bagaimana harus menanggapi. “T-tapi, Nyonya… Tuan Lucas bilang beliau tidak ingin diganggu.”

Sophie memiringkan kepalanya sedikit. “Apa dia mengatakan secara khusus… bahwa aku yang mengganggunya kemarin?”

Pelayan itu terdiam, jelas bingung. Ada keragu-raguan di wajahnya, tapi Sophie tak memberinya kesempatan. “Berikan saja. Aku yang akan masuk.”

Langkahnya mantap meski jantungnya berdetak kencang. Ia mengetuk pintu ruang kerja Lucas dua kali. Hening. Tidak ada jawaban.

“Aku masuk,” katanya akhirnya, suaranya lirih tapi tegas.

Pintu didorong perlahan.

Saat pintu itu akhirnya di buka, pemandangan Lucas yang sedang bekerja di depan komputernya menyambut Sophie. Tapi pria itu bahkan enggan mengangkat kepalanya untuk menatap Sophie.

“Aku sudah bilang, jangan diganggu,” ucapnya datar.

Sophie menghela nafas pelan dan melangkah masuk sambil menaruh nampan perlahan di meja Lucas. “Ini sarapanmu,” katanya lembut. “Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu tidak melewatkan sarapan.”

Lucas mendongak, menatap Sophie yang berdiri di samping mejanya.

“Sophie,” suaranya dingin, penuh tekanan. “Aku tidak ingat memberimu izin.”

Sophie berusaha tersenyum kecil, meski bibirnya bergetar. “Kamu juga tidak melarangku.”

Alis Lucas terangkat. “Aku jelas-jelas melarangmu. Apa pelayan tidak memberitahumu?”

Sophie menegakkan punggungnya, mencoba terlihat percaya diri saat berbicara. “Kalau ada sesuatu yang ingin kamu katakan padaku… katakan itu dengan mulutmu sendiri.”

Lucas menyipitkan mata. “Apa?”

“Jangan hanya lewat orang lain. Kalau kamu mau aku berhenti, katakan langsung padaku.”

Tangan kiri Lucas yang tadinya memegang secarik kertas menggebrak kertas ke meja, membuat Sophie tersentak.

“Kau kira apa yang sedang kau lakukan?”

Sophie menelan ludah, tetapi berusaha menjawab. “Membawakanmu sarapan.”

“Tidak.” Suaranya meninggi. “Yang kau lakukan adalah terus menggangguku. Apa yang kau inginkan sebenarnya?”

Sophie membuka mulut, ingin menjawab, tapi Lucas lebih cepat.

“Jangan kira hanya karena aku membantumu beberapa kali… lalu aku sekarang berada di pihakmu, Sophie.”

“Pihakku?” Sophie mengulang, nyaris tak percaya. “Bukankah kita suami istri? Kenapa aku tidak bisa menganggap bahwa kamu berada di pihakku?”

Lucas tertawa mengejek. “Apa kau kira aku menikahimu karena aku memilih untuk hidup bersamamu?”

Sophie menegang. Hatinya serasa diremas. “Lalu aku? Kau kira aku punya pilihan? Kau menikahiku saat aku koma. Wanita yang koma tidak bisa memberi persetujuan, Lucas! Aku bisa saja tidak bangun lagi… atau memang itu yang kau harapkan?!”

Lucas berdiri dari tempat duduknya. “Jangan memelintir ucapanku. Kamu kira berpura-pura jadi istri yang baik bisa menghapus kesalahanmu?”

Sophie merasakan darahnya mendidih. Ia mendongak, menatap Lucas dengan tajam. 

“Kesalahan apa?!” suaranya bergetar tapi lantang. “Kamu terus mengatakan aku melakukan kesalahan. Tapi kenapa kamu tidak pernah memberitahuku apa yang sebenarnya sudah kulakukan?!”

Lucas tidak menjawab, tapi wajahnya terlihat mengeras sebelum akhirnya ia memalingkan wajahnya. 

“Lucas?!”

“Pergilah, kau menggangguku.”

Sophie merasakan matanya memanas saat perkataan Lucas yang kini sudah kembali duduk di kursinya.

Wajah pria kembali terlihat tenang, seolah tidak ada yang terjadi. Sophie yang melihatnya berakhir merasa pria itu sengaja mempermainkannya. 

