"Mas, kapan kamu akan nikahi aku? Sebentar lagi akan melahirkan, dan aku tidak ingin kalau sampai anakku lahir tanpa seorang ayah," ungkap wanita muda berparas cantik dengan penuh permohonan, berharap agar pria yang saat ini berada di hadapannya mau menikahi.
Pagi sekali wanita muda berbaju merah itu datang ke taman untuk menemui Alvin. Kedatangannya hanya untuk menagih janji yang telah sekian lama belum terlaksana.Di taman yang terdapat banyak bunga-bunga, Kirana bersimpuh di hadapan pria yang saat ini telah membuatnya berbadan dua, diiringi air mata yang terus terjun tiba-tiba tanpa terjeda. Bagaimana tidak, kehamilannya kini sudah menginjak 9 bulan sedangkan statusnya masih belum menikah.Walaupun ia telah hamil besar, tetapi wanita muda itu sangat pintar menutupi kehamilannya selama ini. Bahkan keluarga terdekat pun belum sempat mengetahui, bahwa anak sulungnya itu telah hamil tua.Alvin begitu tegang, ia mengangkat pandangannya, Tatkala Kirana kembali memaksa untuk meminta pertanggung jawaban. Untung saja di taman nampak sepi tidak ada siapa pun. Suana hari ini nampak hening."Maaf, Kirana! Aku tidak yakin kalau anak itu adalah anakku! Bisa saja kamu melakukan hubungan ranjang dengan pria lain. Dan meminta pertanggung jawaban padaku! Asal kamu tau! Aku tidak sebodoh itu. Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah menikahi kamu!" pekik pria bertubuh kekar dan berwajah tampan dengan entengnya membantah.Alvin Arka Arsalan pria muda bertubuh kekar itu membantah dengan keras kalau anak yang dikandung oleh Kirana bukan darah dagingnya sendiri. Sementara hubungan status pacaran keduanya sudah hampir menginjak 5 tahun lamanya. Dan kini harus berakhir dengan masalah baru, yaitu kehadiran bayi di rahim wanita malang tersebut."Kirana! Sekarang kita putus saja. Kita sudah tidak ada hubungan apa pun lagi! Sebab, aku yakin bahwa anak yang sedang dikandungmu itu bukan anakku!"Lagi-lagi pria berbadan tinggi itu membantah tak mau mengakui bahwa dia adalah biang keladi yang membuat perut Kirana kini kian membuncit.Degh!Jantung wanita muda itu seakan berhenti mendadak, seluruh tubuhnya seakan lemas tidak bertenaga sehingga kaku untuk digerakkan.Padahal Kirana terpaksa melakukan dosa besar itu sebab ia takut jika Alvin meninggalkannya. Maka dari itu, apa pun ia dilakukan demi membuat seorang lelaki yang amat dicinta bertahan.Hubungan kasih yang sudah amat lama itu membuat Kirana kian buta karena cinta.Ini sudah yang ketiga kalinya Kirana meminta pertanggung jawaban akan tetapi sampai saat ini Alvin masih enggan untuk bertanggung jawab. Pasca dari hamil muda pun pria tersebut membantah keras jika anak yang dikandung Kirana bukan darah dagingnya."Sumpah, Mas! Aku melakukannya hanya denganmu, dan bayi yang sekarang sedang dikandung ini adalah anakmu, darah dagingmu Mas! Mas, aku mohon, nikahi aku sekarang juga. Kamu harus menepati janjimu yang selalu kamu ucapkan di saat kamu menghasut aku untuk melakukan dosa bersamamu ...." Permohonan demi permohonan telah diungkapkan.Jemari wanita itu mengulur menggenggam erat pada lengan pria yang membuat dirinya hamil."Maaf aku tidak bisa! Aku harus pergi!" bentak pria tersebut sembari menepiskan tangan wanita yang saat ini menangis di hadapannya. Pria lantas lari menjauh tanpa menoleh lagi ke belakang meninggalkan wanita hamil yang selalu menunggu pertanggung jawabannya di sana."Mas, tunggu, Mas! Jangan pergi!" Karena takut ada orang yang melihat akhirnya Alvin pun berlari menuju jalan raya.Kirana berusaha berlari untuk mengejar sang pujaan hati yang telah membuat perutnya kini membuncit. Akan tetapi, Alvin sama sekali tak ingin menggubrisnya lagi."Mas, kalau kamu tidak mau bertanggung jawab! Maka jangan salahkan aku jika suatu