Share

005 - Arti Dari Sebuah Nama

Victor segera mengakhiri telepon itu dengan dingin, seakan tak ingin mendengarkan ceramah wanita itu lebih lama lagi.

  

Ketika dia tiba di tempat tujuannya, dia keluar dan tetap membayar sopir taksi itu dua kali lipat meskipun sopir taksi itu tidak berhenti mengoceh di perjalanan.

  

“Semoga harimu menyenangkan,” kata pengemudi dengan ekspresi merendahkan di wajahnya. “Aku harap kau masih memiliki lebih banyak uang untuk menggunakan taksiku di kemudian hari.”

  

Lucas yang kebetulan berdiri di samping Victor kini tertawa mendengar perkataan lelaki tua itu, seolah tahu maksud hinaan tersebut.

  

Victor mengabaikannya dan segera berbalik menuju kantor firma hukum tersebut. Dia tidak tahu berapa lama waktu yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan semuanya. Namun, karena dia dan Emma sudah sepakat untuk bercerai, dia berpikir itu tidak akan terlalu lama.

  

Namun, begitu mereka membawa masalah ini ke hadapan arbitrator, ternyata masalahnya tidak sesederhana yang dipikirkan Victor.

  

Memang benar, hanya dalam waktu kurang dari lima belas menit, mereka telah resmi bercerai. Namun, bukan berarti masalah mereka selesai, dan satu-satunya alasan adalah soal pembagian harta setelah perceraian yang sedang mereka perdebatkan.

  

Meski mereka berdua keluar dengan masalah yang belum selesai, tapi Emma sangat yakin dia akan memenangkan perkara ini karena dia mendapat dukungan dari seorang pria kaya seperti Lucas. Di sisi lain, dia tahu bahwa Victor tidak punya apa-apa untuk membayar seorang pengacara.

  

“Hey, bung! Permudah saja ini untuk dirimu sendiri,” kata Lucas yang masih berdiri di dekat mobil mewah BMW miliknya. “Kau hanya akan membuang-buang uang untuk memperumit sengketa ini. Aku ragu kau masih punya uang untuk menyewa seorang pengacara berkelas untuk menghadapi kami.”

  

Namun Victor tidak terlalu memperdulikan ejekan Lucas. Pasalnya, perhatiannya kini tertuju pada seorang wanita cantik berkacamata, dengan rambut cokelat kekuningan, mulus tertata rapi dengan model ‘braided updo’ layaknya pengantin, tengah berdiri tegak dengan tatapan dingin di dekat sebuah limousine.

  

Reaksi Victor tentu saja menarik perhatian Emma dan Lucas, sehingga mereka juga mengalihkan pandangan mereka pada wanita itu.

  

Kenyataannya, Lucas sudah menyadari keberadaan limusin di depan mobilnya itu sedari tadi. Tapi dia tidak tahu-menahu kendaraan siapa itu. Menurutnya, itu hanya salah satu orang kaya di kota yang sedang memiliki masalah dengan hukum.

  

Namun kini, Victor berjalan santai dengan ekspresi wajah tenang, dengan kedua tangan di saku. Dia terlihat sangat lusuh seperti apa yang biasa terlihat dari seorang pengangguran pada umumnya. Tapi wanita itu membukakan pintu limousine dengan sedikit menundukkan kepalanya saat Victor menghampirinya.

  

“Mereka sudah menunggumu,” kata wanita itu.

  

“Terima kasih, Viona,” jawab Victor sebelum masuk ke dalam mobil.

  

Setelah itu, wanita itu menutup pintu lalu menoleh ke arah Lucas dan Emma dengan tatapan dingin penuh percaya diri.

  

“Anda tidak perlu khawatir tentang pengacara yang akan disewa Victor, Tuan Lucas. Saya akan memastikan dia mendapatkan pengacara terbaik di dunia untuk memenangkan masalah sepele ini.”

  

Lucas sedikit terkejut dan juga bingung, bagaimana wanita itu mengetahui namanya. Tapi kemudian, dia tersenyum begitu percaya diri, merasa reputasinya begitu bagus, hingga wanita kelas atas seperti dia pun tahu tentang dirinya.

  

“Kau cukup tahu tentang aku, huh?” kata Lucas sambil tersenyum sombong.

  

“Bagaimana mungkin aku tidak mengenalmu? Ayahmu masih berhutang pada kami. Tak mungkin kami mengabaikanmu dan keluargamu begitu saja,” jawab Viona sedikit tersenyum.

