Share

003 - Kenapa?

Penulis: Rytíř
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-11 23:27:13

Dia mengumpulkan semuanya dan membawa keluar. Dan di sana dia menemukan seorang wanita tua dari rumah sebelah, yang baru saja membuka pintu dan menyambutnya dengan sapaan hangat.

  

“Apakah kamu baik-baik saja, Victor?” dia bertanya.

  

“Ah, maaf, Bu Greta. Aku pasti mengganggu tidurmu selarut ini,” jawab Victor.

  

“Tidak apa-apa. Terkadang di situlah enaknya hidup bertetangga. Apakah semua baik-baik saja?”

  

“Itu, si Emma! Kami sedang mengadakan pesta ulang tahun pernikahan, dan dia mabuk karena terlalu banyak minum anggur. Tidak ada yang serius sama sekali.”

  

Wanita tua itu hanya mengangguk lembut dan tersenyum. Sebenarnya, dia telah mendengar segalanya dan tahu bahwa Victor hanya berusaha menyembunyikannya.

  

Setelah membuang semuanya ke tempat sampah, Victor kembali menyapa wanita tua itu dan mengucapkan selamat malam. Tapi wanita itu menghentikannya sejenak.

  

“Victor!”

  

“Iya, Bu?”

  

“Wajar jika sebuah keluarga bertengkar sesekali. Tidak ada keluarga tanpa pertengkaran. Kamu hanya perlu mundur satu langkah saat bertengkar dengan seorang wanita. Hanya dengan cara itulah kamu bisa memenangkannya,” kata wanita tua itu.

  

Victor tersenyum, menerima kata-kata wanita tua itu ke dalam hatinya. Dia tahu bahwa wanita tua sepertinya pasti tahu banyak tentang wanita dan memiliki pengetahuan soal membina keluarga yang jauh lebih baik dari dirinya.

  

Dia kembali ke rumah dan tidur di sofa, mundur selangkah seperti yang dikatakan wanita tua itu, berharap semuanya akan baik-baik saja keesokan paginya.

  

Tapi di pagi hari, dia terbangun dengan Emma melempar tas padanya. Victor masih belum tahu jam berapa sekarang. Dia tidak peduli untuk bangun pagi karena dia tidak perlu lagi kembali ke toko pizza itu.

  

“Apa ini? Apakah kamu masih mabuk?” dia bertanya.

  

“Pikiranku jernih dan segar, dan aku sudah muak hidup dengan pria menyedihkan sepertimu. Itu adalah dokumen yang perlu kau tandatangani. Aku ingin cerai.”

  

Wajah Victor terlihat begitu putus asa. Dia mengira Emma hanya mabuk kemarin dan semuanya akan baik-baik saja. Namun kini di tangannya ada surat cerai yang sepertinya sudah dipersiapkan Emma sebelumnya.

  

Victor menyadari Emma telah mempersiapkan segalanya yang berarti bahwa ini bukanlah keputusan yang diambil berdasarkan luapan emosi sesaat.

  

“Kamu serius tentang ini?”

  

“Ya, aku sangat serius. Aku tak perlu meminjam otak Einstein untuk mengambil keputusan seperti ini. Tidak mungkin aku bisa bertahan lebih lama lagi hidup bersama pecundang menyedihkan sepertimu,” kata Emma.

  

Ia terlihat begitu tegas dengan menyilangkan kedua tangannya di dada. Salah satu kakinya menghentak-hentak lantai dengan gerakan kaku, tampak tak sabar menunggu Victor mengambil keputusan atas tuntutannya.

  

“Kenapa?” Victor bergumam pelan pada dirinya sendiri.

  

“Hah?”

  

“Kenapa?”

  

“Heh, kau masih belum mengerti? Seberapa rendahnya kau masih saja tidak menyadari situasimu saat ini?”

  

Namun Victor masih belum bisa memahami semuanya. Berbicara tentang menjalani kehidupan sederhana, dia telah hidup sebagai orang sederhana sejak kehidupan kuliahnya. Dan Emma tidak pernah mengeluh soal itu.

