Home / Fantasi / VAMPIRES UNITED / 8. Wind of Change

Share

8. Wind of Change

Author: Joko D Mukti
last update Last Updated: 2021-07-09 10:53:59

Rastri baru berani beranjak dari kursinya di ruang rapat ketika hampir semua orang di situ—satu persatu—pergi. Rapat berhenti begitu saja? Setelah telepon dari Kapolda? Apa yang terjadi? Apa yang dikatakan Kapolda sehingga situasi berbalik begitu cepat? Benarkah tragedi yang dinantinya sudah berakhir dengan antiklimaks seperti ini? Mengapa? Ada apa?

Pintu ruang kantor pimpinan masih tertutup. Suara percakapan di dalam terdengar seru, tapi hangat. Rastri melangkah ke luar dari ruang rapat dan melihat kelegaan terpancar di depannya. Mereka tak lagi menatapnya dengan perasaan tertentu. Semua tampak sibuk, tapi jelas mereka belum mau beranjak. Mereka menunggu.  

“Bagaimana lo bisa memuat berita itu, Ras?”

Rastri menoleh. Sonia telah menggamitnya dengan erat. Sesaat Rastri tersenyum menerima kehangatan persahabatan dari rekannya yang cantik itu.

“Menurutmu bagaimana?”

“Menurut gue jika lo yakin akan berita lo, apa yang bisa menahan lo? Mungkin gue juga akan melakukan hal yang sama. Sayangnya gue cuma wartawan hiburan.”

“Trims. Itulah memang yang sudah aku lakukan.”

“Pertanyaannya, bagaimana lo bisa memuat naskah pada menit terakhir tanpa menge-drop naskah lain. Apakah lo menge-drop beritamu sendiri sebelum naskah vampir ini elo masukkan?”

“Ya, ampun!” seru Rastri. Seseorang pasti telah menyingkirkan naskah berita orang lain sebelum memasukkan berita Rastri sendiri. Dan hanya ada dua kemungkinan pelakunya: pihak pra-cetak. Atau korektor: Sam. Dan pihak pra-cetak—mengingat hirarkinya dalam keredaksian—tak akan berani melakukannya tanpa pemberitahuan dan pengesahan dari redaksi. Artinya.....

Sonia mengangguk ketika menatap Rastri. Ia juga sudah menduganya. Sekarang di mana Sam? Itukah mengapa tadi malam semua berlangsung lancar? Karena Sam telah menyingkirkan sebuah naskah lain? Dan mengapa Sam melakukannya? Sudah jam 10 siang, dan Sam belum muncul.

“Anak itu memang agak aneh,” gumam Rastri resah.

“Siapa? Sam?” tanya Sonia.

Rastri mengangguk, katanya, “Aku selalu merasa kacau kalau ia berada di sekitarku. Seolah sarafku mendadak mengencang dan aku merasa sedih dan gusar dan bingung. Dia pasti yang telah menyingkirkan naskah seseorang.”

Sonia menatap Rastri, berusaha menebak perasaan Rastri yang sesungguhnya terhadap Sam. Sonia hanya menemukan keresahan yang mulai meredam, disertai kelegaan dan sebersit kebingungan.  

“Mana bangsat itu! Berani benar ia membuang naskahku! Mana bangsat brengsek itu!” 

Semua mata menatap ke arah sudut ruang di depan pintu ke arah bagian pra-cetak: bagian redaksi bahasa. Manto keluar dari balik deretan komputer dan menatap ke arah orang-orang yang memandangnya ingin tahu.

Makiannya nyaris keluar dari mulutnya sekali lagi, namun ia mengurungkannya mungkin karena sadar terlalu banyak orang yang hadir di ruang itu. Dan semua orang itu menatapnya dengan rasa ingin tahu yang dingin. Tidak seperti biasanya. Hampir semua meja di ruang redaksi dipenuhi orang. 

Manto celingukan sejenak. Lalu dengan seringai angkuh ia mundur dan terduduk di sebuah kursi di deretan meja redaksi bahasa. Orang-orang menatapnya dengan jijik. Semakin hari, tingkahnya semakin menyebalkan. Dan bau asam alkohol membuat beberapa reporter wanita yang berada di dekat meja redaksi bahasa menyingkir dan bersungut-sungut. 

Siapakah yang tega menempatkan kerbau kalap gila itu ke dalam kantor redaksi? Seandainya saja ludahnya bisa berubah jadi api, ingin rasanya Sonia meludahi kerbau kurang ajar itu.

