Share

Empat

Penulis: Puspita
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-03 19:31:02

21+

Kami yang baru setengah mainan pun harus berhenti karena mendengar teriakkan yang cukup keras.

"Apa lagi sih?" gerutuku dengan suara serak.

"Tunggu sebentar ya, Dek," ucap mas Aryo dengan napas memburu.

"Gak usah, Mas. Biarin aja," sahutku manja, kemudian memutuskan melanjutkan kegiatan tadi. Namun, gair*h suamiku itu sudah tak seperti tadi. Aku pun menghentikan gerakannya, mendorongnya untuk melepaskan diri ini.

"Hai ada apa?" tanyanya gusar.

"Udahan, aku mau lihat kenapa perempuan itu teriak," balasku, dengan perasaan dongkol aku turun dari ranjang, merapikan pakaian lalu berjalan gontai ke luar kamar.

"Ada apa, Mb-Astagfirullah," ucapku kaget.

"Ada apa ini?" tanyaku. Aku yang tadinya kesal berubah menjadi panik melihat Ratih kewalahan memapah tubuh suaminya yang sudah terkapar di lantai.

"Mas Aryo, tolong!" Bukannya menjawab, Ratih malah memanggil suamiku.

"Sini-sini, biar saya bantu, Mbak." Aku pun bersiap untuk ikut mengangkat tubuh Agus. Namun dengan cepat Ratih menepis tanganku.

"Gak usah, biar mas Aryo saja," sahutnya. Sekarang dia sedang duduk kemudian memangku kepala suaminya.

"Mas Aryo! Tolong!" teriaknya lagi. Aku sungguh tak habis pikir. Kok bisa-bisanya dia seperti itu.

"Astaghfirullah! Ada apa ini? Ya Allah, Agus ...." Tak menunggu lebih lama suamiku itu bak pahlawan dia sudah datang untuk membantu Ratih.

"Sini, Mbak. Saya bantu," ucapnya sambil duduk dan siap membopong tubuh Agus.

"Iya-iya, Mas. Hati-hati ya," ucapnya seraya memundurkan sedikit tubuhnya.

"Biar aku saja, Mas. Sana kamu mundur dulu," titahku yang langsung mengambil alih kepala Agus yang sudah diangkat suamiku itu.

"Mas Aryo saja, Mbak. Ini berat loh!" seru Ratih. Namun, aku tak peduli.

"Kalau kita berdua pasti kuat lah, Mbak," sahutku, "Ayo!" seruku padanya. Bisa kulihat wajah Ratih nampak jengkel dan itu membuatku tersenyum puas.

Aku tak sungguh-sungguh mengangkat tubuh Agus, hanya sedikit menahannya sementara semua beban ditahan oleh istrinya.

"Bantu lah, Mbak!" serunya karena kewalahan.

"Lah emang dari tadi, kau lihat aku lagi ngapain?!" seruku tak mau kalah. Dengan susah payah akhirnya tubuh Agus bisa kembali berbaring di tempat tidur.

"Ayo, Mas," ajakku pada mas Aryo yang dari tadi merasa serba salah.

"Mas!" Kembali aku memanggilnya karena dia sama sekali tak beranjak. 

Tak lama kemudian terdengar suara adzan subuh, aku pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari hadast besar.

****

Selesai salat subuh, kembali aku melanjutkan membaca Alquran, karena aku ikut bergabung di grup one day one juz. Alhamdulillah.

Saat aku menyelesaikan bacaan sebanyak satu juz, waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, gegas aku bangkit, melipat mukena dan menaruhnya di tempat biasa.

Ketika melewati cermin yang ada di lemari, aku berhenti sejenak. Memperhatikan wajahku, masih cukup manis, ah aku suka.

Ketika hendak meraih handle pintu, kembali aku teringat kalau ada orang lain yang bukan muhrim di rumah ini. 

Kembali ke tempat tidur, meraih jilbab instan yang berada di atas sandaran ranjang. Memakainya lalu merapikan sebentar kemudian kembali beranjak ke luar kamar.

