Home / Fantasi / VAMPIRES UNITED / 10. Tugas Dadakan

Share

10. Tugas Dadakan

Author: Joko D Mukti
last update Huling Na-update: 2021-07-09 10:59:59

Rastri mendongak memandangnya ketika Sam masuk ke ruang kantor yang lebih dingin dan mewah dari semua yang dilihatnya di luar. Sam menatap lukisan yang tergantung di tembok di belakang meja Pimpinan Redaksi. Sebuah lukisan Kota Lama dalam versi yang lebih indah dan bersih dari aslinya dengan langit semburat jingga sebagai latar belakang. Lukisan yang dibuat untuk memesona. 

“Ini Sam, Pak Priyono,” tukas Redaksi Pelaksana di belakang bahu Sam.

Sam mengangguk. 

“Sam. Sam. Sam,” desis Pimpinan Redaksi. Rastri menunduk dan melirik Sam yang duduk tak terpengaruh oleh karisma Pak Priyono yang memenuhi ruang itu. Pimpinan Redaksi itu tersenyum seolah maklum melihat sikap Sam yang sedikit tak acuh. 

“Kerjamu bagus, Sam. Kudengar itu. Bahkan hampir selama kau bekerja sebagai korektor, tak ada keluhan tentang kesalahan bahasa. Sekali lagi, tak ada keluhan. Entah itu karena engkau seorang atau hasil kerja redaksi bahasa sebagai sebuah tim makin sempurna—aku tidak tahu. Yang jelas, sejak kau berada di seksi itu aku melihat kemajuan.” Sam mendongak, mencoba menangkap wajah yang menyatakan pujian kepadanya.

Biasanya pujian datang bersama teguran atau celaan yang sering lebih menyakitkan. Dan Sam nyaris tersenyum waktu wajah yang baru mengatakan pujian itu kini sedikit mengeras. 

“Tapi kamu tak bisa seenaknya mengobrak-abrik aturan, Sam.”

“Jika Bapak ingin memecatku, katakan saja. Saya tidak suka dipermainkan secara verbal.” Suasana cair itu memepat dengan emosi tertahan. 

Redaksi Pelaksana menukas cepat, “Kau bisa bersikap lebih baik dari itu, kan, Sam?”

Sam tersenyum. Rastri melengos waktu melihat kilasan tajam di mata Sam. Pegawai baru ini memang gila. Dan kegilaannya tak bisa lagi ditolerir. Rastri akan menerima saja dimaki-maki habis-habisan sebelum dipecat. Ia memang salah. Dan konsekwensi itu telah dipikirkannya. Tapi ternyata Sam menerimanya dengan sangat berbeda. 

“Saya baru saja diserang oleh Manto, yang notabene karyawan kesayangan penerbitan ini. Kemudian saya harus ke sini menghadap Bapak untuk dipuji dan kemudian dicela dan mungkin dipecat. Saya memilih untuk menerima keputusannya secepatnya. Jika saya akan dipecat, pecatlah. Jika saya dibiarkan bekerja lagi dan meneruskan prestasi saya agar tidak ada lagi kesalahan bahasa di koran ini, maka biarkan saya bekerja.”

Rastri nyaris tersedak mendengar kata-kata Sam. Kurang ajar! Tak tahu aturan! Tidakkah ia tahu Pak Priyono adalah pimpinan favorit mereka semua? Si Botak Redaksi Pelaksana—wajahnya memerah sampai ke botak-botaknya—nyaris saja menghantam Sam dari belakang, jika Pak Priyono tidak mengangkat sebelah tangannya dan tertawa.

“Wow, wow, wow! Hahahaha. Sam! Hahaha. Luar biasa! Kau bilang kau baru saja diserang Manto?”

“Ya, Pak!” Si Botak yang menyahut. Ruang yang dingin dan kedap dan nyaman ini membuat siapa saja yang berada di dalamnya tak memedulikan kejadian di luar—kecuali tirai tebal di jendela kaca itu dibuka. “Kelihatannya dia mabuk dan menyerang Sam, karena naskahnyalah yang disingkirkan Sam untuk memuat naskah vampir Rastri.”

“Bagaimana seorang wartawan mabuk bisa hadir di ruang redaksi dan membuat keributan? Sekali lagi, itu hal yang tak bisa dimaafkan. Apakah keamanan perusahaan tidak mengetahuinya?”

“Ini Manto, Pak.”

“Yah, itu Manto. Seperti kata Sam, anak kesayangan perusahaan. Hmh,” bisik Pak Priyo tersenyum pahit. Lalu ia menatap Sam, menggeleng-geleng, dan senyumnya kembali mengembang, katanya, “Gue suka gaya loe.” Sam tersenyum. Redaksi Pelaksana terbahak. Rastri bergabung dalam kor tawa yang seru. 