  

Itu pula yang menjadi alasan Victor tidak pernah merasa perlu menjelaskan segala hal tentang statusnya sebagai anak dari keluarga kaya kepadanya.

  

“Mengapa kamu dulu menerimaku? Kupikir kau mencintaiku apa adanya?” gumam Victor dengan suara pelan dan wajah putus asa.

  

Emma terkekeh mendengar kata-kata seperti itu datang darinya.

  

“Apa adanya, katamu? Halooo? Kau sedang tinggal di dunia apa, hah? Ini bukan Disney. Aku menerimamu karena kau adalah siswa cerdas dengan masa depan cerah menantimu. Meskipun aku tahu kau bekerja sebagai pengantar pizza selama kuliah, aku pikir kau akan menjadi orang sukses berdasarkan prestasimu di perguruan tinggi. Tapi tidak! Kau malah menyia-nyiakan ijazahmu dan memilih tetap bekerja untuk si pria Italia gendut itu!” Emma menutup dengan wajah berkerut jijik.

  

Bahkan setelah dipermalukan seperti itu, Victor masih berusaha berunding dengannya, berusaha melindungi pernikahan yang baru berusia dua tahun itu.

  

“Kalau itu alasannya, aku sudah mengundurkan diri dari toko itu kemarin. Aku masih bisa melakukan banyak hal untuk kita berdua. Percayalah, aku bisa memberimu…”

  

“Cukup sudah dengan semua omong kosong ini. Apa kau belum juga menyadarinya? Aku telah selingkuh. Kenyataan aku meminta cerai karena aku telah menemukan seseorang yang dapat memenuhi keinginanku. Tidak ada yang namanya cinta tanpa syarat di dunia ini. Jika kau masih belum mengerti, itu semua soal uang. Itulah alasanku menerimamu sebelumnya, karena mengira kau akan menjadi orang kaya. Dan itulah alasanku meninggalkanmu sekarang, karena aku telah menemukan seseorang yang jauh lebih baik darimu.”

  

Wajah Victor menjadi sangat dingin. Rasa putus asa itu sudah tidak ada lagi. Tentu saja hatinya masih sakit. Namun dia sadar, tidak ada lagi alasan baginya untuk mempertahankan hubungan itu.

  

Selama ini ia rela memperjuangkan Emma karena ia merasa Emma adalah wanita yang mempunyai perasaan tulus padanya. Demi Emma yang seperti itu, dia rela melakukan apa saja.

  

Tapi sepertinya dia telah salah paham selama ini. Ternyata istrinya hanyalah seorang wanita mata duitan. Sekalipun sekarang dia menceritakan identitasnya sebagai anak dari keluarga kaya, tidak ada jaminan Emma akan selalu berada di sisinya jika suatu saat dia mendapat masalah.

  

“Sekarang aku sudah mempermudahmu. Kau hanya perlu menandatangani dokumen ini, lalu kau bisa kembali menemui pria Italia gendut yang sangat kau cintai itu,” kata Emma.

  

Victor membaca semua dokumen tersebut. Dia tidak lagi memiliki niat untuk mempertahankan pernikahan mereka. Namun, semakin jauh dia membaca dokumen tersebut, wajahnya semakin berkerut.

  

“Apa-apaan ini? Kau menuntut setengah dari kekayaanku termasuk rumah ini?” tanya Victor dengan ekspresi tidak percaya di wajahnya.

  

“Tentu saja. Kita telah hidup bersama sejauh ini. Jadi wajar kalau aku minta setengahnya. Kau harus menjual rumah ini dan membagi uangnya denganku,” kata Emma.

  

“Apa-apaan itu? Aku sudah membeli rumah ini bahkan sebelum aku menikahimu,” Victor membantah.