hari aku akan membuatmu menyesal! Aku pastikan di masa depan nanti kamu akan mencari anakmu ini! Aku akan membuatmu sengsara, Mas! Aku benci kamu!" ancam Kirana dengan penuh amarah.Tak terpikir di benak Kirana semuanya akan menjadi hancur berantakan seperti ini. Menyesal pun takkan ada gunanya lagi.Pada saat mendengar teriakan barusan tiba-tiba saja pria tampan itu menghentikan langkahnya. Ia menoleh sembari wajah menatap nyalang ke arah wanita yang meminta pertanggung jawaban."Terserah kamu, aku tak peduli! Karena itu bukan anakku!" elaknya lagi dengan acuh terhadap semua keadaan yang sudah terjadi.Semakin ke sini semakin Kirana tak tahan mendengar perkataan demi perkataan yang dilontarkan pria pujaannya. Tak percaya sama sekali bahwa Alvin, lelaki satu-satunya yang amat disayangi begitu tega. Dia seakan tak berperikemanusiaan. Beda sekali dengan Alvin yang dulu sebelum Kirana hamil, ia lebih perhatian dan bahkan seperti lelaki perkasa, yang memang sangat didambakan Kirana. Tutur katanya pun begitu lemah lembut. Belum pernah Alvin bicara kasar apalagi sampai membentak seperti sekarang ini.Tapi sekarang, setelah tahu bahwa kekasihnya telah hamil tua, Alvin kian berubah bak macan yang garang luar bisa."Mas, aku harus bagaimana lagi? Harus dengan cara apa lagi, agar kamu bisa percaya bahwa aku tidak pernah melakukan dosa selain denganmu. Bahkan semenjak kita pacaran, aku tidak pernah mengenal lelaki mana pun. Bukankah kamu tahu itu, Mas," lirih Kirana merintih.Andai ia tahu bahwa akhirnya akan seperti ini, mungkin sampai kapan pun ia tidak akan mau melakukan zina dengan siapa pun. Sekarang nasi telah menjadi bubur, wanita polos yang dibanggakan sang Bapak dan juga selalu dipuji sebagai wanita baik-baik oleh tetangga kini kian bersedih, betapa ia menyesali diri."Kalau begitu nanti kita tes DNA saja setelah aku melahirkan bayi ini. Aku mohon, Mas," ujar Kirana tak hentinya memohon.Di taman yang nampak sepi, Alvin terlihat cuek dan enggan untuk mengiyakan.Jika saja bapak kandung dari Kirana tahu bahwa anak sulungnya kini telah hamil, mungkin akan lebih kecewa, dan bahkan pasti akan menghukumnya."Aku bilang tidak, ya tidak! Maaf, Kirana. Aku harus pergi" ungkapnya sembari berusaha menjauh.Kirana nampak sedih saat Alvin tak mempercayainya dan bahkan meninggalkannya tanpa mau bertanggung jawab."Mas, aku mohon, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku," ucapnya lirih di sela tangis Isak."Yasudah! Pergi saja sana, yang jauh dan jangan kembali lagi! Dasar lelaki pengecut!" ulang Kirana kesal.Kirana hanya menatap nyalang pada arah pria yang membuatnya menderita, menyiratkan sebuah dendam yang berkobar. Dadanya sesak sehingga ia kesusahan untuk bernapas. Hatinya begitu sakit bagai disayat-sayat pisau berkarat."Apa maksud semua ini Kirana?!"Terdengar suara seorang pria paruh baya bertanya dari arah belakang. Suara itu amat tak asing terdengar di telinga Kirana.Mata wanita muda itu nampak membelalak, jantungnya berdetak kencang tak terkendalikan seakan akan loncat dari tempatnya.Ia pun segera menoleh pada arah suara yang bertanya barusan. Dan ternyata seorang lelaki paruh baya berdiri di belakangnya sembari mata menatap penuh kekecewaan pada arah Kirana."Ba-bapak… Se-sejak kapan Bapak berada disitu?" tanya wanita malang itu tersentak tatkala sang Bapak kini berada di belakangnya menyaksikan apa yang dilihat serta mendengar semua ucapan demi ucapan.Seluruh tubuhnya bergetar hebat, Kirana nampak ketakutan jika saja Pak Jamil mengetahui semuanya bahwa anak sulungnya telah hamil tua.Sebelum menjawab, terlebih Pak Jamil menghela napas berat. Lalu ia melangkahkan kaki mendekati kediaman Kirana yang mematung tak jauh dari kediamannya. Pria paruh baya itu melihat perut Kirana secara saksama, memang tidak ada tanda hamil sama sekali, sebab wanita itu selalu memakai baju yang besar dan juga longgar. Maka dari itu Pak Jamil pun sedikit tak percaya dengan ucapan barusan. Akan tetapi, ucapan itu keluar bukan dari mulut orang lain melainkan dari bibir Kirana sendiri, yang membuat pikiran Pak Jamil pun terguncang hebat."Apa benar yang tadi Bapak dengar itu, kalau kamu hamil?!" Serentak wajah Kirana tercengang dengan pertanyaan sang Bapak. Ia p
