ログインKesia tersenyum sinis melewati kerumunan orang-orang. Klub petarung ini benar-benar luar biasa.
Ia tidak habis pikir mereka (club petarung makau) ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyulapnya menjadi arena pertarungan, menyatu dengan jaringan kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara keramaian orang-orang berjudi. Tidak semua orang bisa melewati pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya sebagai ruangan khusus penjudi kelas atas, bukan level mereka. Jika bukan Callum yang mengantarnya ia tidak akan pernah bisa masuk kedalamnya. Sungguh sebuah supremasi club petarungan yang luar biasa. Kesia tahu kebanyakan club petarung akan berada di sebuah bangunan hotel mewah atau club beach. Tapi ia tidak pernah menyangka jika ada tempat seperti ini, di makau. Kesia kerap kali menginjakkan kakinya ke tanah bekas kekuasaan portugis itu. Memenuhi permintaan kliennya untuk menerjemahkan bahasa. Namun, ini adalah kali pertamanya menapakkan kakinya di sebuah club petarungan. Biasanya Kesia hanya berlatih di club tinju/Tai Chi/Karate biasa di waktu senggangnya. Hari ini Tuan Lachlan dan putra keempatnya, membuat sesi latihan seorang Kesia sedikit berbeda. "Hai...cantikk...kemarilah..." sapa salah satu pengunjung yang berada di meja taruhan. Kesia mengayunkan kakinya menghampiri meja taruhan. Bukan karena pria asing tersebut memanggilnya. Tapi karena Tuan Callum ada disana. Kesia berdiri disebelahnya mengambil ahli chip taruhan milik Callum. "Heiii...gadis muda? Apa kamu bisa bermain?" Seloroh pria asing tersebut melihat Kesia menarik semua chip milik rekannya. "Gadis desa seperti dia mana tahu cara bermain. Atau jangan-jangan bahkan ia tidak pernah memegang kartu?" Celetuk seorang wanita diseberang sana, Kesia meliriknya sekilas. "Bagaimana kalau kita lihat saja?" Kesia menjeda kalimatnya mengangkat sudut bibirnya pelan, tersenyum sinis. "Kita lihat siapa yang sebenarnya tidak bisa bermain!?" Suara pelan, tapi harmoni yang ia keluarkan setajam silet. "Maksudmu apa?!" Nadanya naik satu oktaf, menatap sengit Kesia. "Dasar wanita kampung!" Cibir perempuan asing yang tampak tidak asing bagi Kesia. Perempuan diseberang sana adalah Nayla Wilson sahabat dekat Emilia Vladimir putri sah Tuan Vladimiri Lachlan dengan sang istri Nyonya Eavi Li. "Bagaimana jika bermain saja? Buktikan siapa yang sebenarnya tidak bisa bermain sama sekali?!" Mengetuk-ngetuk meja dengan buku- buku jarinya, menantang lawannya. Menunjuk kan seolah dialah pemain terhebat. "Siapa takut?! Bermain dengan gadis desa sepertimu, bukanlah apa-apa. " tepat seperti keinginan Kesia, Nayla mulai menaikkan egonya sedikit demi sedikit. "Heyy...apa kamu benar-benar bisa bermain, girl?" Callum berbisik ditelinga adik angkatnya, menyikut lengannya pelan. "Berapa taruhannya?" Tanya Kesia dengan suara yang hampir tidak terdengar sama sekali. "10 juta dollar" bisik Callum singkat. "Malam ini kita akan bawa pulang 100 juta dollar" bisik Kesia pelan mulai meletakkan chip nya diarena. "100 ribu dollar" Kesia menyebut angka pertamanya. "Jangan bercanda dengan ku, nona." Tutur Callum didekat telinga adiknya. "Siapa yang bercanda, Tuan? Kamu lihat saja nanti" seulas senyum singgah disudut bibirnya sejenak. "Baiklah" Nayla meletakkan chipnya, dan dealer mulai mengocok dadu. Meletakkan wadah dadu manual itu ke atas