Share

WANITA SIMPANANMU
WANITA SIMPANANMU
Penulis: Mala Lestari

HUBUNGAN YANG DISEMBUNYIKAN

"Oh, Astaga!" Pekik Ayana karena terkejut.

"Sssttt!"

Pria bertubuh tegap itu langsung saja menempelkan telunjuknya di atas bibir tipis milik Ayana. Ayana hanya memutar kedua bola matanya dengan malas saat dia tahu siapa yang sudah menarik tangannya dan menyudutkan tubuh mungilnya di dinding. 

"Kamu ini! Bagaimana jika ada yang melihat kita?" Protes Ayana karena kelakuan sang kekasih yang baru saja mengecup pipinya kilas.

"Aku tidak keberatan jika ada yang melihat, maka aku akan bilang jika kamu adalah milikku. Akh!"

Ayana akhirnya memukul pundak atasannya itu dengan kencang. Ucapan Azka, kekasihnya itu memang kadang tidak pernah di pikirkan lebih dulu. Ayana sangat tidak ingin jika hubungannya dengan general managernya itu di ketahui oleh orang lain, terutama orang-orang kantor.

Jika di tanya kenapa Ayana tidak ingin go publik tentang hubungan asmaranya, maka Ayana akan menjawab jika dia belum siap jika orang-orang tahu jika dia menjalin kasih dengan pria tampan yang sangat di gilai banyak wanita di perusahan mereka.

"Apa kamu malu karena aku yang menjadi kekasihmu? Kita sudah seperti ini hampir tiga bulan, apa kamu tidak ingin aku menjadi kekasihmu?"

Ini adalah ke lima kalinya Azka bertanya seperti ini kepada gadis yang berhasil menarik perhatiannya dengan sifat lugunya. Azka yang tadinya seperti kulkas berjalan langsung luluh saat dia sadar jika dia begitu tertarik dengan salah satu gadis yang selalu datang lebih awal untuk bekerja.

Mendengar pertanyaan dari sang kekasih, Ayana hanya bisa menundukkan wajahnya lalu memainkan dasi yang menggantung di leher Azka dengan random kemudian berkata pelan, "Kamu sudah tahu jawabannya."

Azka hanya menghela nafasnya, jika sudah seperti ini mana bisa Azka menuntut jawaban lain dari Ayana. Gadis berwajah kecil itu akan bicara dengan nada yang pelan dan menghilangkan semua kepercayaan dirinya.

Azkapun langsung menarik tubuh mungil milik kekasihnya untuk lebih rapat kepadanya, tangannya mengelus dengan lembut punggung Ayana. Sedangkan Ayana masih diam, dia tidak berniat untuk membalas pelukan dari Azka karena setiap kali Azka bertanya seperti itu... Ayana akan merasa jika dirinya tidak pantas untuk Azka.

"Aku takut kamu malu, aku hanya-"

"Jika kamu mengatakannya lagi, aku akan marah! Berapa kali harus aku katakan? Aku tidak peduli dengan posisi pekerjaan kamu... aku tulus mencintaimu, Ayana."

Ayana langsung saja membungkam kedua belah bibirnya di saat Azka menyela kalimatnya. Azka memang paling tidak suka jika Ayana sudah berbicara tentang perbedaan jabatan mereka. 

Bagi Ayana perbedaan kasta antara dirinya dan sang kekasihnya itu sangat berbeda jauh, bagaikan bumi dan langit. Apa Ayana boleh berharap jika kehidupan cintanya akan seperti cerita Cinderella? 

"Maaf," ucap Ayana dengan lirih.

"Peluk aku juga!" Perintah Azka membuat kedua tangan Ayana langsung bergerak untuk melingkari pinggang sang kekasih. 

"Nanti aku akan mengantar kamu pulang, kamu tunggu aku di tempat biasa, ok?"

"Hmmm."

Lama mereka dengan posisi seperti itu, Azka memang sangat suka sekali jika dia memeluk tubuh kekasihnya. Entah karena hubungan mereka masih baru terjalin atau memang Azka memang sangat nyaman berada di dekat Ayana.

"Ngomong-ngomong, aku berkeringat. Kamu tidak apa-apa dengan itu?"

Ayana baru ingat jika dia baru saja selesai mengepel lantai di ruangan kerja Azka, karena kekasihnya itu tiba-tiba datang dan memeluknya, Ayana jadi lupa jika dia sedang berkeringat. Ayana takut jika Azka akan risih dengan bau keringat yang keluar dari tubuhnya.

"Tak apa, aku tidak keberatan sama sekali. Biarkan seperti ini dulu, aku sangat merindukanmu... rasanya lama sekali aku tidak melihat wajah kekasihku."

"Cikh... kita hanya tidak bertemu selama dua  hari, mulutmu itu sangat pintar sekali jika bicara begitu manis."

"Tapi kamu suka, kan?"

Pipi Ayana sedikit bersemu dengan ungkapan dari kekasihnya, walaupun kata-kata manis itu begitu terdengar sangat norak namun Ayana tidak bisa berbohong jika hatinya semakin merasa berdebar tidak menentu.