Sophie berjalan kearah pintu, dan dengan sengaja keluar sambil membanting pintu itu dengan kuat.

=

Pintu ruang kerja Lucas kembali dibuka saat makan malam tiba. Lucas mendongakkan kepalanya. Seorang pelayan masuk dan membawakan makan malamnya.

Apa wanita itu akhirnya sadar dan menyerah mengganggunya? Baguslah jika wanita itu akhirnya sadar diri dan berhenti.

“Dimana Sophie?”

Lucas ingin mengabaikannya, tapi wajah Sophie yang memandangnya dengan mata yang memerah pagi tadi membuat pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulutnya.

Pelayan yang baru saja masuk terlihat terkejut dengan pertanyaan Lucas. Hal yang sebenarnya dapat dimengerti karena baru saja kemarin dia memerintahkan agar Sophie tidak diizinkan untuk masuk ke ruangannya lagi

Pelayan itu menatapnya ragu, tapi mata Lucas seolah mendesaknya untuk memberikan jawaban.

“Nyonya Sophie tidak keluar dari kamarnya lagi setelah tadi pagi.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 105

    Sophie terpaku sejenak, kenapa seorang wanita menghubungi Lucas tengah malam seperti ini? dan kenapa ia begitu gencar menelpon hingga puluhan panggilan tak terjawab?Dan kenapa… wanita itu terdengar begitu terkejut saat ia mendengar suara Sophie?“Halo?” suara itu terdengar kembali, sejujurnya Sophie tidak bermaksud, tapi karena ia begitu terkejut, tangan Sophie tidak sengaja menekan tombol merah yang berada di layar. Membuat panggilan itu terputus begitu saja.Tapi hanya dalam beberapa detik, layar ponsel Lucas kembali menyala. Lagi-lagi nomor itu kembali menghubungi.Sophie ingin kembali menjawab telepon itu, tapi tiba-tiba saja Lucas sudah keluar dari Walk in Closet dan berjalan ke tempat tidur.“Kenapa kamu belum tidur?” tanyanya. “Bukannya tadi kamu bilang kamu lelah?”Sophie tidak menjawab, tapi ia mengarahkan ponsel yang berada di tangannya ke arah Lucas. Lucas yang akhirnya menyadari bahwa yang berada di tangan Sophie adalah ponselnya mengerutkan kening. Mencoba melihat siapa

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 104

    “Ayo bicara.”Sophie tertegun saat mendengar perkataan Lucas. Tidak, sebenarnya yang membuatnya tertegun adalah fakta bahwa Lucas benar-benar masih menunggu dirinya. Padahal Sophie sudah sangat sengaja berlama-lama di kamar mandi.“Tidak mau.” ucapnya cepat saat Sophie berhasil mengendalikan emosi di wajahnya. Sophie berniat berjalan menjauh dan melewati Lucas.Tapi sebelum Sophie berhasil, tangan Lucas sudah mendarat di pinggangnya. Pria itu menariknya ke belakang, hingga membuat punggung Sophie beradu dengan dadanya.“Lucas!” Sophie protes tidak terima dan mencoba melepaskan tangan pria itu dari pinggangnya. Tapi Lucas sama sekali tidak membiarkannya dan justru semakin memegangnya dengan erat.Pria itu tersenyum saat melihat wajah kesal Sophie. “Kamu kan marah aku tidak menyentuhmu. Kenapa sekarang kamu masih marah?”“Bukan itu poinnya!”“Kalau begitu jelaskan poinnya padaku. Kita punya banyak waktu. Aku sudah menghitungnya, harusnya hari ini kita bisa melakukan yang kita mau.” bisi

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 103

    Lucas menjauhkah wajahnya dari Sophie, tangannya masih memegang bahu istrinya itu. Tapi wajahnya yang menatap Sophie terlihat begitu kebingungan.“Apa?” tanyanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tapi tangan Sophie yang masih berada tidak jauh dari wajahnya seolah menegaskan bahwa itu bukan hanya pikirannya saja.“Tidak mau.” ucap Sophie lagi, menegaskan kembali apa yang baru saja ia katakan.Mulut Lucas terbuka, seperti ingin mengatakan sesuatu, hanya untuk dia tutup lagi. Pria itu benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi.Tapi Sophie tidak ingin memberikan kesempatan bagi Lucas untuk berpikir, ia membuka pintu kamar mandi dan…BLAM!Ia membanting pintu tepat di hadapan wah Lucas yang masih terperangah.Lucas berdiri mematung di depan pintu kayu yang kini tertutup rapat. Hidungnya nyaris bersentuhan dengan permukaan pintu itu saking cepatnya Sophie membantingnya.Ditolak?Dia? Lucas Campbell? Ditolak oleh istrinya sendiri, tepat saat suasana sedang sedang menduku