Sambil bersholawat, langkahku sungguh ringan menuju dapur, seperti biasa sebelum berangkat kerja aku akan memasak untuk sarapan juga untuk nanti makan malam, sampai aku tak menyadari kalau dari tadi tak menjumpai mas Aryo.

Gusti Allah, dunia seolah berhenti berputar, aku benar-benar shock melihat apa yang terjadi di depan mata ...

"Gusti Allah ...," lirihku menyebut nama Tuhanku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Dua puluh tiga

    Untuk kalian yang ada diluar sana, jadilah manusia yang bijak. Jangan melukai orang lain, jika kamu tak ingin terluka.Terima kasih untuk semua yang sudah membaca cerita ini, semoga bisa diambil hikmahnya. Aamiin Aamiin Aamiin ...***Malam ini aku kembali merenung, memilih berdiri di ambang jendela yang terbuka. Dari sini aku bisa melihat terangnya cahaya bulan purnama. Pikiran ini benar-benar tak tenang semenjak kunjungan mas Aryo ke sini."Lagi mikirin apa?" tanya Mas Bayu yang tiba-tiba sudah memeluk tubuh ini dari belakang. Lelaki itu berbicara tepat di telingaku, seketika membuat bulu romaku berdiri."Aku kepikiran sama dia, Mas. Bagaimana kalau lelaki itu berniat mengambil Lintang dariku?" Aku mengutarakan isi hatiku pada mas Bayu."Kamu gak usah khawatir, Sayang. Percayalah aku akan selalu melindungi kalian berdua." Mas Bayu menjeda kalimatnya, untuk mengecup pipiku sekilas."Bagaimanapun juga Aryo itu ayah kandungnya. Jadi ... Aku mengizinkannya untuk menengok Lintang sebulan

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Dua puluh dua

    "Maaf, Nak Mila. Sepertinya ada yang harus diluruskan di sini," ucap seseorang dengan suara berat.Aku dan mas Nano sama-sama menoleh ke asal suara. Ada seorang bapak-bapak dengan kopiah khas berwarna putih."Maaf, Bapak ini siapa?" tanya mas Nano."Saya orang yang dimintai tolong oleh nak Aryo. Perkenalkan nama saya Husain," sahutnya sambil mengulurkan tangannya pada mas Nano."Saya Nano, kakaknya Mila. Mari silahkan masuk dulu. Ayo, Mila. Cuma sebentar saja," bujuknya, saat aku menolak ikut masuk ke rumah.****"Sebelumnya, cerai (talak) dalam Islam terbagi dua macam, ya Nak," ucap Pak Husain mengawali obrolan, setelah kami sudah duduk di ruang tamu. Semua menyimak termasuk Aryo dan Ratih."Yang pertama talak Sunni, yaitu talak yang dilakukan sesuai prosedur syariat. Yang kedua talak Bid’i, yaitu talak yang tidak sesuai prosedur syariat." Pak Husain berhenti sejenak, Pria dengan janggut tipisnya itu mengambil napas panjang sebelum kembali menjelaskan."Begini, Nak Aryo. Mentalak ist

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Dua puluh satu

    Bunyi pintu dibuka kasar membuat kami semua menengok ke asal suara. Di sana sudah ada Mas Aryo yang sedang berdiri di tengah pintu."Mila!" Lelaki itu berseru. Rahangnya mengeras karena sedang menahan amarah.Semua yang berada di sini terdiam untuk sesaat kerena melihat kedatangan mas Aryo yang tiba-tiba. Tak lama kemudian datang istri sirinya, kini mereka sudah berdiri berdampingan. Seperti biasa Ratih akan menggandeng lengan mas Aryo. Seakan ingin menegaskan kalau dia yang berhak atas diri lelaki itu."Mila, apa yang sudah kamu lakukan pada Ratih?!" tanyanya geram, tatapan matanya tepat menghujam manik mataku, seolah diri ini sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal."Apa? Emang apa yang kulakukan padanya?" Jujur aku masih kurang faham dengan maksud pertanyaannya."Kamu boleh tak menyukainya, tapi jangan bersikap seperti preman. Mila, aku ini tetap suamimu, jadi gak usah cemburu sama Ratih! Mengertilah ... aku akan berusaha bersikap adil pada kalian," sahutnya dengan percaya diri