"Usir Kirana dari kampung ini! Usir wanita hamil tanpa suami itu!"Teriak riuh segerombolan warga berbondong menghampiri rumah kediaman Kirana serta keluarga Pak Jamil. Mereka nampak kecewa dengan berita yang saat ini sangat trending menjadi buah bibir, dari mulut ke mulut berita tersebut menyebar luas, hingga akhirnya sampai terdengar pada telinga Pak RT.Padahal Kirana serta sang bapak baru juga sampai dan hendak menghempaskan pantat pada kursi sofa, akan tetapi teriakan warga itu telah mengganggu dan membuat lelaki setengah baya itu penasaran."Ada apa di luar Bu, nampaknya rame sekali?" tak Pak Jamil pada sang istri yang sedang sibuk makan kue."Gak tau Pak, kok kayaknya suara warga kesini ya, jangan-jangan mau demo soal kehamilan anakmu mungkin?" tebak sang ibu tiri membuat wanita muda yang telah hamil itu sedikit gelisah.Pak Jamil pun mengambil tindakan ia melenggang untuk melihat situasi yang terjadi di halaman rumahnya. Suara warga begitu riuh hingga membuat telinga lelaki be
Duaar!Ledakan demi ledakan begitu berdenging terdengar pada gendang telinga. Para rombongan seserahan pengantin pria sudah datang bersamaan dengan mahar yang dibawa oleh istri pertama Juragan Anton. Di halaman rumah tampak pria yang berumur 35 tahun itu tersenyum sumringah, sebab sebentar lagi dirinya akan menjadikan Kirana sebagai istri ke 4.Dengan memakai Jas serba hitam dan kemeja putih membuat Juragan Anton nampak gagah perkasa.Sebenarnya telah lama pria bertubuh tinggi itu memendam perasaan pada gadis sulung Pak Jamil, akan tetapi Kirana menolaknya secara mentah-mentah sebab tidak ingin dijadikan istrinya. Dan sekarang mungkin kemenangan telah berpihak kepadanya, walaupun keadaan Kirana telah hamil tua, akan tetapi ia begitu senantiasa menerima wanita muda itu untuk menjadi istrinya dengan lapang dada.Sedangkan di dalam rumah Pak Jamil serta keluarga ketar-ketir kebingungan, mencari sosok wanita hamil itu yang kini entah dimana. "Pak, jangan-jangan Kirana kabur semalam. Mak
Sedangkan Kirana kini sedang melangkah gontai ditempat yang begitu asing baginya, sama sekali tak ada orang yang dikenali. Mungkin hari ini alangkah lebih baik, karena ia sudah kabur dari rumah dan merasa lega sebab terhindar dari pernikahan paksanya bersama Juragan Anton, pria yang sama sekali tidak dicintainya. Walaupun kini ia telah hamil tua, akan tetapi untuk dinikahi pria lebih dewasa darinya, dan dijadikan istri ke 4 itu adalah hal yang amat dibenci oleh seorang Kirana. Bagaimana pun ia tak mau hidup bersama dengan pria yang sama sekali tidak dicintainya. Kabur, adalah jalan terbaik untuknya walaupun dirinya berbadan dua."Harus kemana aku sekarang?" gumamnya sambil berteduh dibawah pohon rindang yang meneduhkan. Panas yang begitu terik membuat wajah wanita muda itu nampak berkeringat.Sesekali bibirnya meneguk air mineral yang saat ini digenggam tangannya. Lalu wanita cantik itu melihat isi sakunya yang tinggal tersisa hanya 2 lembar uang berwarna merah, sisa dari ongkos yan