  

Setelah itu, dia berjalan dengan anggun, dengan penuh percaya diri menghampiri bagian belakang limusin. Sebelum terus melangkah ke sisi lain mobil, ia menatap dingin ke arah Emma dengan dagu sedikit terangkat.

  

“Seperti kata orang, wanita hina untuk pria hina! Asal kau tahu saja, dia tak sembarangan menyandang nama “Victor” tanpa alasan. Jangan pikir kami akan membiarkanmu menang begitu saja.”

  

Emma dan Lucas dibuat bingung dengan perkataan Viona. Mereka hanya berdiri tercengang, menyaksikan limousine itu meninggalkan mereka. Beberapa menit telah berlalu, namun mereka masih belum dapat memahami apa yang telah terjadi.

  

Mereka masih belum bisa mencerna seluruh kejadian yang terjadi dalam kejadian kurang dari lima menit itu. Tentang Victor yang masuk ke dalam limousine, dan tentang perkataan Viona yang baru saja diucapkan pada Emma.

  

“Siapa dia?” Emma bergumam dengan suara pelan dan wajah melongo.

  

Dari reaksi Viona tadi, sepertinya dia cukup mengenali Emma. Namun Emma benar-benar tak tahu-menahu dengan sosok Viona. Ia pun bingung dengan perkataan Viona sebelum wanita itu pergi.

  

Begitu pula dengan Lucas. Dia sedikit kaget karena Viona membicarakan tentang hutang ayahnya pada mereka. Dia juga tak tahu siapa mereka yang Viona bicarakan, dan pada siapa ayahnya berhutang.

  

Namun dia mencoba mengabaikannya dan masuk ke dalam mobil. Emma buru-buru mengikutinya dengan masuk ke sisi lain mobil.

  

“Lucas, kamu kenal gadis itu?” dia bertanya.

  

“Tidak! Itu pertama kalinya aku melihat wajahnya,” jawab Lucas sambil menyalakan mobil.

  

Namun Emma nampaknya tidak puas dengan jawaban Lucas. Apa lagi, dia merasa bahwa Lucas mencoba bermain mata dengan gadis itu, dan itu dilakukan Lucas secara terang-terangan tepat di depan matanya.

  

“Kamu pasti berbohong. Dan lagi, sikap apa itu?” tanyanya tak sabaran dengan reaksi tak puas.

  

“Apa yang kau bicarakan?” Lucas menjawab dengan sikap mencoba mengabaikan reaksi tak senang Emma.

  

“Sikapmu itu, seperti orang yang sedang mencoba memikat seorang wanita! Jelas-jelas kamu tadi menggodanya,” tuduh Emma singkat.

  

“Hei, kalau yang tadi itu saja kau sebut menggoda, maka kau akan menemukan aku menggoda semua wanita setiap harinya. Apa salahnya aku menunjukkan rasa percaya diriku di depan seorang wanita? Apa kau berharap aku harus bersikap seperti seorang pecundang menyedihkan seperti mantan suamimu itu? Sialan, ada apa dengan para perempuan akhir-akhir ini.”

  

Emma terdiam, hanya bisa memasang wajah kesal. Lagipula ia memang merasa terintimidasi oleh sosok Viona tadi. Terlebih lagi, dilihat dari cara Viona memperlakukannya, membuatnya merasa seolah dia sedang berurusan dengan seseorang yang kedudukan jauh lebih tinggi dari dirinya.

  

“Siapa sebenarnya wanita itu?” gumam Emma.

  

“Aku yakin dia hanyalah wanita karir yang suka bermain dengan laki-laki gigolo itu,” ujar Lucas. “Aku tak percaya ternyata si brengsek itu begitu rendah.”

  

Perhatian Emma kembali terpancing, namun dengan wajah bingung.

  

“Gigolo?”

  

“Ya, gigolo. Tipe pria yang menjual dirinya seperti para gadis pelacur di luar sana,” jelas Lucas.

  

“Aku tahu apa itu gigolo. Tapi siapa yang kau sebut dengan gigolo?”

  

“Siapa lagi? Tadi itu hanya ada satu pria selain diriku. Apa kau tidak memperhatikan ekspresi mantan suamimu itu saat memasuki limousine tersebut? Tidakkah kau melihat dia terlihat seperti seorang budak yang begitu manut terhadap wanita itu?” Lucas bertanya secara retoris.​

  

“Sudah begitu jelas, mantan suamimu itu selama ini telah menjadi peliharaan kesayangan wanita itu, dan sekarang wanita itu ingin mencari gara-gara dengan kita.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status