meja. Semua orang menatapnya tajam menebak berapa kombinasi angka di dalamnya. "3-2-1" ucap Kesia mantap. Membuat Callum terperanjat kaget mendengar tebakkan sang adik. Jika tidak bisa bermain jangan dipaksakan. Callum tidak masalah jika Kesia tidak bisa bermain dadu atau kartu. Toh, permainan ini cuma hiburan semata untuk melepaskan penat. Bukannya sebagai pekerjaan utama yang digunakan mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. So, tidak bisa bermain kartu atau mahjong dikalangan elit bukan masalah. Tapi setidaknya jangan sampai mempermalukan diri sendiri. "4-5-6" teriak penuh seruan disusul oleh teriak- teriakkan, para penjudi lain yang menyaksikan petandingan antara Kesia dengan Nayla. Semua bertepuk tangan memberikan semua dukungannya kepada idola mereka Nayla. Tiga ronde. Nayla memenangkan tiga permainan pertama. "Lihatlah, Nona. Kamu sudah kalah tiga ronde. Lebih baik serahkan permainannya kepada Callum saja. Setidaknya dia masih bisa memenangkan beberapa ronde." Ujar pria asing yang tak lain adalah James Cart teman dekat Callum. "Biarkan aku yang bermain" Callum berbisik pelan, menarik singlet tinju yang dikenakan oleh adiknya. "Tenanglah. Ini baru permulaan" gumam Kesia pelan, menyeringai dibalik wajah polosnya. "Gadis desa memang tidak tahu cara bermain. Tapi dia tidak mau mengakui jika dia itu bodoh." Ejek Nayla pada Kesia, bangga pada tiga kemenangannya berturut-turut. "1 juta dollar" Semua orang terkejut mendengar angka taruhan yang disebutkan Kesia. Beberapa orang berbisik-bisik. Ada yang mengkhawatirkan dan ada pula yang mengejeknya dari belakang. Tapi, menit-menit berikutnya mengubah persepsi mereka terhadapnya. "9 juta dollar" Angka yang telah dimenangkan Kesia malam ini. Orang-orang menatapnya kagum. Gadis desa yang pertama kali menginjakkan kakinya ke kasino. Ternyata bisa menang begitu banyak. Tampaknya tiga permainan awal tadi cuma trik yang ia mainkan, untuk menarik lawannya agar terus mau bermain. Menguras pundi-pundi kekayaannya diatas meja judi. "Bagaimana nona? Apa kamu masih mau bermain? Jika tidak?" Kesia menggantung kalimatnya, sengaja. Menciptakan rasa penasaran diantara kerumunan penonton. "Jika tidak aku akan pergi ke meja lain? Mencari pemain yang setara!?" Ujar Kesia pelan tapi sinis. "Kurang ngajar! Berani-beraninya kamu meremehkanku wanita sialan! Jangan berbangga diri! Kemenangan ini hanyalah keberuntunganmu saja!" Bentak Nayla menggeprak meja taruhan, tak terima dengan penghinaan tersirat Kesia. "10 juta dollar" Nayla melemparkan semua chipnya ke arena taruhan. Berharap Kesia takut dan mundur dari arena, tapi siapa yang tahu apa yang dipikirkan oleh gadis cantik asal nusantara tersebut? Pikiran nya tak terduga sama seperti kebanyakan warga nusantara. Mindblowing. "Baiklah" Kesia menyambut ajakkan Nayla, mendorong semuanya chipnya ketengah. Akhirnya yang Kesia tunggu-tunggu datang juga. Malam ini Kesia pastikan bahwa ia akan merampas semua tabungan seorang Nayla Wilson. Ia tidak akan menyisahkan sepeserpun untuknya. "20 juta dollar" "30 juta dollar" "40 juta dollar" "50 juta dollar" Perlahan taruhan antara keduanya naik sampai 50 juta dollar. Dimana setiap permainan di menangkan oleh Kesia "sih gadis desa". Sorak kan pengunjung kasino makin terdengar lantang. Mengudara di langit-langit kasino. Pengunjung dari meja lain pun mendekat ke meja