Share

WANITA LAIN SUAMIKU
WANITA LAIN SUAMIKU
Author: Violet Senja

Sandiwara dalam perkawinan

CINTA untuk RENATA

Oleh : Violet Senja

Bab 1 Sandiwara dalam perkawinan

Selain memiliki paras cantik, Renata Aprilia pun termasuk gadis yang cerdas. Ia menikah dengan putra seorang pengusaha ternama di kotanya, Davin Anggara. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan yang dilakukan oleh orang tua keduanya atas nama relasi bisnis.

Dua tahun sudah mereka menjalani hidup sebagai suami istri. Kehidupan rumah tangga mereka terlihat normal, romantis dan bahagia. Davin memenuhi tugasnya sebagai seorang suami, begitu juga dengan Renata, memposisikan layaknya seorang istri yang selalu mempersiapkan keperluan suami ketika akan berangkat ataupun pulang dari kantor tempat Davin bekerja.

Namun siapa yang menyangka di balik kenormalan, keromantisan yang mereka jalani selama dua tahun ini tersembunyi rahasia yang mereka jaga dengan rapih, tak ada yang mengetahui termasuk keluarga besar mereka, hanya demi satu alasan untuk kebaikan bersama meski terkadang sangat menyiksa keduanya.

“Kanza akan datang ke Indonesia pekan ini Re,” kata Davin malam itu dengan sangat hati-hati saat mereka sedang berada di kamar.

“Lalu?” jawab Renata singkat.

“Aku bingung harus bagaimana,” ucap Davin lirih.

Kanza adalah kekasih Davin, seorang foto model yang tinggal di Aussie, sebuah kota di Australia. Selama ini Renata dan Davin menikah hanya sebatas sandiwara di hadapan keluarga dan orang-orang di sekitarnya, sebagai seorang CEO pewaris perusahaan "Anggara group" Davin harus menjaga image yang baik.

“Bukankah kamu yang menawarkan hubungan ini? Aku hanya mengikuti permainanmu. lalu kenapa sekarang kamu yang nampak bingung?” kata Renata.

Sejak pernikahan terjadi, tidak sekalipun Davin menyentuh Renata layaknya suami istri, sandiwara yang Davin ciptakan begitu sempurna, meski sebenarnya Renata memendam rasa untuk Davin.

“Kapan Kanza tiba di Jakarta?” tanya Renata datar.

“Kanza merubah jaduwal, besok sore pesawatnya tiba, dan aku akan menjemputnya ke bandara.”

“Kalau gitu aku mau ke rumah mamah, papah aja, bolehkan?”

 

“Boleh, tapi jangan lama-lama,” ucap Davin seraya mencubit hidung Renata.

“Nggaklah palingan dua mingguan,” ujar Renata sambil mengunyah cemilan.

“Hah, lama banget!” seru Davin.

“Kamu juga akan melepas rindu dengan Kanza, bawa saja dia ke sini, kamu bisa bebas tanpa aku,” papar Renata dengan hati yang mulai teriris.

“Tapi konsepnya tidak seperti itu Renata.”

“Lalu seperti apa?” 

“Kalau kamu tidak ada di rumah terus aku bawa Kanza menginap di sini apa kata tetangga?”

“Kita lihat nantilah,” ucap Renata menyimpulkan.

“Makasih yaa, my love Rena, teman baikku,” kata Davin tersenyum dengan sangat manis. Teman baik. Ya, benar-benar hanya sebatas teman baik, hanya teman.

Menjelang malam Renata tiba di kediamannya, sebelum ia melangkah masuk. sesaat ia pandangi rumah mewah di hadapannya itu, rumah yang selama ini menjadi tempatnya bernaung menjalani hidup yang bisa dibilang tidak normal.

“Halooo… aku pulang!!” seru Renata seraya meletakkan tentengan berisi makanan di atas meja makan. Namun wajah sumringahnya tiba-tiba berubah tatkala melihat seorang wanita keluar dari kamar menyambut kedatangannya. Wanita itu berjalan dengan elok menghampiri Renata.