“Ya, betul. Gue suka gaya lo!” Pak Priyono berangsur-angsur menghentikan tawanya, lalu dengan suara lembutnya ia kembali meneruskan, “Terus terang, jika menuruti hawa nafsu aku akan memecat kalian berdua. Mengapa? Karena kalian telah melakukan suatu pelanggaran atas tradisi yang jelas-jelas telah disepakati dalam penerbitan ini.

Kita bukan harian klenik. Kita bukan Metropolitan Baru. Ingat itu! Kita tidak memberitakan segala macam isu dan rumor ataupun mitos yang beredar tanpa fakta nyata. Kalian adalah contoh buruk bagi rekan-rekan kalian. 

Tapi aku menyadari kota ini belum sepenuhnya pulih dari ancaman vampir. Ketika pikiran untuk memecat kalian menguat dalam benakku tadi pagi, Kapolda justru menelpon dan mengucapkan terimakasih khusus kepada koran ini karena telah lebih dulu memberitakan kehadiran vampir kembali di kota ini. Dan beliau bahkan menghimbau agar sejak saat ini pemberitaan tentang vampir agar dijadikan fokus—untuk semua media pemberitaan lokal—agar masyarakat segera melakukan antisipasi yang memadai. 

Kita semua tak ingin kota ini kembali didera wabah vampir seperti dua tahun lalu. Bayangkan—kita, yang notabene tak memfokuskan pada berita-berita vampir seperti Metropolitan Baru, justru mendahului Metropolitan Baru dalam melansir adanya vampir di kota ini dan ini dikuatkan oleh sinyalemen Kapolda.

Kalian berdua, Rastri dan Sam, patut mendapat cercaan yang paling sengit dariku karena merusak bangunan kokoh aturan yang telah kita sepakati, tetapi di lain pihak kalian, Rastri dan Sam, mendapat pujian setinggi-tingginya karena telah melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh penyampai berita sejati.”

“Jadi benar vampir kembali lagi?” potong Sam.

“Benar. Tapi kita berharap kita belum terlambat untuk menghentikan laju vampir. Nah, Rastri, Sam, kini kau mendapat dukunganku untuk mengejar seluruh fakta tentang keberadaan vampir di kota ini. Sekali lagi, seluruh fakta.

Selamat kepada kalian atas kemenangan naluri sejati kalian sebagai pemburu berita.

Selamat bekerja!”  

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • VAMPIRES UNITED   50. Permintaan Sam

    Sonia bangun terkejut. Sedetik dua detik ia meraup kesadarannya kembali dengan menghela napas panjang. Dan tahulah ia suara apa yang ia dengar dalam ketidaksadarannya sebelumnya. Pintu ruang kesehatan telah terbuka dan angin panas yang menerobos dari luar mengibas-kibaskannya, membentur dinding, dan menjatuhkan benda-benda. Rastri tidak ada lagi di sebelahnya.Sonia menyentuh pipinya. Basah. Jadi ia benar-benar menangis seperti dalam mimpinya. Mimpi yang aneh dan ganjil di siang hari. Apa yang ditangisinya? Dalam mimpinya? Ah, ya. Ia bermimpi Sam mendatanginya. Semuanya gelap. Ia merasa tersesat. Ia gembira Sam dating. Namun Sam sama sekali tak menyapa. Ia hanya lewat dan pergi. Dan ia menangis. Karena entah kenapa ia merasa begitu sendirian dan terasing. Mendadak semua masalah dan kesulitannya hadir kembali di benak Sonia. Gadis itu tersenyum masam, dan menapakkan kakinya yang telanjang ke lantai. Son

  • VAMPIRES UNITED   49. Perbincangan Letih

    Rastri dan Sonia terpaksa harus tiduran di ruang kesehatan kantor setelah menyelesaikan tugas harian mereka. Matahari sudah terasa panas pada jam 10.30 saat itu. Pendingin ruangan hanya mampu memberikan kesejukan yang membuat kulit mereka terasa kering dan sangat tidak nyaman, karena keletihan yang mereka derita seakan tersekap di dalam tubuh dan tak mau keluar. Kini mulai terasa betapa letih dan pedih mata mereka, akan tetapi berkebalikan dengan keinginan hati mereka kedua pasang mata mereka tak juga mau dipejamkan. Dalam desahan ke sekian akhirnya Sonia menyadari keluhan tak akan menghilangkan keletihan yang menguasai sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa melayang, seakan tak mau berkoordinasi dengan bagian tubuh lainnya. Ia berusaha memejam. Namun suara-suara kesibukan di luar tak juga mampu ia kesampingkan. Napasnya terasa berat, dan gendang telinganya berdenging dan terasa seakan sebuah benda padat menggumpal di sana.Sonia terlentang dan mengatur napasnya