Kebenciannya pada Manto semakin lama semakin menggunung. Dan kebenciannya itu makin besar saja karena Sonia sebenarnya takut pada Manto, yang tak jarang menatapnya dengan mata merahnya yang sangar dan gila. Harus ada penjelasan bagaimana Manto menjadi Manto yang seperti ini, dan mengapa ia berada di tempat ini dan mengapa ia dipertahankan di sini.

Mendadak Manto menggebrak meja dengan seringai murka. 

   

Sonia dan Rastri berpandangan. 

Mereka menemukan jawabnya. Melupakan nasibnya sendiri yang belum menentu, sesaat Rastri merasa Sam akan mendapatkan kemalangan yang lebih mengerikan dari dirinya hari itu. Kemudian ia segera melupakan Sam ketika Redaksi Pelaksana—entah bagaimana matanya tepat langsung menangkap mata Rastri—keluar dari pintu Pimpinan Redaksi dan melambai ke arahnya. Dadanya berdebar kencang, ketika melepaskan gamitan lembut tangan Sonia dan melangkah ke arah kantor Pimpinan Redaksi. 

“Semua akan baik-baik saja, Rastri,” bisik Sonia ke telinganya. Rastri berusaha tersenyum, tetapi garis bibirnya patah oleh tatapan beku sang Redaksi Pelaksana. Rastri mungkin harus mulai merelakan pekerjaannya yang bagus di penerbitan ini. Meskipun hatinya menciut penuh kesedihan, ia tahu ia akan melakukan apa saja yang dianggapnya benar. Apa saja.

Dan ia tahu ia benar. Dengan pikiran itu dijejalkan dalam benaknya, Rastri melangkah pelan menuju ke kantor Pimpinan Redaksi. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • VAMPIRES UNITED   50. Permintaan Sam

    Sonia bangun terkejut. Sedetik dua detik ia meraup kesadarannya kembali dengan menghela napas panjang. Dan tahulah ia suara apa yang ia dengar dalam ketidaksadarannya sebelumnya. Pintu ruang kesehatan telah terbuka dan angin panas yang menerobos dari luar mengibas-kibaskannya, membentur dinding, dan menjatuhkan benda-benda. Rastri tidak ada lagi di sebelahnya.Sonia menyentuh pipinya. Basah. Jadi ia benar-benar menangis seperti dalam mimpinya. Mimpi yang aneh dan ganjil di siang hari. Apa yang ditangisinya? Dalam mimpinya? Ah, ya. Ia bermimpi Sam mendatanginya. Semuanya gelap. Ia merasa tersesat. Ia gembira Sam dating. Namun Sam sama sekali tak menyapa. Ia hanya lewat dan pergi. Dan ia menangis. Karena entah kenapa ia merasa begitu sendirian dan terasing. Mendadak semua masalah dan kesulitannya hadir kembali di benak Sonia. Gadis itu tersenyum masam, dan menapakkan kakinya yang telanjang ke lantai. Son

  • VAMPIRES UNITED   49. Perbincangan Letih

    Rastri dan Sonia terpaksa harus tiduran di ruang kesehatan kantor setelah menyelesaikan tugas harian mereka. Matahari sudah terasa panas pada jam 10.30 saat itu. Pendingin ruangan hanya mampu memberikan kesejukan yang membuat kulit mereka terasa kering dan sangat tidak nyaman, karena keletihan yang mereka derita seakan tersekap di dalam tubuh dan tak mau keluar. Kini mulai terasa betapa letih dan pedih mata mereka, akan tetapi berkebalikan dengan keinginan hati mereka kedua pasang mata mereka tak juga mau dipejamkan. Dalam desahan ke sekian akhirnya Sonia menyadari keluhan tak akan menghilangkan keletihan yang menguasai sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa melayang, seakan tak mau berkoordinasi dengan bagian tubuh lainnya. Ia berusaha memejam. Namun suara-suara kesibukan di luar tak juga mampu ia kesampingkan. Napasnya terasa berat, dan gendang telinganya berdenging dan terasa seakan sebuah benda padat menggumpal di sana.Sonia terlentang dan mengatur napasnya