  

“Membeli pantatmu. Kau hanya mencicilnya, dan sebagian besar cicilan itu baru terlunasi saat kita tinggal bersama. Kita berdua bersusah payah hidup bersama sebelum rumah ini terlunasi. Jadi rumah ini tetap merupakan aset kita berdua untuk pernikahan ini. Dengan kita bercerai, kau harus membagi kekayaan dan uang dari penjualan rumah ini. 50 : 50, kau mengerti?!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   043 - Warisan Julian Bermer

    Semakin Victor menunjukkan wajah serba salahnya, pria itu semakin yakin bahwa Victor benar-benar seorang pencuri. Dalam benaknya, ketakutan Victor adalah ketakutan pencuri yang baru saja tertangkap.“Pencuri mana mau mengaku kalau dia adalah seorang pencuri?” kata seorang laki-laki dari kerumunan.“Logika macam apa itu?” bantah Victor pada orang yang baru saja menuduhnya. “Mereka yang bukan pencuri pun, tidak mau mengakui dirinya sebagai pencuri? Dasar bodoh!”“Kamu benar-benar pandai berkilah! Aku yakin kau pasti sudah berlatih berkilah setiap hari,” kata pria bernama Andrew itu sambil masih memegang kerah baju Victor.“Sudah kubilang, aku tidak mencoba mencuri tasnya!”“Oh, benar juga! Kenapa tak kau katakana saja itu pada polisi nanti. Tapi untuk saat ini, aku perlu…”Andrew menarik tangannya ke belakang, hendak melayangkan pukulan. Namun tiba-tiba seorang lelaki tua memukul punggung Andrew dengan tongkat.“Dia mengatakan yang sebenarnya! Kau dan gadismu itu perlu berterima kasih p

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   042 - Aku Bukan Pencuri

    Hari Sabtu pun datang, sama seperti hari-hari Sabtu lainnya bagi sebagian orang. Tapi itu berbeda untuk Emma. Dia masih tertidur meski sudah lewat tengah hari.Dia masih mengenakan pakaian yang sama yang dia kenakan untuk bekerja tadi malam. Tempat tidurnya berantakan dengan salah satu sepatunya di atas bantal. Ada juga beberapa kaleng bir kosong di mana-mana.Sejak bekerja paruh waktu sebagai operator drive thru di “Peccato Legale”, bar milik pria bernama Robert itu, Emma harus bekerja lembur hingga lewat tengah malam.Meskipun dia kembali ke motel sebelum jam 3 pagi, dia baru tertidur sebelum fajar. Bahkan itu hanya setelah dia menghabiskan beberapa kaleng bir. Tapi sekarang, minuman keras itu masih mempermainkan pikirannya.Alkohol itu begitu efektif dalam menghentikan otaknya menghasilkan hormon kecemasan sejak tadi malam. Itu juga efektif membuatnya melupakan semua masalahnya.Namun, ketika efek minuman kerasnya mereda, kecemasannya justru meningkat. Sekarang dia mengalami sesuat

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   041 - Apa Yang Seorang Pengacara Ketahui

    Jimmy menyajikan kopi untuk mereka. Setelah itu, dia sedikit menykamurkan bokongnya di atas meja, dan mulai berbicara untuk memancing perhatian mereka ke arahnya.“Aku tahu kamu adalah Viona Emery, wakil presiden di Counterbrand. Aku tidak akan menyembunyikan siapa diriku di depan orang sepertimu. Jadi, apakah kamu sudah selesai menghakimi diriku?” dia bertanya dengan percaya diri.Viona tersenyum dengan sedikit berceletuk. “Aku tidak datang ke sini untuk memintamu bekerja untukku, tapi hanya untuk menemani orang di sebelahku ini, pemimpin di perusahaan Counterbrand,” jelas Viona.“Eh?!” Jimmy menjawab dengan sedikit terkejut dan senyuman yang tidak pasti, tak menyangka bahwa klien barunya adalah seorang presiden sebuah perusahaan besar.Melihat betapa tenangnya Victor saat ini, Jimmy langsung mengubah sikapnya. Dia merapikan rambut dan pakaiannya sedikit, dan duduk di kursinya dengan memulai sikap profesionalnya.“Jimmy Farion siap melayani anda, menyelesaikan masalah tanpa masalah!