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Dua puluh

    "Kamu ... mau kan, bertahan? Kita coba dulu menyadarkan Aryo," lanjutnya.Demi Allah aku sampai tersedak mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ibuku.Setelah batuk akibat tersedak tadi reda, kini aku tengah memandang ibu yang sedang tersenyum."Ibu ... Boleh gak orang hamil dicerai?""Ibu juga kurang faham, Mil. Tunggu ibu punya seorang teman yang mengerti tentang masalah seperti ini, mungkin dia bisa memberikan masukan dan memberi jalan keluar," jawab ibu. Wanita yang masih gesit di usianya yang tak muda lagi itu bangkit."Mau kemana, Bu?""Ambil ponsel. Tunggu ibu akan segera kembali. Jangan keluar kamar dulu, oke?" pesannya sebelum meninggalkan kamarku.Aku hanya tersenyum dan menyatukan jari jempol dan jari telunjuk hingga membentuk huruf O.Kembali aku merenung, apa keputusanku ini sudah tepat?"Ya Allah tolong hamba, tunjukkanlah jalan yang terbaik untukku." Selalu kupanjatkan doa di setiap tarikan napas ini.Banyak yang bilang dengan kita rela dan ikhlas dimadu, balasannya

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Sembilan belas

    Setelah aku sampai di sana, akan kupastikan kalau aku tak akan keluar dari sana. Itu rumah suamiku, jadi akan menjadi milikku juga istri satu-satunya mas Aryo."Tunggu kedatanganku, Mila," gumamku. Aku benar-benar gak sabar menunggu nanti malam.***Kedatangan kami disambut oleh Mila. Aku sendiri sedikit terkesan dengan penampilannya, dia nampak berbeda. Wajahnya kelihatan semakin berseri, begitu juga dengan bentuk badannya yang kelihatan sedikit berisi tapi nampak se*si. Seperti ada aura yang sangat baik di dirinya.Tak kusangka mas Aryo langsung menghambur memeluknya. Tentu saja itu membuatku cemburu dan jengkel. Sepertinya jalanku akan lebih mudah, karena Mila sudah melakukan penolakan pada mas Aryo dengan mendorong tubuh suamiku itu, dengan segera aku menggandeng tangannya.Mas Aryo memaksaku untuk mengatakan yang sebenarnya pada Mila, kalau yang mengirim pesan bukanlah dia, tapi aku. Saat seorang laki-laki yang dipanggil mas Nano itu pamit masuk ke dapur untuk menemui ibunya."Ce

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Delapan belas

    Pov Ratih Aku sungguh terkejut bercampur kesal mendengar kabar kalau mas Agus mengalami kecelakaan dan sudah dibawa ke rumah sakit. "Kenapa bisa kecelakaan sih? Kalau sudah begini siapa yang susah? Apa-apa gak bisa hati-hati. Apa tadi kata Pak Polisi? Parah? Oalah Agus! Agus! Belum juga membuat hidupku bahagia kamu wes kena musibah, Gus ... Agus. Apes!" omelku sepanjang aku berkemas beberapa barang yang akan kubawa ke rumah sakit. "Bang, anterin ke rumah sakit," pintaku pada tukang ojek yang standby di pos kamling. "Siapa yang sakit, Mbak?" tanyanya kepo. "Mas Agus kecelakaan," sahutku sambil menerima helm darinya. "Innalilahi, di mana kecelakaannya, Mbak?" Pak ojek malah ngajak ngobrol. "Kurang tahu, Pak. Udah ah! Ayok cepetan!" sungutku. "Iya, iya. Ayo, Mbak. Duh, kasihan si Agus. Mudah-mudahan selamat tidak terjadi apa-apa," Pak ojek berdoa sambil menjalankan motornya. "Terima kasih, Bang. Ini, aku cuma punya duit segitu, Bang. Terima aja ya." Aku tak ped

