“Saya tidak tau bagaimana harus menggambarkan hari ini. Karna hari ini saya begitu bahagia sebab saya di kelilingi orang-orang yang mencintai saya. Saya sangat bersyukur dan juga berterimakasih sebanyak-banyaknya pada kalian.” Lea mengucapkan speechnya dengan senyuman dan mata yang sudah berkaca-kaca.
“We love you Kalea!” teriak salah seorang lelaki yang berada di dekat Lea berdiri.
Lea langsung tersenyum dan menempelkannya tangannya di bibir dan melemparkannya ke udara. Ya, lelaki itu adalah salah seorang penggemarnya. Merupakan ketua fans club yang didirikannya dan selalu mengikuti kemanapun Kalea konser ataupun tour.
“Malam ini, saya akan memperkenalkan kepada kalian orang yang sangat spesial saat ini dalam hidup saya. Mungkin banyak yang ga tau juga kalau sebenarnya saya sedang dekat dengan lelaki ini. Malam ini, juga saya akan memohon restu pada kalian semua dan juga orang-orang yan
Hari ini Lea ada jadwal kuliah pagi hari, kemungkinan akan cepat selesai setelah semalam ada berita tentang Damas yang didapatkannya. Lea lebih memilih untuk langsung pulang dan tak ingin pergi ke manapun. Tapi sayangnya begitu sampai di depan mobilnya, Damas ternyata sudah berdiri di depan sana dan sedang melipat tangannya di depan daadanya. Ia tak sendirian, karna Damas selalu pergi bersama dengan seorang sekertaris sekaligus asistennya dan seorang supir yang selalu setia mendampinginya kemanapun lelaki itu pergi. Tapi kali ini, Damas terlihat hanya bersama dengan sekertarisnya yang beberapa kali Lea temui ketika sedang berkunjung ke kantor labelnya itu. Seperti biasanya sang supir biasanya berada mobilnya atau mungkin memang tidak ikut bersama dengan mereka. “Berikan kunci mobilmu pada Adrian,” titah Damas pada gadisnya. Kalea yang baru saja sampai di depan mobilnya yang masih menenteng laptop
Karna terlalu terburu-buru masuk ke sana demi menghindari Damas, nyatanya pintu kamar mandi yang seharusnya dikunci malah tidak dikunci oleh Lea. Entah apa yang Damas fikirkan. Ia malah menyusul Lea yang kini sedang mengguyur tubuhnya dengan air yang mengalir dari pancuran yang berada di atasnya. Damas membuka handuk putih yang sedari tadi melekat pada tubuhnya dan menyusul Lea untuk mandi. Lelaki itu memeluk Lea dari belakang dan mengecup pundak putihnya beberapa kali. Lea terdiam di tempatnya. Ia tak berani bergerak. Sungguh, ini tidak seperti di dalam film-film romantis yang sering ia tonton. Jantungnya kembali berdetak dengan cepat dan lelaki itu malah memanfaatkannya. “Maafkan aku,” bisik lelaki itu. Lelaki itu kini menaruh dagunya di pundak Lea dan mulai mengecup lagi pundaknya. “Apa kamu melakukan kesalahan?” tanya Lea kali ini dengan nada setegar mungkin. “Iya,” kata Damas singkat. Lea memberanikan dirinya
“Kalau setelah menikah kita tinggal di US kamu mau?” tanya lelaki itu tiba-tiba setelah mengecup kulit leher gadisnya. Lea sukses meremang namun ditahannya sebisa mungkin. “Mau sih, tapi …” Lea terlihat ragu mendengar pertanyaan dari lelaki yang kini sudah berhasil merengkuh tubuhnya di dalam pelukannya. “Tapi apa Sayang?” tanya Damas menatap dalam pada mata gadisnya. “Kuliah dan karirku, juga kedua orang tuaku. Aku masih belum bisa meninggalkan mereka, Mas.” Kata Lea yang memperinci apa yang membuatnya berat untuk mengatakan alasan pada Damas. “Ya, aku tau. Tapi untuk karirmu aku rasa jika di US pasti akan semakin berkembang, Sayang. Karna kamu pasti akan masuk ke penikmat musik Internasional, Lea.” Damas menyingkirkan anak rambut yang menutupi pipi gadis itu dan menyelipkannya ke belakang telinga. “Kita fikirkan nanti ya. Kita fo
“Saya terima nikah dan kawinnya, Kalea Pradipta binti Kafie Pradipta dengan mas kawin logam mulai seberat 150 gram dan 2 set perhiasan berlian dibayar Tunai!” kata Damas dengan sekali tarikan nafasnya. “Bagaimana para saksi? Sah?” tanya penghulu kepada kedua saksi dari pihak Damas dan juga Kalea. “SAH!” kata kedua saksi sambil mengangguk memberi persetujuan jika ikrar yang diucapkan Damas resmi. “Baiklah, saya nyatakan mulai hari ini mempelai wanita yang bernama Kalea Pradipta binti Kafie Pradipta dengan mempelai laki-laki yang bernama Damas Evans bin Baskoro Mahendra Evans resmi menjadi suami istri!” final penghulu yang menikahkan Kalea dan Damas. Damas dan Lea saling menatap sebentar melemparkan senyuman satu sama lainnya. Wajah bahagia langsung tergambar dari wajah kedua mempelai ini. Setelah dipanjatkan doa un
