Share

BAB 17. Maju kena.

Aku tidak mau menyimpan di dapur yang ada nanti hilang tak berbekas. Biar saja aku dibilang pelit pasalnya mereka para penghuni rumah ini jika membeli makanan aku sama sekali tidak pernah dikasih.

“Mas, apaan sih! Malu tahu!”

“Kenapa musti malu, kamu kan, istriku?”

“Malu dilihat orang. Meski suami istri, tapi tidak boleh menunjukkan kemesraan secara langsung pada orang lain.”

“Enggak ada orang, kok!”

“Itu Susanti kamu anggap hantu?” Tadi Susanti mau masuk tidak jadi karena ada Mas Arman yang tiba-tiba memelukku dari belakang. Jadilah, dia balik badan dan menunggu di luar.

“Eh, kok! Perasaan tadi enggak ada siapa-siapa.” Mas Arman tampak salah tingkah.

“Ada apa sih, Mas. Kayaknya lagi seneng.”

“Hem ... aku memang lagi seneng, Dik. Kamu tahu kan, kalau Reni hamil.” Hatiku mencelos. Aku tadi lupa tentang kehamilan Reni. Sekarang justru suamiku sendiri yang mengingatkannya.

“Oh, iya.”

“Kok, jadi manyun gitu bibirnya? Meski Reni hamil aku tidak akan melupakanmu, Dik. Makanya sekarang aku m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status