“Kanza. Kamu pasti Renatakan?” kata wanita itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan kepada Renata.

Renata menyambut uluran tangan itu dengan dingin, hatinya terasa semakin nyeri.

“Apa kabar Renata?” sapa Kanza mencoba untuk akrab.

“Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja,” ujar Renata sambil melangkah menuju dispenser untuk mengambil segelas air, membasahi tenggorokan yang terasa kering.

“Kamu lebih cantik dari yang aku bayangkan, aku jadi iri,” ucap Kanza.

Renata merasa sangat muak dengan sikap Kanza ini. "Iri? Apa yang kamu irikan dari pajangan rumah seperti aku?" batin Renata.

“Kamu cantik loh, apa kamu tidak punya pacar?”

“Aku akan cari pacar setelah pacarmu menceraikanku,” ketus Renata.

“Kasian kamu ya Ren, nanti aku coba bicara dengan Mas Davin tentang hal ini.” 

“Sok bijak sekali perempuan ini, padahal dialah duri dalam daging di rumah tanggaku,” batin Renata lagi.

Renata pergi tanpa pamit meninggalkan Kanza yang sedang duduk di meja makan, setiba nya di kamar Davin baru saja selesai mandi dengan rambut yang masih basah, Renata membayangkan Davin dan Kanza baru saja bercinta di rumahnya, bak tertusuk ribuan belati sakit yang dirasakan Renata melihat kenyataan itu.

“Renata? Kamu sudah pulang aku kira beneran akan lama kamu di sana,” sapa Davin setelah sadar akan ke hadiran Renata.

“Kenapa? Terganggu?!” seru Renata setengah emosi.

“Tidak begitu juga, aku malah rindu sama kamu, biasanyakan kamu yang selalu merecoki aku makan, gangguin aku kalau lagi kerja di rumah, hal itu yang membuat aku selalu ingat sama kamu,” papar Davin sambil tertawa kecil.

“Itu biasanya, sekarang sudah ada wanita kesayangan kamu yang datang merecoki kamu, nikmatilah.”

Saat Renata melangkah ke walk in closet hendak berganti pakaian, tiba-tiba Davin mencekal lengannya.

“Re, selama Kanza ada di rumah ini gimana kalau kamu gunakan kamar tamu,” ucap Davin.

“Baik untuk malam ini dan seterusnya aku akan tidur di kamar tamu, kalian berbuatlah sesuka hati, anggap aku tidak ada,” jawab Renata seraya menghempaskan tangan Davin dengan menahan emosi yang mulai menguasai dirinya

“Kamu marah?”

“Apa ada gunanya aku marah?” ujar Renata sambil melangkah keluar dari kamar yang selama ini menjadi tempat peristirahatannya.

Davin terdiam, dia tau persis karakter istrinya karena sejak kecil mereka berteman dan melewati hari bersama, saat ini Renata sedang menyembunyikan kemarahannya.

Renata sangat menyadari kebodohannya untuk hal ini, membiarkan wanita lain memasuki rumah tangganya, namun Renata biasa apa?

Selama ini rasa percayanya terhadap laki-laki memang telah sirna dalam kehidupan Renata, pengalaman masa lalunya yang menjadikannya seperti itu, lalu ia pun menyetujui untuk bersandiwara menikah dan hidup bersama dengan Davin.

Pintu kamar ditutup dengan bantingan yang cukup keras, Renata lantas merebahkan dirinya di atas tempat tidur dan membenamkan kepala di balik bantal, ia berteriak melepas sesak, berharap Allah mencabut rasa yang ada dalam hatinya untuk Davin.

Malam semakin larut namun Renata tak dapat memejamkan mata, sakit dan sesak rongga dadanya membayangkan saat ini sang suami tengah berada dalam satu kamar dengan wanita lain.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status