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Tujuh belas

    "Assalamualaikum ...." Riuh suara salam dari luar membuat kami semua menoleh sambil serempak menjawab salam. Kedua Ibu terlihat berbinar, aku dan kedua mas masih bingung, sedangkan Ratih nampak pucat. **** Ibuku dan ibu mertua berdiri secara bersamaan, keduanya berjalan menghampiri tamu yang baru datang. "Alhamdulillah, sudah sampai, bagaimana perjalanannya, Bu, Pak?" tanya ibu, seperti biasa Ibuku itu memang pandai bergaul dan cepat akrab dengan siapa pun. "Alhamdulillah. Lancar, Bu," sahut keduanya. Mereka menjawab dengan sangat santun. "Alhamdulillah. Silahkan masuk," ucap ibu mertuaku ramah. "Mbak!" Ibu berseru, sekejap kemudian Mbak Rahma dan Mbak Sari keluar dari dapur sambil membawa nampan. Aku benar-benar tercengang melihat kedua kepoker tersebut. "Kapan mereka masuk?" tanya batinku. "Udah jangan bengong, Mil. Kayak lihat hantu aja, kamu itu," kata Mbak Rahma sambil mengedipkan sebelah matanya. "Silahkan diminum, Bu, Pak." Sekali lagi ibu menaw

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Enam belas

    Ada sebuah pesan masuk di aplikasi W******p. Tertera nama 'my hubby' di layar ponsel. Aku masih tertegun menatap pada ponsel setelah membaca pesan darinya, tanpa kuingin mata ini langsung memanas meloloskan butiran bening yang membasahi pipi. *** Tanpa bertanya, Ibu mengambil ponsel yang ada di tanganku. Sementara aku sudah tak bisa lagi menahan air mata yang seolah tak ada habisnya. Betapa diri ini sudah berusaha mengiklaskannya. Namun, tetap saja rasanya sakit. "Sudah, gak pa-pa. Mungkin, ini yang terbaik. Percayalah, kalau Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, Allah tahu kamu kuat, kamu sanggup, jadi gak usah terlalu bersedih ya, Mil." Aku tahu ibu hanya ingin menghiburku, walau sebenarnya hati wanita itu juga terluka. Bahkan, mungkin saja lukanya lebih dalam dari pada yang kurasakan. "Menangis lah, menangis lah, Nak. Buang lah dukamu bersama air mata. Menangis lah, Nak. Menangis lah." Kembali ibu berucap sambil mendekap erat tubuhku.

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Lima belas

    "Mbak tolong dibantu temannya ya," pintanya pada Ari. Sahabatku itu mengangguk, dan bersiap memapah diri ini ke kamar mandi. Air mata masih terus saja menetes."Semoga tidak, semoga hasilnya negatif," doaku dalam hati."Ya Allah, aku belum siap. Ar ... Aku belum siap Ar," ratapku setelah hampir sampai di pintu kamar mandi."Sudah, sudah. Yakinlah apa yang terjadi itulah yang terbaik untukmu. Ok, semua akan baik-baik saja," hibur Ari.Dinginnya lantai kamar mandi serasa menusuk tulang, membuat tubuhku semakin menggigil. Setelah melakukan seperti yang diperintahkan Bu Bidan, tanganku bergetar saat mengangkat benda kecil agak panjang itu.Aku membekap mulutku dengan sebelah tanganku. Garis dua ... Itu artinya aku hamil. Aku semakin terisak sambil sesekali tersenyum. Rasanya seperti ada yang berbunga-bunga. Namun, perih pun ikut menyapa.Cukup lama aku berada dalam kamar mandi. Hening tak terdengar suara apapun. Namun, aku tahu di luar ruangan ini masih ada Ari yang setia menungguku.Tangi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status