  • VAMPIRES UNITED   48. Undangan Pembasmi

    Tak ada siapa-siapa di ruang belakang yang porak poranda. Separuh pintu gudang tergeletak dengan palang-palang yang terpelanting beberapa meter. Mereka segera membuka dua pintu keluar dan empat jendela kecil di bagian belakang rumah. Cahaya yang memasuki ruang di situ belum sepenuhnya berhasil menerangi setiap sudut rumah, namun mereka mampu melihat ceceran debu-debu vampir dari ujung ke ujung. Tak ada barang yang masih tetap tinggal di tempatnya. Semua terserak, setengah terbakar, setengah hancur atau seluruhnya, menjauh dari tempatnya semula, seolah telah terjadi gempa hebat di tempat itu. Ada kelegaan dan kecemasan sekaligus saat Rastri mengetahui tak ada Sam di situ. Rastri mengerling ke arah Sonia. Yang dipandang menunduk. Ketika menyadari ia sedang berdiri di atas debu vampir, Sonia menjauh dengan langkah hati-hati. Svida menyentuh hampir semua benda dan permukaan tembok dengan ujung celuritnya seakan dengan perbuatannya itu

  • VAMPIRES UNITED   47. Senyap Setelah Pertempuran

    Ketika Svida tiba vampir-vampir telah pergi. Svida menggedor pintu depan sebelum dibukakan, dan mereka semua terheran-heran menyaksikan tak ada vampir yang menghadang. Tak ada vampir yang tersisa. Sonia bersama Rastri mengawasi sekitar rumah dan cahaya terang dari sebelah timur menyadarkan mereka semua.Fajar menyingsing Itulah kenapa.Svida menyisir setiap sudut dan menjelajahi setiap titik di seputar rumah Rastri. Lalu dengan ketelitian yang mengagumkan mereka menyibak setiap semak dan memeriksa setiap celah. Nihil. Matahari mulai muncul ketika Sonia berkacak pinggang dengan celurit masih tergenggam di tangan kanannya. Ini semua keajaiban. Mereka semua selamat. Semalaman mereka begitu sibuk bertempur sehingga tak menyadari waktu berjalan. Dan kini hari hampir pagi. Mereka diselamatkan oleh matahari. Mereka mengitari rumah dan mendapati ceceran debu-debu di sana

  • VAMPIRES UNITED   46. Hidup dan Mati

    Sonia mendengar kebisingan memuncak dengan suara pintu hancur di belakang rumah. Isak tangisnya berhenti. Dengan air mata masih bercucuran, ia fokus kepada suara-suara pertempuran di lorong di bagian belakang rumah. Pintu gudang itu telah terjeblak terbuka, desisnya. Dan suara ketika para vampir membanjir masuk nyaris seperti suara ribuan kelelawar menyerbu. Tapi mereka tak mampu menyerbu langsung semuanya, mereka dibatasi oleh sempitnya lorong, sehinggga meskipun yang Sam hadapi puluhan vampir, bahkan mungkin lebih, akan tetapi mereka hanya mampu menyerang satu demi satu. Rastri menyadari hal ini, sehingga senyumnya makin lebar. Bangsat itu tidak sekedar nekat ternyata, batin Rastri. Lalu terdengar pertempuran. Begitu cepat dan tergesa. Ada jeritan kesakitan bersahutan.Letupan-letupan cepat yang susul-menyusul dengan suara benda-benda berat berjatuhan dan hancur.Hara tersentak ketika suara bising da

  • VAMPIRES UNITED   45. Menyongsong Maut

    Sam melangkah keluar kamar Jani, kini celurit dan pedang samurai pendek berada di kedua tangannya. Raut wajahnya tak menunjukkan ekspresi apa-apa, hanya matanya menatap liar. Hara bersama anak buahnya menunggu, ketika melihat Sam tampak akan mengatakan sesuatu. Akan tetapi Sam hanya menoleh dan menatap Rastri dan Sonia, kemudian dengan langkah tergesa ia menuju ruang depan dan saat itulah kaca-kaca jendela di sana—prang!—hancur oleh hantaman para vampir yang meringis ganas dari luar. Sam menatap wajah-wajah liar yang melongok ke dalam dari balik teralis baja yang menutupi ambang jendela. “Rastri, berapa lama kira-kira kita akan mampu bertahan dengan teralis dan pintu yang ada?” “Teralis itu cukup kuat, kukira. Dan pintunya cukup tebal untuk bertahan sampai pagi. Apalagi dengan palang besi berlapis yang kami pasang. Yang aku khawatirkan, bangunan belakang lebih lemah daripada bangunan utama. Tidak seperti gudang di belakang, y

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status