  • VAMPIRES UNITED   48. Undangan Pembasmi

    Tak ada siapa-siapa di ruang belakang yang porak poranda. Separuh pintu gudang tergeletak dengan palang-palang yang terpelanting beberapa meter. Mereka segera membuka dua pintu keluar dan empat jendela kecil di bagian belakang rumah. Cahaya yang memasuki ruang di situ belum sepenuhnya berhasil menerangi setiap sudut rumah, namun mereka mampu melihat ceceran debu-debu vampir dari ujung ke ujung. Tak ada barang yang masih tetap tinggal di tempatnya. Semua terserak, setengah terbakar, setengah hancur atau seluruhnya, menjauh dari tempatnya semula, seolah telah terjadi gempa hebat di tempat itu. Ada kelegaan dan kecemasan sekaligus saat Rastri mengetahui tak ada Sam di situ. Rastri mengerling ke arah Sonia. Yang dipandang menunduk. Ketika menyadari ia sedang berdiri di atas debu vampir, Sonia menjauh dengan langkah hati-hati. Svida menyentuh hampir semua benda dan permukaan tembok dengan ujung celuritnya seakan dengan perbuatannya itu

  • VAMPIRES UNITED   47. Senyap Setelah Pertempuran

    Ketika Svida tiba vampir-vampir telah pergi. Svida menggedor pintu depan sebelum dibukakan, dan mereka semua terheran-heran menyaksikan tak ada vampir yang menghadang. Tak ada vampir yang tersisa. Sonia bersama Rastri mengawasi sekitar rumah dan cahaya terang dari sebelah timur menyadarkan mereka semua.Fajar menyingsing Itulah kenapa.Svida menyisir setiap sudut dan menjelajahi setiap titik di seputar rumah Rastri. Lalu dengan ketelitian yang mengagumkan mereka menyibak setiap semak dan memeriksa setiap celah. Nihil. Matahari mulai muncul ketika Sonia berkacak pinggang dengan celurit masih tergenggam di tangan kanannya. Ini semua keajaiban. Mereka semua selamat. Semalaman mereka begitu sibuk bertempur sehingga tak menyadari waktu berjalan. Dan kini hari hampir pagi. Mereka diselamatkan oleh matahari. Mereka mengitari rumah dan mendapati ceceran debu-debu di sana

  • VAMPIRES UNITED   46. Hidup dan Mati

    Sonia mendengar kebisingan memuncak dengan suara pintu hancur di belakang rumah. Isak tangisnya berhenti. Dengan air mata masih bercucuran, ia fokus kepada suara-suara pertempuran di lorong di bagian belakang rumah. Pintu gudang itu telah terjeblak terbuka, desisnya. Dan suara ketika para vampir membanjir masuk nyaris seperti suara ribuan kelelawar menyerbu. Tapi mereka tak mampu menyerbu langsung semuanya, mereka dibatasi oleh sempitnya lorong, sehinggga meskipun yang Sam hadapi puluhan vampir, bahkan mungkin lebih, akan tetapi mereka hanya mampu menyerang satu demi satu. Rastri menyadari hal ini, sehingga senyumnya makin lebar. Bangsat itu tidak sekedar nekat ternyata, batin Rastri. Lalu terdengar pertempuran. Begitu cepat dan tergesa. Ada jeritan kesakitan bersahutan.Letupan-letupan cepat yang susul-menyusul dengan suara benda-benda berat berjatuhan dan hancur.Hara tersentak ketika suara bising da

  • VAMPIRES UNITED   45. Menyongsong Maut

    Sam melangkah keluar kamar Jani, kini celurit dan pedang samurai pendek berada di kedua tangannya. Raut wajahnya tak menunjukkan ekspresi apa-apa, hanya matanya menatap liar. Hara bersama anak buahnya menunggu, ketika melihat Sam tampak akan mengatakan sesuatu. Akan tetapi Sam hanya menoleh dan menatap Rastri dan Sonia, kemudian dengan langkah tergesa ia menuju ruang depan dan saat itulah kaca-kaca jendela di sana—prang!—hancur oleh hantaman para vampir yang meringis ganas dari luar. Sam menatap wajah-wajah liar yang melongok ke dalam dari balik teralis baja yang menutupi ambang jendela. “Rastri, berapa lama kira-kira kita akan mampu bertahan dengan teralis dan pintu yang ada?” “Teralis itu cukup kuat, kukira. Dan pintunya cukup tebal untuk bertahan sampai pagi. Apalagi dengan palang besi berlapis yang kami pasang. Yang aku khawatirkan, bangunan belakang lebih lemah daripada bangunan utama. Tidak seperti gudang di belakang, y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status