Azka memang baru saja pulang dari perjalanan bisnis di luar kota, Ayana tahu jika kekasihnya itu akan kembali hari ini, namun Ayana tidak tahu jika Azka akan datang begitu pagi sekali. Bahkan Ayana belum selesai bekerja dan jika sudah seperti ini Ayana tidak akan fokus bekerja karena Azka tidak akan membiarkan Ayana pergi begitu saja.

"Aku harus kembali bekerja, sebentar lagi karyawan akan berdatangan dan aku harus segera membersihkan ruangan meeting."

Ayana mendorong dada bidang milik Azka untuk sedikit menjauh dari tubuhnya, Azka terlihat tidak suka saat melihat Ayana tersenyum untuk meminta izin pergi. Azka tidak pernah menyukai seseorang sampai seperti sekarang ini, rasanya Azka ingin selalu melihat dan menyentuh Ayana kapanpun dan dimana pun.

"Ayolah, jangan marah. Hmmm? Aku akan mampir ke apartemen kamu malam ini, aku akan memasak untuk makan malam kita, bagaimana?"

Azka jika sudah menunjukan wajah judesnya membuat Ayana merasa tidak enak hati, ekspresinya sekarang itu terlihat sangat dingin dan sangat menyebalkan. Itulah mengapa Ayana membujuk Azka dengan menawarkan membuat makan malam, Azka pernah bilang jika masakan Ayana sangat enak dan cocok dengan lidahnya.

"Baiklah."

"Kamu marah?"

"Tidak. Aku tidak marah," bohong Azka lalu memalingkan wajahnya, "Kenapa kamu tidak mau menerima tawaran menjadi sekretarisku saja? Itu akan membuat kita mempunyai banyak waktu untuk saling melihat, kan?" 

Azka memang pernah menawarkan Ayana untuk menjadi sekretarisnya, namun Ayana menolaknya karena dia tidak berpendidikan tinggi dan juga tidak pintar. Ayana hanya tidak ingin mempermalukan Azka, itu saja.

Bahkan sampai saat inipun, Ayana masih merasa jika dirinya tidak pantas bersanding dengan Azka. Ayana tidak bisa membayangkan bagaimana jika nantinya keluarga Azka tahu jika putra sulung mereka menjain hubungan dengan seorang office girl?

Ayana terlalu rendahan untuk berlian seperti Azka!

CHU....

"Sudah waktunya aku pergi, kita bahas lagi ini nanti. Ya?"

"Hahh, ok."

Helaan nafas dari Azka keluar begitu saja, dia masih merindukan sang kekasih. Walaupun dia mendapatkan kecupan mesra dari Ayana tapi jujur saja Azka ingin bersama Ayana lebih lama lagi.

Kini Ayana langsung bergegas untuk keluar, namun saat dia keluar dari ruangan Azka, dia berpapasan dengan CEO perusahaan. Ayana sedikit terkejut saat kedua matanya bertatapan tidak sengaja dengan Ayah dari kekasihnya itu.

"Huuff..."

Ayana bernafas dengan lega saat dia berhasil melewati orang-orang penting dari tempat dia bekerja. Ayana kini bergegas untuk pergi ke ruangan meeting karena ruangan itu akan segera di pakai sekitar satu jam lagi.

"Ayana?" 

"Ya?"

Seorang pegawai dengan  seragam yang sama menghampiri Ayana dengan tergesa-gesa. Ayana hanya tersenyum di saat sang sahabat sampai di depannya.

"Malam ini temani aku, ya?"

"Kemana?"

"Menemui seseorang."

"Eng... bagaimana ya?" Ayana terlihat berpikir sejenak, "Aku sepertinya tidak bisa, Olivia. Maaf."

"Kenapa? Kamu ada acara?"

Ayana bisa lihat jika sahabatnya itu terlihat kecewa dengan penolakan yang dia lakukan, tapi Ayana sudah berjanji akan pulang dan mampir ke tempat Azka nanti malam.

"Emm, tidak. Aku harus pulang cepat, kamu tahukan jika Nenek sedang sakit?"

"Ah, iya. Aku lupa, bagaimana kesehatannya sekarang?"

"Ya seperti itu saja, kamu tahukan aku tidak bisa merawatnya di rumah sakit? Aku hanya memberinya obat dari apotek saja."

Ayana bercerita dengan lesu, dia selalu saja merasa bersalah karena tidak bisa membawa Neneknya ke rumah sakit. Olivia menyentuh pundak Ayana dengan lembut lalu tersenyum, mencoba untuk memberi semangat sahabatnya.

"Semoga keadaan Nenek cepat membaik dan lekas sembuh."

"Terima kasih, Oliv."

"Sama-sama, maaf aku belum berkunjung lagi ke rumah kalian."

Olivia langsung saja membantu Ayana untuk mengelap meja dan merapihkan kursi di ruangan itu. Ayana dan Olivia memang karyawan yang cukup teladan, walaupun Olivia selalu bekerja sambil berbicara.

"Ayana, kamu sudah mendengar hot news tentang Pak Azka?"

"Hahaha apa lagi gosip tentang beliau?"

Ayana sedikit tertawa saat Olivia bercerita dengan sangat antusias. Olivia memang sangat suka sekali bercerita tentang apapun. Olivia langsung mendekati Ayana lalu kembali berbicara yang membuat Ayana seketika menghentikan aktifitasnya, dan tubuhnya langsung membeku.

"Pak Azka akan menikah."

"A-apa?"

BERSAMBUNG...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status