Share

BAB 6

"Ya, ampun, Revan. Aku sempat ragu loh tadi, kupikir aku salah lihat." kata wanita itu sambil memeluk dan mencium pipi Revan yang sedang duduk.

Mata Rara membola melihat pemandangan didepannya, sedangkan Revan tampak terkejut dengan kedatangan wanita itu.

"Kamu nginep di hotel mana, Van. Nanti aku..."

"Sayang, ini temanku, namanya Mela..." kata Revan memotong ucapan Mela.

Mela terdiam, dia segera menoleh ke belakang, mengikuti arah mata Revan. Mela melihat seorang wanita yang sangat cantik jelita meski tanpa make up yang tebal, Mela memperhatikan Rara sesaat lalu kembali memandang Revan.

"Ups, maaf, aku gak tau kalau kamu lagi sama seseorang." kata Mela dengan ciri khas wanita penggoda, membuat Rara ingin mencakar wajahnya.

Hati Rara masih panas karena melihat pipi Revan dicium oleh bibir wanita itu.

"Dia pacar baru kamu, Van?." tanya Mela santai, dia hendak duduk dikursi dekat Revan.

"Dia istriku." kata Revan tegas membuat Mela hampir terjungkal.

"Kami baru saja menikah beberapa hari yang lalu." kata Revan bangga, sambil menatap Rara dengan penuh cinta.

Mela mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya, rasanya mustahil seorang Revan Biantara akhirnya menikah.

"Hahhh...menikah...ah, bohong kamu, Van!." kata Mela sambil duduk. Dia menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Revan. Rara yang memperhatikannya menjadi gerah.

"Van, ayo pulang, aku sudah kenyang." ajak Rara sambil menarik tangan suaminya itu. Rara tidak suka melihat Revan dekat-dekat dengan wanita berbaju kurang bahan itu. Siapa namanya, oh ya Mela, batin Rara.

Revan menuruti istrinya, dia segera pergi sambil merangkul pinggang Rara meninggalkan Mela yang bengong.

"Van...kok ditinggal." protes Mela. Namun pasangan itu sudah berlalu.

Didalam mobil Rara hanya diam saja, wajahnya cemberut memandang keluar jendela.

"Sayang, kamu marah?." tanya Revan. Dia mulai memanggil Rara dengan sebutan sayang.

Rara hanya diam, tapi sangat ketara wanita itu sedang marah. Revan tersenyum memikirkan apakah Rara sedang cemburu.

"Dia cuma teman aku aja, sayang. Maaf ya, dia memang suka begitu orangnya." bujuk Revan sambil menyentuh lengan Rara.

Rara menolak sentuhan Revan, dia menggoyang lengannya agar tangan Revan menjauh.

"Jangan berteman dengan tante-tante berbaju kurang bahan itu." kata Rara ketus. Revan hampir saja tertawa mendengar cara Rara menyebut Mela.

"Iya, iya, istriku...nanti aku akan lari kalau melihat dia lagi." kata Revan menggoda Rara.

"Aku serius Revan, aku gak suka." kata Rara marah.

Revan terdiam, ternyata istrinya posesif juga.

Revan menghentikan mobilnya karena mereka sudah sampai di villa. Rara segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam villa. Revan mengejarnya dari belakang.

"Ra, tunggu sayang." panggil Revan. Rara masuk ke dalam kamar, lalu mengambil kapas dan cairan pembersih make up. Revan yang mengikuti dibelakangnya menjadi heran. Rara kemudian berbalik dan membersihkan pipi Revan dengan kapas ditangannya.

"Aku gak mau ada bekas bibir wanita itu dipipi kamu, Van." kata Rara kesal.

Revan terdiam, perkataan Rara membuatnya menyadari sesuatu.

'Ya Tuhan, apa Rara masih mau bersamaku jika dia tahu masa laluku seperti apa.' kata Revan dalam hati. Tiba-tiba hatinya diserang rasa cemas dan takut, Revan takut kehilangan Rara.

Revan merengkuh tubuh Rara dalam pelukannya. Dia memeluk istrinya itu dengan erat.

"Ra, aku cuma milik kamu. Selamanya aku akan tetap jadi milikmu." kata Revan sambil mencium pucuk kepala Rara.

Rara terisak dipelukan Revan, entah mengapa dia bersikap sangat kekanakan seperti itu. Hati Rara tiba-tiba merasa takut, jika Revan mengkhianatinya seperti Nathan, meninggalkan dirinya karena wanita lain.

Revan membimbing Rara untuk duduk ditepian ranjang, dia lalu mencoba mengajak Rara berbicara.

"Ra, lihat aku." kata Revan sambil memegang dagu Rara membuat istrinya itu menatap matanya.

"Maafkan aku, Van." kata Rara lirih. Revan menggeleng.

"Kamu gak salah, Ra. Kamu memang berhak marah jika ada wanita lain yang menyentuh suamimu." kata Revan lembut sambil tersenyum.

"Kamu gak menganggap aku kekanak-kanakan?." tanya Rara.

"Enggak dong, sejujurnya aku senang kamu cemburu seperti tadi." goda Revan membuat Rara tersipu.

"Enggak, mana ada aku cemburu." sanggah Rara.

"Bener gak cemburu, kok pipi aku digosok pakai kapas?." kata Revan sambil menaik-naikkan alisnya.

"Ya biar bersih aja, ada lipstiknya tadi." kata Rara manyun membuat Revan tertawa.

"Jadi kamu gak masalah kalo lipstiknya gak berbekas?." goda Revan lagi.

Rara melotot, dicubitnya pinggang Revan karena berani menggodanya.

Revan tertawa, dia berkelit dan dengan gesit justru menjatuhkan tubuh Rara dan menindihnya.

Revan membelai lembut pipi Rara dan menciumi wajah wanita itu, membuat Rara meremang.

"Van..." panggil Rara saat bibir Revan menjelajahi lehernya.

"Hmmmm..." jawab Revan sambil terus melakukan aksinya, dia menyesap leher jenjang Rara yang mulus dan membuat beberapa tanda merah disana.

"Jangan tinggalin aku ya." pinta Rara dengan mata terpejam, entah wanita itu menyadari perkataannya atau tidak, yang pasti Revan sangat bahagia mendengarnya.

"Kinara, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu." bisik Revan ditelinga Rara.

Kata orang percintaan sehabis merajuk itu membuat sensasi yang berbeda. Revan dan Rara membuktikannya malam ini. Mereka bergumul dengan panas dan saling menyentuh satu dengan yang lain. Rara merasakan tubuhnya terbuai dan dia sangat menikmati sentuhan-sentuhan Revan diseluruh tubuhnya. Cara Revan memanjakannya diatas ranjang membuatnya menjadi wanita yang paling bahagia. Revan pun merasakan perbedaan yang besar dipenyatuan mereka kali ini, istrinya itu menjadi lebih agresif dan membalas dengan panas setiap sentuhan yang diberikannya. Revan sangat bahagia, karena Rara tidak lagi ragu menyatakan hasratnya di atas ranjang membuat Revan merasa diinginkan dan merasa dicintai oleh wanita pujaannya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status