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   040 - Jenderal Tanpa Prajurit

    Ia mulai ragu dengan niatnya untuk berbuat sesuatu di lelang tersebut. Sepertinya dia harus menerima tawaran apapun yang akan datang pada cincin yang akan dia jual.“Sudah, suruh mereka pergi,” kata Victor kepada Emma.Kedua orang itu pun pergi begitu saja bahkan sebelum Emma menyuruh mereka pergi.“Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Viona.“Kita bicarakan saja nanti. Kita temui saja pengacara itu dulu!” Jawab Victor sambil bangkit dari sofa dengan wajah lelah.Pada akhirnya, mereka meninggalkan rumah dengan Viona yang mengendarai Ferrari untuknya. Victor sama sekali tak membuat wajah tak bersemangatnya, tak menyembunyikan betapa kecewanya ia pada Viona.Meski begitu, dia tahu bahwa tak bisa juga menyalahkannya. Viona sudah mengatakan bahwa dia tidak akan mengasuhnya lagi. Bagaimana pun, tentu dia menyadari bahwa sebagian besar masalah ini disebabkan oleh kesalahannya sendiri, perselisihan pribadinya dengan Emma.Tapi tetap saja…“Bagaimana kamu bisa kepikiran menggunaka

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   039 - Jangan Khawatir Bos

    Victor berdiri di sana sambil memalingkan wajahnya, terlihat sangat sulit menerima apa yang disampaikan Viona kepadanya.Seperti kekhawatiran Viona sebelumnya, jelas perkataannya telah melukai harga diri Victor karena kebaikannya dianggap kenaifan.Victor memang tidak pernah menerima setiap kali ayahnya mengatakan bahwa kebaikannya itu adalah sebuah kesalahan. Dia merasa nyaman dengan dirinya, tapi ayahnya melihatnya sebagai sebuah kelemahan dalam dunia bisnis.Viona tidak mengatakan sepatah kata pun setelah itu dan membiarkannya. Dia duduk di sofa dan menyalakan TV. Tidak ada yang ingin dia tonton, hanya berusaha mengalihkan perhatiannya dari Victor, sambil membiarkan Victor tenggelam dalam pikirannya.Tanpa memberikan jawaban pada Viona, Victor langsung memesan taksi, berniat keluar rumah tersebut dan pulang ke rumahnya sendiri. Tapi tiba-tiba, Viona memanggilnya dari ruang tamu dan bergegas menghampirinya.“Apa lagi?” Victor bertanya.“Aku sudah bertanya sebelumnya. Apakah kamu jad

  • Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia   038 - Membuang Kenaifan

    Dia memang tidak tahu apa-apa tentang identitas asli Victor, selain apa yang dia ketahui tentang dirinya sebagai pengantar pizza.Motif awalnya memberi tahu orang-orang ini tentang Victor hanyalah agar mereka merampok Victor, atau mungkin membuatnya ketakutan setengah mati dengan kemunculan mereka. Dia hanya ingin mengerjai Victor untuk membalaskan kekesalannya, tak lebih.“Tolong, kasihani aku! Niatku hanya ingin memberi pelajaran pada bocah itu, dan membiarkan anak buahmu bersenang-senang dengan apa pun yang ingin mereka lakukan padanya,” pinta Benigno sambil menangis lirih.Marco menjadi semakin tidak sabaran, dan kemudian mengokang pistolnya, seolah-olah akan menembak mati pria gendut itu. Namun salah satu temannya segera menghentikannya dengan dingin.“Tunggu sebentar, Marco!” kata pria itu sebelum menepuk bahu Marco dua kali. “Ikutlah denganku sebentar!”Marco mengikuti pria itu ke ruangan lain, masih di dalam toko pizza. Dilihat dari tingkah laku Marco saat ini, sepertinya pria

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status