mereka. Turut menyaksikan kekalahan putri bangsawan wilson di meja judi. Mereka benar-benar tidak menyangka akan ada yang berani membabat habis seorang Nayla. Setidaknya, walau Nayla kalah dimeja judi. Lawannya akan tetap memberinya wajah. Tidak maksudnya memberi wajah kepada keluarga Wilson. "Huuuuuuuu.........." "Lagiiii......lagiiiiiiii......" "100 juta dollar......." Berbagai teriakkan dilontarkan dan dilayangkan para pengunjung yang mengerumuni meja judi mereka. Tak sabar menyaksikan pertandingan selanjutnya, yang akan jauh lebih menegang kan. "Jika kamu menginginkannya kembalilah ke Northumberland. Bagaimanapun anak seorang selir tidak bisa mewarisi tahkta." Nadanya berat suara tercekat ditenggorokkannya, menghela napas berat, menyilangkan tangannya didada.Pukul 18:00 Kesia berdiri di tepih jalanan kota Oxfordshire, Inggris. Menunggu supir dari Blenheim Palace menjemput dirinya. "Nona Kesia," sebuah mobil merek terkenal menepih. Supir menurunkan kaca. Melirik Kesia sekilas. Memastikan. "Iya" Kesia mengangguk pelan. Pintu mobil terbuka otomatis. Kesia mengangkat koper 20 Inchi miliknya masuk. Duduk di kursi penumpang. Mobil melaju lurus ke depan. Entah kemana tujuannya. Yang pasti bukan Blenheim Castle. Kesia tahu anjing yang dibesarkan oleh keluarga Churchill bertahun-tahun, menggigit majikannya sendiri. Dua jam lalu Kesia sengaja meminta nomor telepon supir yang akan menjemputnya. Lalu ia memberikan nomor tersebut kepada salah satu kenalannya. Dalam hitungan menit kenalannya menemukan pengkhianatan tersebut. Guna mencegah ular keluar dari sarangnya. Ia berpura-pura bodoh. Padahal ia telah merencanakan banyak hal untuk menyelematkan orang paling penting dalam konferensi politik malam ini. Malacy Percy. Kepala keluarga Percy. Or
Thom melangkah masuk. Menyusuri setiap lorong Alnwick Castle. Berjalan menuju ruang makan pribadi keluarga Percy. Di sana ibunya Vivienne tampak sedang menikmati camilannya sambil menonton acara televisi, bersama ipar dan keponakannya. "Paman___kamu mau tidak anggur yang di tanam Oma sendiri?" Sapa gadis kecil berusia sepuluh tahun itu saat melihat kedatangan Thom.Thom mengutipnya sebutir. Mengunyah sebutir anggur tanpa sepatah katapun. Mengambil remote televisi di atas meja. Duduk di sofa tepat di sebelah ibunya. Mengganti siaran televisi menjadi saluran berita internasional. Mengamati seksama setiap berita yang ditampilkan oleh penyiar. Nona Berry. Sepenggal nama yang mengguncang dunia pers selama beberapa tahun ke belakang muncul di layar sepanjang 100 Inchi tersebut. Membawa gosip baru dalam dunia konglomerasi dan elit Global. Berita tentang penembakan massal di Kota Saint Petersburg. Disusul dengan berita perjudian Nayla Wilson. Serta pelecehan sexual yang dilakukan Nath
Tingg____ Peluru yang harusnya menembus kepala Theodor Percy. Berbalik. Terlempar menjauh jatuh ke danau di halaman depan Blenheim Palace. Brukkkkk____ Seorang pria berpakaian serba hitam jatuh dari lantai atas Blenheim Palace ke lantai dasar. Mengejutkan para pelayan yang telah tertidur lelap. Srakkkkk_____ Desingan tessen yang menutup rapat kembali ke tangan pemiliknya. Memekakan telinga semua orang yang berada di sana. Termasuk para pelayan yang berada di lantai berbeda dengan para darah-darah istimewa di lantai utama. Mereka mau protes. Tetapi gadis pemilik tessen itulah yang menyelamatkan nyawa mereka malam ini. Andai ia tidak tiba tepat waktu. Nyawa mereka dapat dipastikan akan hilang sia-sia. Srrrr____ Kipas berbahan dasar besi dari negeri matahari terbit itu kembali terbuka. Tapi dengan suara yang lebih halus dan tidak menyakitkan gendang telinga kali ini. Gerakan mengayunnya lembut, terukur, dan pasti. Menciptakan suara yang lembut dan menenangkan. Sekali