“Mba Ane,” panggil pa Hardi ketika Ane baru saja keluar dari kamar Marco. Ane menyeka air matanya. Sebelum menoleh pada pa Hardi. Ane masih mengenakan dress yang ia kenakan untuk ke acara pernikahan Lea dan Damas tadi. Hanya saja, rambut yang tadinya sedikit ditata dengan diikat ke atas, sekarang sudah digerai walau masih ada sisa curly pada bagian bawah rambutnya. “Ya Pa Hardi,” Ane kemudian menghentikan langkahnya. Pa Hardi segera menghampiri Ane. “Boleh saya bicara?” tanya lelaki pada Ane lebih dulu. “Kita bicara disana ya Pa.” Ane kemudian mengajak pa Hardi ke balkon tempat dirinya biasa sedikit berbincang dengan Marco. Mereka berdua langsung duduk di kursi yang ada. Saling berhadapan. Pa Hardi sudah tau jika ini adalah hari pernikahan dari kekasih Marco. Lelaki itu juga sudah bisa menduga jika Marco mungkin akan bisa bereaksi seperti ini k
Damas yang mendengar jawaban dari istrinya, langsung menyeringai dan memberikan sedikit kissmark di lehernya. Damas betul-betul dibuat terbang melayang jika begini keadaannya. Damas sungguh berterimakasih jika Lea benar mengizinkannya malam ini. Menyalurkan hasrat yang sudah ia pendam. Sebagai seorang lelaki normal, tubuh Lea begitu sangat menggoda. Mustahil jika ia akan melewatkan malam ini tanpa gadis itu melengkuhkan namanya. Ia bertekat untuk melakukannya setelah tadi mengizinkannya. “Apa aku boleh melakukannya sekarang?” tanya Damas memastikan. Kali ini yang sudah melepaskan kemeja putihnya dan membiarkannya jatuh ke lantai berbahan kayu yang sedang mereka pijak. Rasanya tidak adil jika harus membuat Lea sendirian yang bertelanjang daada. “Lakukan yang kamu ingin lakukan, Mr. Evans! Aku milikmu mulai hari ini!” Lea kini berserah pada suaminya yang sudah shirtless. Menampilkan daadanya
Mentari pagi, sudah mulai meninggi. Tapi, seorang gadis masih terus bergumul dengan selimut yang masih membalut tubuhnya. Gadis itu masih tidak mengenakan apapun setelah semalam ia melakukannya untuk pertama kali dengan sang suami. Sedikit perih di bawah sana walaupun suaminya masih tidak telalu memaksakan apa yang ingin ia lakukan. Sungguh, hanya lelaki itu yang bisa menyetubuhinya setelah ia berstatus sebagai suaminya. Sedangkan sang suami, sudah berdiri di teras di depan kamarnya sambil memandang pantai dan hamparan pasir putih yang berada di depannya. Lelaki itu bahkan tak henti-hentinya mengulas senyuman di wajahnya karna begitu bahagia bisa menyecap madu di tubuh istrinya untuk pertama kali. Lelaki itu memakai celana boxer yang membalut tubuhnya. Shirtless dengan perut kotak-kotak yang terpatri sempurna di tubuhnya membuat lelaki itu semakin terlihat tampan. Walaupun shirtless lelaki itu sama sekali tidak kedingi
Selesai memberikan kabar kepada keluarga mereka. Damas dan Lea akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan di pasir putih yang sedari tadi sudah menggoda untuk dijejaki. Tapi sebelum mereka benar-benar keluar dari kamar mereka, Damas malah menggoda Lea lagi dan akhirnya terjadi lagi pergumulan yang membuat Lea tak mungkin menolak yang diinginkan suaminya lagi. Setelah puas dengan pergumulan di atas ranjang yang membuat mereka akhirnya mandi lagi setelah melakukannya. Lea akhirnya berusaha untuk menjauhkan dirinya ketika lelaki itu sedang asyik di bawah pancuran di bilik shower kamar mandi di kamar mereka. Lea memilih untuk mengaplikasikan skin care di kamarnya agar tidak tergoda lagi dengan lelaki itu. Walupun sebenarnya, siapa yang akan tahan melihat godaan tubuh suaminya sendiri yang juga sudah memintanya untuk mandi bersama. Damas masuk ke kamarnya dan hanya melilitkan handuk putih disebatas pinggangnya. Lelaki itu munc