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 102

    Sophie masuk ke ruang sidang itu dengan nafas yang terasa begitu berat. Tangannya menggenggam lengan Lucas dengan begitu erat, Sophie bahkan yakin ia bisa saja meninggalkan tanda di lengan suaminya itu.“Ingat perkataanku Sophie.” Lucas berkata, memahami apa yang dirasakan oleh Sophie saat ini. “Katakan kalau kamu tidak nyaman dan kita akan pergi saat itu juga.”Sophie mengangguk. Tapi bahkan walau ia tahu Lucas akan selalu berada di sampingnya, Sophie tidak bisa menghilangkan rasa takut dan memori buruk yang tetap menghantuinya.Sophie melihat sekeliling, menyapu sekeliling ruangan. Sebuah keputusan yang buruk, karena detik berikutnya tatapannya justru jatuh pada Ryan yang juga sedang melihat ke arahnya.“Sophie!” panggilnya, suara Ryan sedikit parau. Sophie berniat untuk mengabaikan panggilan dari pria itu, tapi Ryan berdiri dengan cepat dari tempat duduknya.Ingatan pada hari terakhir pertemuan mereka di tempat parkir apartemen milik Maya menghantam Sophie. Bagaimana pria itu menco

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 101

    Sophie meremas tangannya sendiri dengan kuat. Sekarang saja mereka sibuk ingin bertemu dengannya?Kemana mereka saat ia masih terbaring di ranjang rumah sakit? Atau saat Sophie direndahkan di pesta keluarga mereka sendiri.“Katakan kalau aku tidak ingin bertemu dengan mereka.” ucap Sophie. Ia berusaha untuk terdengar tegas, walau sebenarnya dadanya berdetak kencang karena informasi yang diberikan oleh pelayan itu.“Apa anda yakin, Nyonya?” tanya pelayan itu lagi.“Ya.” Sophie akhirnya bangkit dari tempat duduknya, berniat menjauh dari pelayan itu sebelum ia mendengar satu pertanyaan lagi yang bisa membuatnya goyah. “Minta mereka mengingat apa yang mereka janjikan pada Lucas.”Sophie berjalan beberapa langkah sebelum akhirnya kembali membaikkan tubuhnya. “Katakan juga pada mereka jika mereka datang kemari lagi, aku akan mengatakannya pada Lucas. Dan Lucas akan membuat mereka membayar karena melanggar perjanjian yang telah dibuat sebelumnya.”Pelayan itu akhirnya membungkuk dan terburu-

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 100

    Jari-jari Sophie gemetar saat meraih ponsel itu dari tangan Lucas. Tulisan Ayah yang muncul di layarnya membuat dada Sophie berdenyut, antara kerinduan yang coba ditahan wanita itu sembunyukan dan kemarahan yang terus mencoba meledak.Lucas mengamati reaksi Sophie tanpa berkata apa pun, memberi ruang bagi istrinya untuk berpikir sejenak.“Sudah ada puluhan panggilan tak terjawab, dan beberapa pesan singkat,” ujar Lucas akhirnya setelah menunggu beberapa lama. “Sejak semalam, setelah Kevin memberikan laporan itu pada mereka.”Sophie menelan ludah, ragu untuk bertanya. “Apa isi pesannya?” Sophie bahkan tidak tahu apakah dia benar-benar ingin tahu atau tidak.“Aku belum membukanya. Itu hakmu, bukan aku,” jawab Lucas. Ia mengangkat bahunya pelan. “Tapi aku bisa membayangkan isinya. Penyesalan, permintaan maaf, dan mungkin… pengakuan bahwa mereka salah mempercayai rumor tentangmu selama bertahun-tahun.”Air mata Sophie mulai menggenang, tapi bukan karena perasaan haru. Tapi karena bayangan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status