"Kiran kamu mau kemana? Pagi-pagi sudah Rafi begini?" tanya ibu kos sembari tangan sibuk memegang pot bunga.Kebetulan rumah Bu Kartini dekat sekali dengan kontrakkan Kirana, bahkan hanya tinggal beberapa langkah saja. "Anu Bu, aku mau cari kerja, 'kan gak mungkin kalau aku berdiam diri mulu," sahut wanita muda berbaju merah itu menjawab."Memangnya kamu mau kerja apa? Kamu sanggup dengan kondisi kamu yang sedang berbadan dua ini?" tanya Bu Tini tak tega tatkala melihat perut Kirana. Walaupun memakai pakaian yang cukup besar dan longgar, akan tetapi Bu Tini bisa tau. Sebab ia pun pernah merasakan hamil sebelum akad pernikahan di masa lalu."Mau gimana lagi Bu, saya hidup disini cuma sebatang kara. Kalau saya tidak mencari kerja, lantas siapa yang akan menafkahi saya dan membayar kontrakan ini."Wanita bertubuh tinggi itu mengungkapkan isi hatinya. Sebenarnya ia malas mencari kerja, apalagi dalam kondisi hamil tua. Yang kebanyakan wanita lebih banyak beristirahat, akan tetapi ini mala
Lalu apa maksudnya hubungan kita selama 5 tahun itu! Lantas anak yang dikandung ku ini adalah anak dari hasil kita yang selalu melakukan dosa terbesar bersama. Apa kamu lupa Mas, atau jangan-jangan kamu tidak mengakui semuanya sebab ada wanita cantik itu disebelah kamu! Payah!" murka Kirana, sengaja membocorkan rahasianya tepat di hadapan wanita berambut panjang lurus itu. Kirana sengaja mengeluarkan uneg-unegnya agar wanita yang kini berada disebelah Alvin tau, bahwa lelaki yang dibanggakannya bukan pria baik-baik melainkan pria tak berperikemanusiaan.Terlihat Alvin membulatkan mata selebar-lebarnya dengan dada yang naik turun menghembuskan nafas, darahnya seakan mendidih sebab menahan emosi."Mas, maksud wanita ini apa?!" tanya wanita cantik yang kini berada disebelah Alvin begitu terkejut tatkala mendengarnya."Tiara, kamu jangan percaya sama dia, Ayo kita pergi sekarang juga!" ajak pria muda bertubuh tinggi itu mulai menuntun tangan Tiara- wanita cantik yang saat ini menjadi pacar
"Pergi kamu dari sini, saya tidak butuh pegawai yang dekil dan Kumal seperti kamu! Kamu tidak pantas bekerja disini! Kamu pantasnya jadi seorang gelandangan! Pergi sana, dan jangan kembali!" hardik seorang wanita muda cantik dengan penampilan elegan mengusir Kirana sembari mendorong tubuh Kirana keluar dari restoran yang baru saja Kirana meminta pekerjaan.Maksud kedatangan Kirana ke restoran ini, yakni untuk melamar pekerjaan. Wanita hamil itu berharap bahwa di restoran ini membutuhkan pegawai.Akan tetapi pada saat Kirana masuk kedalam ruangan tersebut, dan bertanya pada wanita yang saat itu sedang berdiri sambil mengawasi para pegawai. Namun, Kirana malah diusir dan dianggap sebagai pengemis, dikarenakan memang penampilan wanita muda itu yang acak-acakkan dan baju telah lusuh."Tapi Mbak, saya sedang butuh pekerjaan. Kalau hanya bekerja sebagai pelayan restoran disini, saya bisa Mbak. Saya mohon," ucap Kirana penuh permohonan mencoba membujuk wanita yang nampak terlihat galak dan ju
"Selamat ya Bu, bayinya sudah lahir dengan normal tanpa ada yang kurang satupun."Seorang wanita setengah baya menggendong bayi yang baru saja dilahirkan Kirana secara normal, dia adalah Bidan Desi. "Alhamdulillah Bu bidan," sahut Kirana sembari mengambil alih bayinya dari gendongan Bidan Desi."Hari ini ibu Kirana sudah bisa pulang," ucapnya membuat mata Kirana seketika membelak."Bi-bisa pulang Bu?" tanya Kirana terkejut tatkala dirinya sudah bisa pulang serta membawa bayi yang baru saja dilahirkan. "Iyah," sahut Bidan Desi sembari tersenyum ramah dan menggangguku kepala. "Bagaimana saya bilang pulang sedangkan saya belum…" Tiba-tiba Bidan Desi menyerobot ucapan Kirana, "Tadi suami Bu Kirana sudah membayar semua biaya lahiran Ibu. Mungkin suaminya seorang pekerja kantoran ya? Makannya dia tadi buru-buru," ujarnya.Tanpa bertanya Bidan Desi menebak dengan asal-asalan jika pria yang mengantarkan Kirana sekaligus membayar biyaya lahirannya itu adalah suaminya. Padahal Kirana tak ke