Waw! Satu kata yang berhasil Theo ucapkan saat helikopter tipe Airbus H225 Super Puma tiba di Blenheim Palace Castle. Kekaguman, hanya itu yang bisa di gambarkan dari wajah Theo saat ini. Kemarin malam ia telah terpesona oleh indah dan megahnya Castle of Edinburgh.Hari ini ia dibuat terperangah oleh rumah pedesaan mewah berarsitektur Barok di Oxfordshire, Inggris, yang dibangun untuk Duke of Marlborough pertama setelah kemenangan militernya. Dan masih menjadi rumah keluarga Churchill hingga hari ini, menampilkan arsitektur megah, taman luas, dan berbagai acara serta atraksi. Theo tak pernah mengira jika dalam hidupnya ia memiliki kesempatan berkunjung ke Blenheim Palace, yang merupakan Situs Peninggalan Warisan Dunia UNESCO, dan tempat kelahiran Sir Winston Churchill. Bukan sebagai turis melainkan sebagai tamu terhormat keluarga Churchill pada pertemuan konferensi politik suksesi takhta Prince William of Wales. Saudara jauh keluarga Percy. Malacy mengenalkannya pada orang-oran
Thom merogoh ponselnya di saku celana linennya. Mencari kontak Beni disana. Menekan tombol telepon. Melakukan panggilan kepada bawahan kepercayaannya. "Kapan kamu tiba di Britania Raya, Ben?" ucap Thom lemas, tak berdaya. "Pak, anda gila yah? Baru dua hari mustahil tiang tiba di laut utara. Paling cepat tiang bisa sampai di sana 8 hari lagi, itu kalau Opa atau Tuan Liem tidak membelokkan arah kapal." Jelas Beni, mengamati samudra memperhatikan ketinggian gelombang. "Ben, putar balik. Kita ke pelabuhan Sunda Kelapa!" Terdengar dari seberang telepon Opa berteriak memerintahkan bawahan cucunya putar balik ke Sunda Kelapa. Mengubah arah kapal secepat kilat. "Tapi pak?" "Anak itu? Biarkan saja, ayahnya punya banyak kapal pesiar di pelabuhan." Serkah Opa mengabaikan Thom yang tengah menelepon dari seberang sana. "Opa" terdengar suara cicitan, jeritan Thom yang tak jelas dari balik telepon memprotes tindakan semena-mena Opa-nya Mingzhe. Sweater lengan panjang full neck de
Beni menarik napasnya dalam. Mengatur sirkulasi udara di paru-parunya sebaik mungkin. Pak bosnya itu memang diluar nalar. Baru saja ia tiba di pelabuhan Makau. Thom sudah memintanya kembali berlayar ke pelabuhan Sunda Kelapa.Pada awalnya kapal pesiar ini akan dibawa ke pelabuhan Sunda Kelapa. Tapi karena Opa, Om Liem, dan satu sosok penting yang meminta kapal dibelokkan ke perairan laut cina selatan.Maka ia hanya dapat mengikuti perintah sesuai arahan saja. Berlabuh ke perairan laut Cina Selatan guna menjemput bosnya secara langsung. "Sudahlah! Thom! Berhenti bertengkar dengan ayahmu!" sungut Opa yang mulai bosan menasehati cucunya. "Hanya karena perempuan jahanam itu! Kamu bertengkar dengan ayahmu sampai selama ini!" Tuding Opa mengacungkan cari telunjuknya ke wajah cucunya, Thom."Salahnya!" Kilah Thom membela dirinya. "Tidak peduli siapa yang salah! Akhiri keributan ini sekarang juga!" Tukas Opa menghentakkan kakinya, kelantai kabin. Menggeser kaki kanan nya lalu duduk di sof







